Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Lima Hal untuk Diadaptasi dalam Pernikahan

Pasangan antaretnik menghadapi keputusan-keputusan penting di awal pernikahan yang menguatkan pondasi mereka. Dengan menghadapi keputusan-keputusan tersebut, mereka memanfaatkan perbedaan mereka sebagai kekuatan. (Dr. Harold L. Arnold, Jr.)

Setiap hari pasangan-pasangan membuat keputusan yang mungkin memiliki dampak jangka panjang terhadap pernikahan mereka.

Dengan demikian, wajar saja bahwa mengembangkan proses pengambilan keputusan yang efektif selama tahun-tahun awal pernikahan dapat meningkatkan kepuasan dalam pernikahan selamanya. Para pasangan yang baru saja menikah tentu saja yang paling sedikit memiliki pengalaman dalam pengambilan keputusan semacam ini. Kemampuan ini cukup penting khususnya bagi pasangan antaretnik, yang harus belajar menghadapi perbedaan sikap, meskipun sudah berakar, yang dibawa masing-masing pihak dalam pernikahan.

Ada lima keputusan kunci yang vital dalam semua pernikahan, yang cukup penting, khususnya dalam pernikahan antaretnik.

Lima Keputusan "Faktor F" untuk Melindungi Pernikahan Antaretnik Anda

  1. Iman (Faith).
    Prioritaskan iman Anda kepada tujuan Allah bagi pernikahan Anda. Allah memiliki suatu tujuan bagi pernikahan Anda -- pernikahan yang dirancang untuk menarik orang-orang kepada-Nya. Pernikahan antaretnik memiliki janji unik karena Anda mengorbankan apa yang dirasa alamiah demi apa yang benar.

    Identitas etnik istri saya sebagai anggota golongan Hispanik (keturunan Spanyol) sangat memengaruhi pernikahan saya. Hal ini tampak dalam keseganan dan kesabarannya kepada saya -- sebuah elemen tradisional peran istri dalam budayanya -- bahkan ketika tindakan saya berpusat pada diri sendiri. Akan tetapi, berdasarkan pola pengasuhan saya sebagai pria Amerika keturunan Afrika dengan seorang ibu yang blak-blakan, saya salah mengartikan keseganan sesuai budayanya sebagai kelemahan. Namun, saat kami bersama-sama mencari tujuan Allah bagi pernikahan kami; harapan dan sikap kami dipertemukan, sehingga kami dapat memahami latar belakang, bakat-bakat, dan kelemahan masing-masing sebagai pelengkap dan pemersatu cara pandang kami yang berlainan dalam pengambilan keputusan bersama.

  2. Keluarga (Family).
    Komunikasikan dengan pasangan Anda bahwa kondisi emosinya merupakan prioritas tertinggi. Sangat penting dalam semua pernikahan untuk mengomunikasikan kepada pasangan Anda bahwa dia adalah seseorang yang menjadi prioritas dalam hidup Anda, kemudian buktikan hal itu. Banyak pasangan antaretnik berjuang dalam menyeimbangkan kebutuhan dan permintaan orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan kebutuhan dan permintaan pasangan mereka.

    Masalah ini khususnya terlihat nyata dalam hal budaya (misalnya budaya-budaya Asia) atau keluarga yang banyak mendapat pengaruh orang tua. Individu-individu dari latar belakang ini harus memandang hubungan pernikahan mereka sebagai sebuah proses penyatuan yang terinspirasi secara ilahi -- sebuah proses ketika identitas Anda sebagai satu pasangan lebih diutamakan daripada keluarga besar Anda (Kejadian 2:24). Oleh karena itu, kebutuhan jasmani dan perasaan pasangan Anda haruslah menjadi prioritas juga.

  3. Teman-Teman (Friends).
    Pilihlah teman yang memiliki kemiripan latar belakang budaya, yang bermanfaat bagi kesehatan pernikahan Anda. Setiap pernikahan membutuhkan teman-teman, khususnya mereka yang mendukung hubungan pernikahan Anda. Seperti yang Amos katakan, "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3:3).

    Para pasangan antaretnik harus membina hubungan saling percaya dengan orang-orang lain yang menceritakan latar belakang budaya mereka, kasih kepada Allah, dan komitmen terhadap pernikahan mereka. Pernikahan antaretnik Anda diberkati ketika orang lain yang memahami tipisnya perbedaan budaya dapat bersepakat dengan Anda melalui doa, penguatan, mediasi, dan pendidikan.

  4. Keuangan (Finance).
    Kembangkan sebuah perencanaan keuangan bersama-sama. Manajemen uang adalah salah satu aspek pernikahan yang paling banyak menimbulkan konflik. Hal ini juga dapat menjadi suatu gejala timbulnya ketidakharmonisan yang mengakar. Tindakan pasangan terhadap uang hampir selalu mencerminkan pengalaman mereka dengan uang dalam keluarga asal mereka masing-masing.

    Pengelolaan keuangan secara efektif membutuhkan komunikasi yang terbuka dan jujur mengenai kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan harapan menyangkut tempat tinggal, beban kerja, ambisi akademik, perencanaan kehamilan, transportasi, perpuluhan, hiburan, kegemaran, dan pilihan-pilihan gaya hidup lainnya. Bagi pasangan antaretnik, sindiran tentang budaya yang semakin banyak dan perbedaan pilihan bisa menyakitkan. Merancang perencanaan keuangan yang fleksibel untuk jangka pendek (1 tahun), menengah (3 tahun), dan panjang (5 tahun atau lebih) sembari memasukkan pilihan setiap pasangan dengan bobot yang sama, dapat membantu mengembangkan keterbukaan yang meminimalisasi tekanan ini.

  5. Makanan (Food).
    Pahamilah arti makanan dan perencanaan pola makan bagi pasangan Anda. Makanan adalah salah satu elemen nyata dalam budaya. Saya senang sekali mengingat-ingat antusiasme saya ketika istri saya menghabiskan waktu di dapur nenek saya untuk belajar mempersiapkan gula-gula ala daerah Amerika Serikat bagian Selatan (hampir semuanya tidak dikenal dalam budayanya) yang menjadi simbol yang kuat pada masa kecil saya.

    Selain isu gender tentang siapa yang mempersiapkan makanan, isu budaya juga memengaruhi apakah makanan dimakan bersama sebagai bagian keluarga, disiapkan di rumah, atau disajikan pada saat-saat tertentu. Hal ini tidak terjadi bagi sebagian besar individu jika aspek identitas kesukuan mereka yang penting ini bisa dihadapi saat mereka menikah.

Peribahasa lama yang mengatakan "cara tercepat menuju hati pria adalah lewat perutnya" mungkin ada benarnya di semua budaya. Namun, makanan sama pentingnya juga bagi wanita. Pasangan-pasangan antaretnik akan mendapat keuntungan dengan mengomunikasikan hal-hal seputar makanan. Para suami dan istri menunjukkan kasih mereka satu sama lain dengan berpikiran terbuka dalam hal mempersiapkan dan/atau mencicipi masakan yang disukai pasangan mereka. Walaupun makanan jarang disebut sebagai penyebab ketegangan dalam pernikahan, mengikuti selera perut pasangan Anda mungkin menjadi kunci untuk mengikat hati Anda berdua. (t/Dicky)

Diambil dari:
Nama situs: www.focusonthefamily.com
Alamat situs: http://www.focusonthefamily.com/marriage/marriage_challenges/marriage_in...
Judul artikel: Faith, Family, Friends, Finances and Food
Penulis artikel: Dr. Harold L. Arnold, Jr.
Tanggal akses: 24 Maret 2011

Komentar