Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Kebijaksanaan

Edisi C3I: e-Konsel 307 - Konselor yang Bijaksana

Dasar: Amsal 2:10,11; Amsal 3:21,22; dan Kisah Para Rasul 19:36.

Tidak bijaksana bukan hanya merupakan dosa orang-orang yang belum bertobat. Di antara anak-anak Allah, hal itu sering menyebabkan banyak kejahatan dan kesusahan.

Tentang Musa, kita membaca: "Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka; sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata-katanya." Kita membaca juga tentang Uza yang menyentuh tabut perjanjian: "Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu."

Apakah kebijaksanaan itu dan mengapa hal itu sangat penting, dapat dijelaskan dengan mudah. Apabila sepasukan tentara bergerak ke daerah musuh, keselamatan mereka bergantung pada para penjaga yang bertugas. Penjaga-penjaga harus selalu waspada supaya dapat mengetahui dan memberi peringatan apabila musuh menyerang mereka. Pengintai-pengintai yang pandai diutus keluar, supaya mereka dapat mengetahui keadaan daerah dan kekuatan musuh. Kewaspadaan yang demikian, yaitu mengamat-amati keadaan sekelilingnya terlebih dahulu sebelum bertindak, mutlak harus ada.

a. Orang yang bijaksana menjagai dirinya. Orang-orang Kristen hidup di daerah musuh. Segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dapat menjadi jerat atau merupakan kesempatan untuk berbuat dosa. Oleh sebab itu, setiap langkahnya harus dilaksanakan dengan ketelitian dan kewaspadaan yang suci, agar ia tidak melakukan sesuatu yang tidak bijaksana. Ia harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan.

b. Orang bijaksana menjaga lidahnya. Banyak sekali anak Tuhan yang dirugikan karena beranggapan bahwa asal ia tidak mengatakan yang salah, ia boleh berkata sesukanya. Ia tidak mengetahui bahwa dengan banyak bicara, jiwanya dapat terperangkap oleh daya tarik dunia. Dengan banyak bicara, kemungkinan salah pun tidak sedikit. Orang yang bijaksana berusaha untuk tidak banyak berbicara, kecuali bagi kemuliaan Allah dan kalau menjadi berkat bagi orang lain.

Mendengar

c. Orang bijaksana juga menjaga telinganya. Melalui telinga, saya mendengar berita dunia, mendengar perkataan orang lain yang tidak bijaksana yang dapat memengaruhi saya. Yang sangat membahayakan jiwa kita adalah rasa ingin tahu akan berita-berita. Berita-berita itu dapat menyebabkan seseorang tidak lagi melihat dirinya sendiri, tetapi hidup seluruhnya bagi dunia sekelilingnya. Orang-orang Korintus itu lebih tidak mengenal Tuhan daripada orang-orang Atena, tetapi orang-orang di Atena "tidak memunyai waktu untuk sesuatu, selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru". Oleh karena itu, di situ sedikit sekali orang yang bertobat. Yesus mengatakan agar kita berhati-hati terhadap apa yang kita dengar.

Oleh karena itu, orang Kristen harus bersifat bijaksana dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. "Orang yang menyendiri, mencari keinginannya." Anak Tuhan tidak memunyai kebebasan sepenuhnya dalam pergaulannya dengan masyarakat dunia. Ia harus mencari kehendak Bapanya.

d. Orang bijaksana akan selalu memelihara pekerjaan dan milik yang halal. Kebijaksanaan mengetahui bahwa sedikit demi sedikit dan dengan diam-diam kasih akan uang, pikiran yang duniawi, dan kuasa kedagingan yang ada dalam diri manusia akan mencapai puncaknya, dan orang bijaksana menyadari bahwa ia tidak dapat mengharapkan dirinya terlepas dari pencobaan ini.

Di atas semuanya, kebijaksanaan memelihara hati karena hati merupakan sumber kehidupan dan dari hatilah terpancar segala sesuatu. Dengan mengingat firman yang berkata, "Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal," orang bijaksana akan merendahkan hati dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.

