Kebohongan Demi Kebaikan

Tanya:

Ayah saya meninggal dunia satu tahun yang lalu. Saya mengetahuinya karena seseorang menelepon saya untuk memberi tahu saya. Saya tidak mengatakan hal itu kepada ibu saya karena saya tidak mau ia menderita. Oleh karena itu, saya berbohong.

Namun, kemudian ibu saya mengetahui hal itu, dan ia mengatakan bahwa ia tidak akan pernah memaafkan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi. Setiap malam saya menangis dan tidak bisa tidur. Saya merasa bersalah atas keadaan yang menjadi begini. Ibu saya sekarang sering minum minuman keras. Bapak Palau, saya memerlukan nasihat Bapak.

Jawab:

Sebagai seorang wanita muda, Anda bermaksud baik. Anda berbohong kepada ibu Anda untuk melindungi dia dari kabar yang tidak menyenangkan. Selain kehilangan ayah Anda, tindakan Anda menyebabkan ibu Anda menjauhkan diri dari Anda. Sekarang ia sedang tenggelam dalam kebiasaan minum minuman keras dan ia menyalahkan Anda atas masalahnya.

Ternyata maksud baik tidaklah cukup baik, bukankah begitu? Bapak mengerti keadaan Anda karena Bapak masih ingat betapa kematian ayah Bapak memengaruhi ibu. Bapak mengerti, Anda memang tulus dalam tindakan Anda. Akan tetapi, maksud yang baik harus dibarengi dengan tindakan yang benar. Berbohong kepada ibu Anda adalah perbuatan yang salah.

Francis Bacon menulis, "Manusia lebih suka percaya akan apa yang ia ingin percayai." Bukankah sering begitu? Kita berbohong kepada Tuhan, kepada orang-orang, bahkan kepada diri sendiri karena kadang-kadang keadaan yang sebenarnya tentang hidup ini begitu menyakitkan. Akan tetapi, kebenaran tidak pernah menyakitkan, kecuali memang harus demikian.

Salah satu kebutuhan dasar kita sebagai manusia ialah mengetahui kebenaran. Ibu Anda perlu mengetahui hal kematian ayah Anda. Apakah mereka hidup terpisah atau telah bercerai pada waktu ayah Anda meninggal? Apakah Anda benar-benar hendak merahasiakan kematiannya kepada ibu Anda?

Orang yang memberi tahu Anda, bukannya memberi tahu ibu Anda, membawa Anda ke dalam situasi yang sulit dan serba salah. Mungkin Anda bukanlah orang yang tepat untuk memberi tahu kematian ayah Anda kepada ibu Anda, tetapi Anda seharusnya tidak berbohong kepada ibu Anda. Berbohong adalah menyangkal. Berbohong sama halnya dengan menyangkal kebenaran karena kita pikir perbuatan itu nanti juga akan lenyap dengan sendirinya. Akan tetapi, pada kenyataannya tidaklah demikian. Sebuah dusta tidak pernah menyelesaikan apa pun. Dusta yang satu menimbulkan dusta yang lainnya. Lingkaran yang jahat ini tidak akan berhenti sampai akhirnya meledak di muka Anda sendiri. Alkitab menegaskan, "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." (Efesus 4:25)

Yesus Kristus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup." Akan tetapi, kecenderungan alamiah kita ialah berdusta walaupun kita tidak perlu menyembunyikan sesuatu. Buanglah kebiasaan buruk itu dan jadikanlah kebenaran jalan kehidupan Anda hari lepas hari. Janganlah pernah menyangkal atau menutup-nutupi kebenaran lagi walaupun Anda berpikir, mungkin dengan berbohong seseorang akan tertolong. Sudah jelas, dusta tidak menolong ibu Anda. Tentu saja ia bertanggung jawab untuk menentukan sendiri bagaimana reaksinya nanti. Anda juga perlu bertanggung jawab atas tindakan Anda sendiri.

Segera pergilah kepada ibu Anda dan mintalah maaf. Katakan kepadanya, "Saya berbohong kepada Ibu dan saya melukai hati Ibu. Maafkan saya, Bu." Pikirkanlah baik-baik apa yang akan Anda katakan kepadanya sebelum Anda berbicara. Janganlah bicara berkepanjangan. Akuilah saja kesalahan Anda dan minta maaf. Lalu, tunggulah tanggapannya.

Kalau ibu Anda mulai mencaci-maki dan menyalahkan Anda, dengarkanlah untuk sesaat, lihatlah apakah ia akan tenang kembali. Anda boleh sekali lagi berkata, "Ibu benar, sayalah yang salah. Maukah Ibu memaafkan saya?"

Kalau Anda sudah meminta maaf kepada ibu Anda, Anda sudah melakukan bagian Anda. Kalau ia memaafkan Anda, itu baik. Kalau ia tidak memaafkan Anda, Anda tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Sekarang itu merupakan masalah ibu Anda. Namun, Anda dapat tidur dengan nyenyak lagi karena Anda sudah melakukan yang benar. Berilah kabar lagi kepada Bapak. Bapak ingin sedapat mungkin menolong Anda.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku : Tough Questions Answered by Luis Palau
Judul buku terjemahan : Pertanyaan yang Sulit
Judul bab : Menjalani Kehidupan Kristen Sulit Sekali
Penulis : Luis Palau
Penerjemah : Rita Widjana
Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1999
Halaman : 70 -- 73