Anak Berkebutuhan Khusus

Edisi C3I: e-Konsel 300 - Anak Berkebutuhan Khusus

Banyak anak yang lahir ke dunia yang digolongkan sebagai anak cacat. Penggolongan ini mencakup mereka yang memiliki kelemahan secara fisik, emosi, ataupun mental.

Kita bisa menjumpai anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus di sekitar kita -- anak-anak seperti inilah yang mendapatkan perhatian lebih dari Yesus. Berikut ini adalah jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, bagaimana mengenali kebutuhan-kebutuhan khusus, dan bagaimana cara menolong mereka.

1. Anak-anak yang memiliki kelemahan secara fisik.

Anak-anak yang memiliki kelemahan secara fisik adalah mereka yang memiliki kelemahan dalam bentuk lemah saraf (misalnya cerebral palsy atau epilepsi), lemah ortopedis (misalnya tulang yang rapuh atau arthritis), atau mudah sakit (misalnya penyakit jantung atau asma).

Cara menolong:

  1. Jangan menganggap bahwa kelemahan fisik menandakan kelemahan mental.
  2. Carilah informasi dari para orang tua mengenai kelebihan, kelemahan, dan keterbatasan anak.
  3. Tenangkan, yakinkan, dan berikan dukungan pada anak-anak tersebut, tetapi jangan terlalu melindungi mereka.
  4. Jadikan anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut sebagai bagian dari yang paling utama diperhatikan, dan sesuaikan peralatan-peralatan yang ada untuk melayani kebutuhan khusus mereka.

2. Anak-anak yang memiliki kelemahan pada pendengaran.

Kelemahan pendengaran bisa terjadi pada satu atau kedua telinga anak-anak. Kelemahan ini bisa karena keturunan, masalah-masalah bawaan, penyakit, atau kecelakaan.

Cara menolong:

Anak berkebutuhan khusus

  1. Redakan frustrasi. Jangan memberikan penolakan kepada anak yang sulit mendengar dan sebisa mungkin libatkan anak dalam semua kegiatan.
  2. Biarkan anak-anak yang memiliki kelemahan ini menggunakan berbagai cara berkomunikasi -- berbicara, alat bantu dengar, gerakan tubuh, tanda-tanda, bahasa isyarat, pantomim, membaca gerak bibir, tulisan, dan gambar.
  3. Pelajarilah ungkapan-ungkapan umum dalam bahasa isyarat yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka.
  4. Berhati-hatilah dalam memperlakukan anak yang tergantung pada bahasa gerak bibir. Berbicaralah dengan kecepatan dan volume yang normal. Jangan berteriak karena ini mengubah bentuk bibir Anda.

3. Anak-anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan.

Banyak anak-anak yang buta sebenarnya hanya memiliki penglihatan yang kurang sempurna. Kebutaan bisa disebabkan oleh berbagai pengaruh sebelum kelahiran, penyakit mata (misalnya glukoma, katarak, atau diabetes), keracunan, infeksi penyakit, dan luka.

Cara menolong:

  1. Dalam mengajar anak-anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan, pusatkan pengajaran dengan menggunakan indra yang lain -- penciuman, rasa, sentuhan, dan pendengaran.
  2. Berikan penjelasan yang jelas dan singkat. Ingatlah tentang rentang kemampuan perhatian anak.
  3. Sediakan Braille atau Alkitab audio, dan bahan-bahan lainnya.
  4. Gunakan metode mengajar yang bervariasi, termasuk musik, dalam mengajarkan firman Tuhan. Berikan dorongan semangat kepada anak-anak tunanetra untuk ikut ambil bagian dalam berbagai aktivitas dan berikan kemudahan kepada mereka.

4. Anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar.

Seorang anak yang memiliki kesulitan dalam belajar biasanya memiliki kesulitan dalam menggunakan atau memahami kata-kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Masalah-masalah ini terjadi dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, dan menyelesaikan masalah-masalah sederhana. Banyak anak yang mengalami masalah ini telah disalahartikan dengan dijuluki sebagai anak hiperaktif atau mengalami kerusakan otak.

Cara menolong:

  1. Karena anak-anak ini memiliki masalah dalam memahami rangkaian/urutan, berikan perintah satu per satu. Ulangi perintah itu beberapa kali.
  2. Gunakan seluruh pancaindra dalam belajar. Cobalah untuk mengidentifikasi indra mana yang paling menonjol digunakan oleh anak.
  3. Tekankan dan ulangi ide pokok pelajaran. Pengulangan sangat penting untuk dilakukan.
  4. Sebisa mungkin jauhkan kelas dari gangguan baik secara aural (yang bisa didengar) maupun visual (yang bisa dilihat).
  5. Gunakan contoh-contoh dan istilah-istilah yang konkret dan literal. Bantulah anak-anak melihat dan merasakan apa yang sedang terjadi.

5. Anak-anak yang memiliki kelemahan intelektual.

Anak yang mengalami keterbelakangan mental tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dalam masyarakat, karena kelemahan mental atau pembentukan mental yang tidak utuh. Keterbelakangan mental merupakan akibat dari luka atau penyakit di otak yang terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental terdiri atas berbagai tingkatan, dari yang ringan hingga yang paling berat.

Cara menolong:

Jangan menganggap bahwa kelemahan fisik menandakan kelemahan mental.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

  1. Anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental belajar dengan cara yang sama dengan anak-anak normal lainnya -- melalui pancaindra, dengan keterlibatan yang aktif, dengan kasih, dan perhatian yang cukup besar, serta melalui disiplin yang konsisten.
  2. Anak-anak ini biasanya memiliki rentang perhatian yang singkat. Oleh sebab itu, berikan kesempatan kepada mereka untuk lebih sering berbicara atau berbagi.
  3. Sebagian besar anak-anak yang memiliki kelemahan mental masih bisa mendengar dan menanggapi Injil. Bagikan ayat-ayat dalam Alkitab dengan cermat dan dengan perasaan. Beri kesempatan pada anak untuk bertanya, berpikir, dan menanggapi sebisa mungkin sesuai dengan kemampuan mereka. Ingatlah bahwa anak akan merespons Juru Selamat sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
  4. Gunakan cerita, bermain peran/drama (role play), boneka/wayang, musik, kegiatan belajar Alkitab, dan permainan-permainan untuk memberikan pelajaran.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam menolong anak-anak berkebutuhan khusus.

  1. Hindarilah mengajar/melatih anak lebih dari 5 menit.
  2. Saat melayani anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, ingatlah untuk menekankan pada kemampuan mereka. Sesuaikan harapan-harapan Anda pada keterbatasan-keterbatasan mereka dan tantanglah mereka untuk melakukan yang terbaik.
  3. Libatkan mereka dalam aktivitas Anda karena jika tidak, sikap Anda bisa membahayakan kenyamanan mereka.
  4. Hindari menunjukkan rasa kasihan terhadap keterbatasan mereka. Rasa kasihan justru bisa membuat mereka semakin tidak mampu. Sebaliknya, bersabarlah dan berdoalah terus, dan carilah kemampuan/potensi dalam diri anak-anak Tuhan yang istimewa ini. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan diedit seperlunya dari:
Judul buku : The Complete Handbook for Children's Ministry
Judul asli artikel : Special Needs
Penulis : Dr. Robert J.Choun dan Dr. Michael S. Lawson
Penerbit : Thomas Nelson Publishers, Nashville 1993
Halaman : 304 -- 307