Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Kesenangan Vs Sukacita

Edisi C3I: e-Konsel 186 - Sukacita di dalam Tuhan

Sukacita dalam Kristus

Dunia menawarkan kesenangan-kesenangan sementara (Ibr. 11:25), tetapi Tuhan Yesus menawarkan sukacita yang penuh dan kekal (Yoh. 15:11). Kesenangan bergantung pada situasi-situasi tertentu, sedangkan sukacita datang dari dalam dan tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungan.

Kesenangan dapat selalu berubah-ubah, sedangkan sukacita tak pernah berubah! Kesenangan-kesenangan duniawi sering diikuti dengan depresi. Sukacita sejati berakar dalam Yesus Kristus, yang "tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibr. 13:8).

Hal-hal ini Aku katakan kepadamu supaya sukacita-Ku ada di dalammu sehingga sukacitamu menjadi penuh. (Yohanes 15:11, AYT)


FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Agar selalu dapat menikmati kesenangan, kita harus berupaya masuk dari rangsangan kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain sebab kesenangan tidak bersifat permanen. Namun, sukacita merupakan kebalikannya. Sukacita adalah anugerah yang kita terima dari Allah.

Kesenangan dibangun atas dasar kepentingan pribadi, sedangkan sukacita didasarkan pada pengorbanan diri seseorang. Semakin banyak kita mengejar kepuasan diri, maka akan semakin hampa perasaan kita. Jika kesenangan kecil memberi kegembiraan sementara hari ini, dibutuhkan kesenangan dan sensasi yang lebih besar untuk mendapat kegembiraan yang sama besok pagi. Sebaliknya, sukacita didasarkan pada pengorbanan diri kita. Saat kita belajar apa artinya memerhatikan kebutuhan orang lain, kita akan menemukan kepenuhan yang lebih besar dalam diri Allah sendiri, yang memenuhi setiap kebutuhan kita.

Hanya dengan mencari hal-hal dalam Kristus, Anda dapat menemukan sukacita yang abadi. (HGB)

UNTUK MENDAPATKAN SUKACITA YANG ABADI UTAMAKANLAH KRISTUS SENANTIASA

 

Unduh Audio

 

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs : SABDA.org
Alamat situs : www.sabda.org
Penulis artikel : e-Renungan Harian
Nomor edisi : Kamis, 5 April 2001
Sumber: e-Konsel 186

Komentar