Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Prinsip - prinsip Konseling

Edisi C3I: e-Konsel 010 - Prinsip Konseling

Memberikan pertolongan yang tepat kepada teman kita yang bermasalah adalah suatu karunia Tuhan yang indah yang kita bisa berikan kepada orang lain. Namun demikian, sayang sekali bahwa apa yang kita yakini sebagai suatu pertolongan sering kali justru tidak efektif. Bahkan orang-orang Kristen -- mungkin khususnya orang Kristen -- telah gagal dalam membagikan karunia Allah yang penting ini karena, walaupun kita ingin memberikannya dengan kasih, kita betul-betul tidak tahu bagaimana caranya. Menolong orang itu sudah sulit -- apalagi kalau kita membuat kesalahan.

Kekeliruan Kita dalam Menolong Teman

Ada beberapa kesalahan umum yang kita lakukan ketika teman kita datang dan meminta pertolongan kita:

* KITA LANGSUNG MEMBERIKAN NASEHAT. Ini malah bisa memberikan implikasi sebagai suatu penghinaan, dan mengganggap bahwa mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Memberikan nasehat/saran juga bisa kedengaran arogan karena kita mengganggap diri mengetahui keadaan lebih daripada mereka.

* KITA LANGSUNG BERKATA, "AKU MENGERTI." Kata-kata ini bisa menjadi senjata mematikan untuk menyakiti orang. Kita tidak mungkin bisa memahami/mengerti sepenuhnya keadaan orang lain. Tidak ada keadaan yang kita alami yang bisa sama persis dengan keadaan mereka. Perasaan dan tindakan mereka adalah unik.

* KITA LANGSUNG MENCERITAKAN BAHWA KITA PERNAH MENGALAMI SITUASI YANG SAMA. Tiba-tiba pembicaraan beralih menjadi tentang kami dan bukan tentang mereka lagi, sehingga mereka merasa diabaikan dan frustrasi.

* KITA BERPISAH DENGAN MENGUCAPKAN "SAYA AKAN BERDOA UNTUK KAMU." Tentu saja kita pasti akan mendoakannya, tetapi hal itu seharusnya tidak menjadi perpanjangan dari pertolongan yang kita tawarkan.

* KITA HANYA MENGATAKAN, "YESUS ADALAH JAWABAN." Mereka mungkin sudah tahu akan hal ini dan perlu diingatkan lagi, atau mereka tidak tahu hal ini dan kata-kata ini tidak berarti apa-apa bagi mereka. Yesus memang adalah jawaban, tetapi mungkin Yesus ingin menggunakan kita sebagai alat untuk menolong mereka.

Kalau demikian, bagaimana cara seharusnya menolong teman kita yang bermasalah? Ikutilah 4 langkah prinsip di bawah ini:

1. Menyediakan Diri

Langkah pertama untuk membantu teman yang membutuhkan pertolongan adalah dengan menyediakan diri untuk bersamanya (secara fisik) dan memberikan perhatian penuh kepadanya. Yesus secara terus menerus menyediakan diri untuk orang-orang yang dilayani-Nya -- baik ketika Ia sedang dalam perjalanan, sedang mengajar, atau bahkan saat Ia sedang berretreat bersama murid-murid-Nya. Yesus meluangkan waktu untuk menampakkan diri kepada murid-murid-Nya saat murid-murid-Nya sedih setelah peristiwa penyaliban dan Ia menghibur mereka dengan memberi salam "Damai sejahtera bagi kamu." (Lukas 24:36). Ia juga menampakkan diri kepada dua orang yang sedang berjalan ke Emmaus dan untuk sejenak berjalan bersama-sama dengan mereka (ayat 13-16)

Saat Ayub mengalami malapetaka, sahabat-sahabatnya segera datang dan dengan penuh belas kasihan menemani Ayub yang ada dalam penderitaan. Selama tujuh hari berturut-turut mereka menderita dalam kebisuan dengan Ayub. Namun, setelah satu minggu, sahabat-sahabat Ayub mulai menyalahkan Ayub. Mereka menolak untuk menerima pengakuan Ayub bahwa ia setia kepada Allah. Sebaliknya, mereka justru memojokkan Ayub dengan mengatakan bahwa ia pasti telah berdosa dan mereka mencoba memaksakan pemecahan terhadap dilema yang sedang dihadapi Ayub. "Menurut hematmu apakah Allah harus melakukan pembalasan karena engkau yang menolak?" kata Elihu kepada Ayub. (ayat 34:33). Sedangkan istri Ayub dengan berani menyarankan, "Kutukilah Allahmu dan matilah!" (ayat 2:9).

Kita, sering juga begitu. Kita cenderung membahayakan teman kita dengan memberikan nasehat yang buruk, dan dengan cepat memilih langsung mendiskusikan rencana bagaimana bertindak karena kita tidak sabar lagi menemaninya.

