Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

e-Konsel, 17 Mei 2011, Volume 2011, No. 242

Menolong Anak yang Malas Belajar
Jelajah Buku

Konselor Kompeten - Pengantar Konseling Terapi Untuk Pemulihan

Ulasan Buku : Konselor Kompeten - Pengantar Konseling Terapi Untuk Pemulihan
Penulis : Magdalena Tomatala, Ph. D.
Penerbit : YT Leadership Foundation, Jakarta 2000
Ukuran buku : 14 x 21 cm
Tebal : 131 halaman
Editorial

Menolong Anak yang Malas Belajar

Salam kasih dalam Kristus,

Tidak semua anak memiliki kesadaran yang tinggi untuk belajar. Ada beberapa anak yang begitu sulit untuk diminta belajar. Berbagai alasan mereka gunakan untuk menutupi kemalasan mereka. Bagaimana caranya kita bisa membantu mereka terlepas dari kemalasan untuk belajar? Anda dapat menemukan jawabannya di dalam kolom Cakrawala yang hadir di edisi ini. Sebuah artikel dari TELAGA juga bisa menjadi wacana tersendiri bagi Anda, untuk membantu anak yang malas belajar. Di kolom Ulasan Buku, e-Konsel memperkenalkan buku tulisan Magdalena Tomatala, Ph. D. yang membahas tentang pengantar konseling terapi untuk pemulihan. Kiranya edisi kami ini menjadi berkat bagi Anda.

Tuhan memberkati.
Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >

Artikel

Menolong Anak Agar Tidak Malas Belajar

Ditulis oleh: Sri Setyawati

"Kenapa sih, kamu ini malas sekali kalau disuruh belajar?" omel seorang ibu. Keluhan semacam ini mungkin pernah Anda ucapkan ketika anak Anda tidak mau belajar. Lalu apa yang Anda lakukan? Menjewer, memukul, menarik dan mendudukkannya ke kursi, serta menungguinya untuk belajar?

Mengapa anak-anak malas belajar? Apa saja yang menyebabkannya? Ada banyak faktor yang menyebabkan anak malas belajar. Secara umum, faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian. ... baca selengkapnya »

Telaga

Malas Belajar

Dewasa ini, banyak orang tua mengeluh bahwa anak mereka malas belajar dan kesenangannya hanyalah bermain. Pertanyaannya adalah, mengapa?

  1. Sekarang bersekolah telah melebihi pekerjaan purnawaktu, dan anak membutuhkan porsi waktu santai yang lebih besar.

  2. Kebanyakan proses pembelajaran di sekolah masih mengandalkan metode menghafal dan penjelasan yang abstrak. Metode ini sangat kontras dengan permainan anak yang merangsang kreativitas. Itu sebabnya, banyak anak tidak menyukai pelajaran sekolah dan memilih bermain.

Komentar