Dari manakah jiwa memperoleh kekuatan, untuk senantiasa berjaga-jaga terhadap seribu satu macam bahaya yang mengelilinginya? Bukankah menegangkan dan meletihkan jika kita harus selalu berjaga-jaga dan tidak pernah merasa tenteram dengan keyakinan bahwa tidak ada bahaya? Sama sekali tidak. Kebijaksanaan justru mendatangkan ketenteraman yang sempurna. Jaminan dan kekuatannya berasal dari Penjaga surgawi yang tidak pernah mengantuk ataupun tertidur. Dengan percaya kepada Dia dan dengan pimpinan Roh-Nya, kebijaksanaan itu akan melakukan tugasnya.

Apabila seorang Kristen hidup sebagai orang yang bijaksana, maka segala tindakannya akan diliputi dengan keagungan dan kebijaksanaan yang suci. Iman -- kepercayaan bahwa Yesus memelihara dan menjaga -- mengikatkan kita kepada-Nya di dalam kasih, dan kebijaksanaan yang suci terpancar seakan-akan dengan sendirinya dari kasih yang tidak akan mendukacitakan atau meninggalkan Dia, dari iman yang kekuatannya terletak di dalam Dia.

Ya Tuhan Allah, jagalah hamba agar hamba tidak menjadi orang yang tidak bijaksana. Kiranya kebijaksanaan orang-orang benar selalu ada pada hamba, sehingga di dalam segala hal, hamba tidak akan menyakiti orang lain. Amin.

Kebijaksanaan tidak bertindak terburu-buru, melainkan memperbesar keberanian karena iman.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

  1. Ada seseorang yang dengan sangat berhati-hati memelihara kuda dan keretanya, sehingga semuanya selalu dalam keadaan baik. Pada suatu hari, seseorang berkata kepadanya, "Sebenarnya, kamu tidak perlu terus-menerus bersusah payah seperti itu." Tetapi ia menjawab, "Kewaspadaan dan ketekunan saya selalu mendapat imbalan." Banyak orang Kristen memerlukan pelajaran ini. Betapa banyak orang Kristen yang harus sungguh-sungguh berdoa untuk ini -- supaya pertobatannya, sesuai dengan firman Allah, sampai kepada "kebijaksanaan orang yang benar".
  2. Kebijaksanaan itu berakar pada pengetahuan akan diri sendiri. Semakin saya menyadari ketidakmampuan dan kedagingan saya yang berdosa, saya semakin perlu berjaga-jaga. Jadi, berjaga-jaga merupakan unsur penting dalam penyangkalan diri yang sesungguhnya.
  3. Kuasa kebijaksanaan itu terletak di dalam iman. Tuhan adalah Penjaga kita dan Ia menjaga kita melalui Roh-Nya yang selalu tinggal di dalam kita. Dialah yang memberikan kita kebijaksanaan.
  4. Kegiatannya tidak terbatas pada diri kita saja, tetapi terutama ditujukan bagi orang-orang di sekeliling kita, agar kita tidak menyakiti dan menjadi batu sandungan pada jalan mereka (Roma 14:13; 1 Korintus 8:9; 10:32; Filipi 1:10).
  5. Orang yang bijaksana suka berdiam diri supaya ia dapat menyerahkan jalannya kepada Tuhan dengan tenang dan dengan pertimbangan yang masak. Orang yang bijaksana menjunjung tinggi perkataan panitera kota Efesus: "Hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak."
  6. Pada umumnya dan pada kemenangan-kemenangan mereka, kita melihat bahwa kebijaksanaan itu tidak takut, melainkan berani dan yakin akan kemenangan. Kebijaksanaan tidak bertindak terburu-buru, melainkan memperbesar keberanian karena iman.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku : The New Life
Judul buku terjemahan : Membina Iman
Judul bab : Kebijaksanaan
Penulis : Andrew Murray
Penerjemah : Eviyanti Agus
Penerbit : Kalam Hidup, Bandung 1980
Halaman : 201 -- 204

Komentar