Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bagian C: Penyiksaan: Anak yang Mengalami Penyiksaan

Penyiksaan: Anak yang Mengalami Penyiksaan
Latar Belakang

Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh berita tentang orang tua yang menyiksa anaknya sendiri. Walaupun baru belakangan ini kasus sedemikian diungkapkan kepada umum, tetapi mungkin sekali kejadiannya diam-diam sudah berlangsung lama dalam masyarakat kita. Mungkin pula ia terjadi merata di semua lapisan dan tingkat sosial-ekonomi, pendidikan, suku dan usia Tindakan kejam biasa terjadi dalam lingkungan keluarga. Yang dulu disiksa, kelak menjadi penyiksa! Penyiksaan bisa terjadi dalam tiga bentuk: melalui kata-kata, siksa jasmani dan siksa seksual. Yang mana pun dari ketiga jenis penyiksaan ini, dapat sangat menghancurkan hidup seorang anak, dan mungkin sekali dia tidak akan pernah pulih dari kehancuran tersebut.

Penyiksaan melalui kata-kata dapat membuat anak merasa rendah dan hina. Dia mungkin merasa, bahwa siksaan jasmani patut diterimanya. Jerit pekik orang tua, yang kerap diikuti oleh caci maki, sumpah serapah berkepanjangan, disertai kata-kata merendahkan seperti: "Anak tak berguna", "Tidak pernah tumbuh jadi dewasa", "Lihat si anu dan si anu", dan sebagainya, akan merampas segala harga dirinya, dan akan membuat anak itu kelak kehilangan identitas dan tertekan sampai mengalami kelumpuhan emosional.

Bila hal tadi diikuti pula dengan hukuman jasmani, anak itu akan makin kehilangan unsur-unsur pertumbuhan emosional yang perlu untuk membuatnya menjadi dewasa yang wajar dan bertanggung, jawab. Anak yang mengalami penyiksaan demikian, sangat mudah terjerumus ke dalam obat bius, alkohol atau penyimpangan seks.

Anak sedemikian seringkali tertekan, berprestasi buruk di sekolah, berkelakuan salah dan tidak bertanggung jawab. Mereka cenderung menipu dan berdusta, mencuri, curang dan melanggar hak-hak orang lain. Terbiasa belajar bahwa kekerasan adalah kelakuan yang wajar, dia pun memakainya untuk memecahkan masalah-masalahnya di sekolah, persahabatan dan keluarganya. Mereka berkecenderungan merusak diri dan senang membayangkan dirinya membunuh orang tuanya. Sebagian besar penghuni lembaga pemasyarakatan adalah mereka yang menjadi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Hampir mustahil menentukan tanggapan emosional yang tepat pada anak-anak sedemikian, namun sikap lembut dan penuh kasih paling tidak akan membuka pintu kepada pemecahan.

Latar Belakang
Ayat Alkitab
Strategi Bimbingan
  1. Dalam pendekatan anda, bersikaplah peka, sabar dan penuh perhatian.

    Bisa jadi anda sedang berbicara pada seorang anak yang tak mampu menanggap secara emosional.

  2. Perkuat motifnya minta dilayani. Katakan padanya:

    Kami senang diminta melayani.
    Kami siap menolong kau.
    Allah mengasihi kau dan kami pun mengasihi kau.
    Kau penting bagi Dia dan bagi kami.
    Allah tahu apa yang sedang kau alami dan ingin menolong

  3. Tanyakan apa yang dirasakannya.

    Ketika dia mengungkapkan penyiksaan yang diterimanya entah dari ayah, ibu atau kakaknya, cari tahu bagaimana perasaannya terhadap hukuman-hukuman itu. Mereka kerap merasa bahwa sudah sepatutnya mereka menerima perlakuan keji tersebut.

  4. Yakinkan dia bahwa dia tidak seburuk itu.

    Kadang-kadang para orang tua tidak sadar bahwa perlakuannya telah membawa akibat penyiksaan. Mereka sendiri mungkin tidak berniat menyiksa anaknya. Tujuh puluh persen penyiksa menerima penyiksaan selagi kecil mereka.

  5. Katakan padanya bahwa Yesus sangat mengasihi dia.

    Yesus telah mati baginya di Salib. Yesus satu-satunya yang menyediakan kerajaan khusus untuk anak-anak ("Sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.").

  6. Tanyakan apakah dia pernah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Jika belum, jelaskan "Damai dengan Allah", .
  7. Tanyakan apakah dia punya Alkitab. Anjurkan dia untuk mulai membacanya. Tawarkan _Hidup dalam Kristus_ (12 tahun ke atas), atau buku-buku bantuan lain untuk anak kecil, dari toko-toko buku Kristen.
  8. Tanyakan apakah dia-ke gereja.

    Jika dia kenal pendetanya, anjurkan dia menemuinya dan menceritakan semua pengalamannya, betapapun itu membuatnya malu. Sebelum bisa membantu, pendeta perlu mengetahui masalahnya. Orang tua yang melakukan penyiksaan itu, Mungkin tidak akan sedia mengubah kelakuannya kecuali diperhadapkan pada konsekuensi hukum: karena itu perlu diperkenalkan pada pendeta. Sang pendeta dapat menghadapi orang tua tersebut, mengatur kesempatan melayaninya dan bila perlu menghubungi yang berwajib.

  9. Berdoalah dengan anak itu, agar selanjutnya dia dikuatkan.
Latar Belakang
Strategi Bimbingan
Ayat Alkitab

"Tetapi Yesus berkata: 'Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.'" (Mat 19:14)

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat 11:28)

"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1Pet 5:7)

Komentar