Anak Tunggal

Edisi C3I: e-Konsel 188 - Anak Tunggal

Bagaimana dengan keluarga yang hanya memunyai satu orang anak? Sifat-sifat apakah yang menandai anak tunggal dalam suatu keluarga?

Seorang anak tunggal dapat menunjukkan sifat-sifat anak sulung maupun anak bungsu. Dia kemungkinan cenderung untuk mencapai prestasi, dan sering memunyai keinginan yang besar untuk menyenangkan orang tuanya. Tetapi, dia merasa aman dalam hubungannya dengan orang tua, sebab tidak perlu takut disaingi oleh adik-adiknya.

Banyak pasangan yang memusatkan kehidupan mereka pada anak tunggal mereka. Akibatnya, banyak anak tunggal yang percaya bahwa satu-satunya tugas orang tua mereka adalah melayani dan memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi mereka ketika dewasa. Anak tunggal dapat bertumbuh dengan merasa bahwa perhatian utama kehidupan hanyalah berkisar pada mereka. Karena tidak ada saudara yang dapat mengajarkan sesuatu kepadanya, mereka mungkin memunyai kesulitan mengembangkan kemampuan sosial, seperti dalam hal membina persahabatan dan berbagi rasa. Karena mereka tidak mengalami kecemburuan atau persaingan dalam keluarga, mereka mungkin menemui kesulitan untuk menghadapi masalah tersebut di kemudian hari dalam kehidupannya. Kesepian dan merasa terasing karena menjadi anak tunggal juga dapat menjadi suatu masalah. Sering kali, anak tungggal harus berjuang melawan hubungan yang retak dalam kehidupan.

Bagaimana Anda berkomunikasi dengan anak tunggal? Karena mereka sering kali bersifat anak sulung dan juga anak bungsu, Anda perlu memerhatikan petunjuk untuk kedua kelompok tersebut. Penting bagi Anda untuk mengamati anak tunggal Anda secara cermat dan menyesuaikan cara Anda berkomunikasi menurut sifat yang diperlihatkannya. Yang terutama, kenalilah keunikannya dan belajarlah untuk berbicara sesuai dengan gayanya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Menjadi Orang Tua yang Bijaksana
Judul asli buku : The Power of A Parent
Penulis : H. Norman Wright
Penerjemah : Christine Sujana
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta 1991
Halaman : 216 -- 217