2. Mendengarkan dengan Efektif

Komponen penting kedua dalam usaha membantu teman/sahabat kita yang sedang dalam masalah adalah dengan mendengarkan. Mendengarkan dengan efektif akan melibatkan interaksi dengan orang yang bersangkutan dan menghormati perasaannya. Walaupun niat kita baik, tapi kalau kita langsung mengambil kesimpulan - tidak memperdulikan apa yang mereka katakan -- hal itu menunjukkan bahwa kita tidak menghormatinya.

* MENGUNGKAPKAN ISI BERITA. Langkah pertama dalam mendengarkan adalah mengungkapkan kembali isi berita yang dikatakan teman tsb. -- dengan kata lain mengulang kembali apa yang dikatakan teman tersebut dengan kata-kata kita sendiri. Proses ini mungkin akan membuat kita agak sedikit canggung pada awalnya, tetapi sebenarnya itu hanya perasaan kita saja, teman yang kita layani tidak akan merasakannya. Kemampuan melakukan hal ini memberikan dua keuntungan: (1) Memaksa kita untuk memfokuskan perhatian pada teman yang kita layani. (2) Teman kita tahu bahwa kita telah mendengarkannya.

Ada saatnya Yesus mengungkapkan kembali kepada orang yang sedang berbicara apa yang telah didengarnya dari mereka. Setelah melakukan percakapan pendek, Nathanael menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Lalu Yesus merefleksikan kembali dasar dari iman percaya Nathanael: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya." (Yohanes 1:50).

* MENGKLARIFIKASIKAN KEBUTUHAN YANG TERPENDAM. Sangat baik kalau kita dapat mengungkapkan kembali (merefleksikan) isi/pesan yang sudah dikatakan teman kita, namun akan lebih baik lagi jika kita dapat mengungkapkan juga emosi dan kebutuhan di balik apa yang sudah dikatakannya. Marta yang suka menyibukan dirinya mengeluh kepada Yesus, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku" (Lukas 10:40). Sebelum memberikan jalan keluar Yesus mengungkapkan lebih dahulu kepada Marta inti permasalahannya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara" (Lukas 10:41).

Demikian pula dengan kita, kita dapat melayani orang lain dengan mengungkapkan kembali perasaan mereka dan mengklarifikasi kebutuhan yang mereka ungkapkan. Namun, kita perlu waspada untuk tidak menganalisa secara berlebihan ketika kita mengungkapkan perasaan orang lain. Kita seharusnya mengungkapkan hanya perasaan- perasaan yang jelas kita liaht saja: "Wah, perasaanmu pasti terluka," atau "Kamu kedengarannya lagi marah." Kita seharusnya jangan mencoba menafsirkan atau menebak-nebak perasaan orang, karena hal itu bisa sangat merugikan.

* MENGUNGKAPKAN KEMBALI KEBINGUNGAN. Mendengarkan dengan reflektif mungkin adalah bantuan yang paling bermanfaat untuk orang sedang mengalami kebingungan atau memiliki perasaan yang mendua hati. Kalau kita mengulangi apa yang mereka katakan, hal ini akan menolong mereka mengenali kebingungannya dan dapat menghasilkan tindakan yang membangun. Yesus melakukan hal ini saat seorang ayah dari seorang anak yang kerasukan setan datang dan berkata padaNya, "Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami," (Markus 9:22). Yesus mengungkapkan kembali apa yang telah didengar-Nya dalam bentuk pertanyaan, "Katamu: jika Engkau dapat?" (ayat 23), hal ini menolongnya melihat imannya yang ragu-ragu. Kemudian Yesus berkata, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (ayat 23), perkataan Yesus ini memberinya kesempatan untuk memutuskan tindakan iman yang jelas. setelah ia mengenali kesalahannya, segera ayah anak itu berkata: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (ayat 24).

3. Mencari Jalan Keluar

Lalu bagaimana kita dapat menolong teman kita untuk sampai pada solusi/pemecahan yang dibutuhkannya? Kita tidak berhak untuk melakukan langkah ketiga kecuali kita sudah mendengarkan teman yang kita layani. Langkah ketiga adalah: proses memecahkan masalah. Kita harus cukup menghormati mereka untuk mengijinkan mereka memecahkan masalah mereka sendiri. Tujuan utama kita seharusnya adalah untuk memberi semangat kepada teman yang kita layani itu sehingga ia dapat menemukan solusinya sendiri. Kita dapat menolong proses ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

* BICARAKAN TENTANG KEADAANNYA SAAT INI. Teman yang ingin mencari jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapinya, pertama-tama perlu mengungkapkan kondisinya saat ini. Kadang-kadang pertanyaan sederhana untuk mencari fakta sudah cukup mengungkapkan banyak hal. Yesus, misalnya, bertanya kepada pada seorang yang kerasukan roh jahat, "Siapa namamu?" Jawaban yang mengejutkan dari orang itu "Legion" (Markus 5:9), lebih dari pada sekedar menarik -- jawaban itu merupakan pernyataan dari keseluruhan masalah yang dihadapi orang tersebut. Dia dirasuk oleh roh jahat yang sangat banyak. Tidak heran jika tingkah lakunya sangat merusak.

