Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

"Mengapa ... ?? " (Renungan)

Edisi C3I: e-Konsel 011 - Menghadapi Kesulitan Hidup

Dalam pelayanan konseling seringkali kita menghadapi konselee dengan pertanyaan "mengapa?" Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini? Mengapa Tuhan membiarkan saya menghadapi persoalan ini? Mengapa ini tidak terjadi pada orang lain? Mengapa justru orang yang kukasihi yang diambil? Mengapa pendeta mengatakan, bahwa Allah penuh kasih padahal Ia membiarkan penderitaan dan kesusahan seperti ini terjadi dalam hidup anak-anak-Nya?

Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit, yang seharusnya sudah digumuli oleh konselor sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut konselee-nya. Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan teologis yang jarang sekali dibicarakan dalam buku-buku konseling.

Alkitab sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan- pertanyaan "mengapa?" tersebut. Sebagai orang percaya kita mengetahui, bahwa pada saat Tuhan membiarkan penderitaan dialami pasti maksud-Nya adalah untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28), seperti, kesabaran (Yakobus 1:3), rendah hati (2Korintus 12:7-10), atau ketulusan dalam penyerahan diri kepada Allah (2Korintus 1:8-9), bisa juga itu merupakan ekspresi dari kasih-Nya atas manusia. Meskipun pada saat kita mengalami kita merasa begitu susah dan menderita, Alkitab menyaksikan, bahwa justru pukulan Allah, adalah tanda dari kasih sayang-Nya (Mazmur 94:12, Amsal 3:11-12, Ibrani 12:5-8, Wahyu 3:19).

Dalam pelayanan konseling, kita dapat menunjukkan pada konselee ayat- ayat tersebut, di samping bagian-bagian dari I Petrus dan kitab Ayub. Konselor dapat memberikan bimbingan selama konselee mengeluarkan isi hatinya dan mencari jawaban dari firman Tuhan. Contoh dari pengalaman Ayub sangat menolong. Meskipun ia mengalami begitu banyak penderitaan yang tidak terbayangkan oleh kita, Ayub tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan "mengapa"nya. Allah mempunyai maksud (Ayub 1,2), begitu juga atas apa yang Ia lakukan hari ini, orang-orang yang saleh seperti Ayub pun tidak pernah mengetahui secara penuh maksud-Nya.

Banyak kali pengalaman yang sama kita alami. Selama kita masih hidup di dunia ini, jalan-jalan dan kehendak Tuhan seringkali di luar kemampuan kita untuk mengertinya secara penuh (Rom 11:33). Kita dapat dan boleh bertanya "mengapa"? dan mencoba menemukan jawabnya, tetapi jangan lupa, bahwa mungkin Dia dalam kebijaksanaan-Nya tidak memberi jawaban. Bahkan Dia mungkin membiarkan kita menderita dalam ketidakmengertian. Rahasia ini baru akan terjawab penuh nanti kalau kita bertemu Kristus muka dengan muka di dalam kemuliaan.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
--
Penerbit: 
--

Komentar