* FOKUSKAN PADA APA YANG MEREKA INGINKAN. Kemudian, tolonglah teman yang perasaannya disakiti tsb. mendefinisikan dengan tepat apa yang perlu dilakukannya. Yesus bertanya pada si buta Bartimeus, "Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" (Markus 10:51). Yesus tentu saja tahu jawabannya, tetapi ia ingin agar Bartimeus sendiri yang mengungkapkan kebutuhannya. Memahami apa yang menjadi permasalahannya dapat menjadi langkah yang penting untuk kesembuhannya.

* TOLONGLAH UNTUK MENEMUKAN ALTERNATIF-ALTERNATIF PEMECAHAN. Berilah semangat kepada teman anda untuk menemukan sendiri pemecahan yang dibutuhkannya. Jauhkan diri dari pencobaan untuk memberikan pemecahan kepadanya. Tanyakan pengalamannya yang lalu supaya dia ingat bagaimana masalahnya yang dulu terpecahkan. Ketika murid-murid Yesus kuatir jika tidak ada cukup makanan, Yesus memberikan serangkaian pertanyaan untuk mengingatkan mereka tentang mujizat yang telah Ia lakukan untuk memberi makan orang banyak (Markus 8:14-21). Mereka perlu diingatkan dan mengerti bahwa Yesus adalah pemecahan dari masalah mereka.

* TAWARKAN SARAN-SARAN. Jika teman yang kita layani benar-benar tidak dapat menemukan pemecahan tindakan-tindakan praktis sendiri, kita boleh -- dengan hati-hati -- menawarkan satu saran, tetapi setelah semua langkah-langkah yang disebutkan di atas sudah dikerjakan. Pertama mintalah ijin dulu. Tanyakan, "Apakah kau ingin tahu, apa yang akan aku lakukan jika menghadapi situasi sepertimu?" atau "...apa yang temanku akan lakukan jika..." atau, ".... apa yang disarankan Alkitab jika ...."

4. Bertekad untuk Melakukan Tindakan

Terakhir, jika teman kita telah memikirkan apa yang dulu berhasil dia lakukan dan telah memutuskan beberapa pilihan bagaimana memecahkan masalahnya, dia perlu memutuskan tindakan-tindakan apa yang akan dilakukannya.

Yesus membantu wanita Samaria yang ditemuiNya di sumur untuk pindah dari posisi kesakitan dan penolakan ke posisi bertindak dalam pengharapan dan iman (Yohanes 4:1-26). Wanita tersebut bingung dengan masalah dimana ia akan menyembah Tuhan - di gunung atau di Yerusalem. Yesus yang memahami keinginan wanita tersebut untuk mengenal Tuhan, maka Dia mengungkapkan kembali dua pilihan yang telah dikatakan wanita itu, dan menawarkan pilihan ke tiga dengan cara yang tidak membuatnya terancam, yaitu pilihan yang akan dipilih oleh "seorang penyembah yang benar"; menyembah Allah "dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23). Lalu wanita itu menawarkan solusinya sendiri, "apabila Ia (Mesias) datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." (Yohanes 4:25). Wanita ini telah bertekad melakukan suatu tindakan -- mencari iman -- jadi ia siap untuk menerima Penyataan Kristus, "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (Yohanes 4:26).

Kita dapat membantu teman kita untuk sampai pada taraf melakukan tindakan dengan terus melayaninya sebagai pendamping. Katakan kembali ide-idenya sementara ia bergerak ke arah pembecahan masalah, dan membantunya memperjelas kebutuhan dan pilihan-pilihannya. Ketika kita telah menemukan apa yang mereka sungguh-sungguh ingin lakukan, doronglah mereka untuk melakukannya.

Yesus memberi dorongan kepada orang-orang untuk melakukan tindakan ketika Ia berkata kepada seorang muda yang kaya, yang rupanya sedang mencari suatu pemenuhan, "Ikutlah Aku." (Markus 10:21). Kepada seorang perwira yang memiliki hamba yang sakit, Yesus bersabda, "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya" (Matius 8:13). Lalu kepada wanita tertangkap sedang berzinah, Ia berkata, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang" (Yohanes 8:11), dan dalam Markus 16:15, Yesus bersabda kepada murid-muridNya, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk."

Kita, juga dapat mendorong orang-orang untuk melakukan tindakan. Tapi kita perlu yakin bahwa tindakan yang akan mereka lakukan tersebut berasal dari Tuhan untuk mereka, dan bukan dari kita.

Kita dapat membantu teman dengan jalan mendengarkan. Bukankah ini hadiah yang indah untuk diberikan?

Sumber
Halaman: 
78 - 83
Judul Artikel: 
The Me I See
Penerbit: 
Beacon Hill Press of Kansas City

Komentar