Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Mengenal Okultisme

Edisi C3I: e-Konsel 139 - Okultisme

"Tetapi Roh dengan tegas mengatakan, bahwa di waktu-waktu kemudian ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan. Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah" (1Tim. 4:1,7).

Dalam pelayanan di Jakarta, penulis menjumpai sebuah kasus unik yang melibatkan kuasa kegelapan. Ada seorang pria yang berada dalam keadaan sekarat kendati semula tidak menderita sakit dan dokter tidak menemukan kelainan apa-apa pada tubuhnya; hidup tidak, mati pun tidak. Dokter menyerah terhadap kasus ini. Baru kemudian diketahui bahwa ayahnya seorang dukun klenik dan ia sendiri juga mempelajari ilmu hitam.

Gejala penggunaan kuasa gelap dikenal sebagai okultisme dan belakangan makin banyak diminati orang. Terlebih kenyataan ini didorong oleh maraknya film dan tayangan sinetron lewat televisi. Buku dan film yang menonjolkan sihir dan mantra semacam Harry Potter dan Lord of the Rings sangat populer di mata umum dan nyaris semua stasiun televisi menyajikan tema misteri, alam gaib, dan sejenisnya. Kenyataannya, film-film demikian memiliki tingkat edar yang tinggi alias diminati para penonton, karenanya pengaruhnya amat luas.

Okultisme dapat dibagi dalam beberapa jenis dan umumnya dipraktikkan secara bercampur, yakni kepercayaan kepada:

  1. takhayul,

  2. nasib,

  3. peruntungan,

  4. sihir/magis,

  5. mistik,

  6. spiritisme, dan

  7. satanisme atau penyembahan kepada setan.

Takhayul, nasib, dan peruntungan makin laku sebagai komoditas, praktik-praktik peramalan banyak dikunjungi peminat. Orang meninggalkan akal sehat dan mempercayai takhayul dan dongeng-dongeng yang tak jelas asal muasalnya. Orang modern banyak dihibur oleh peruntungan hong sui yang sarat dengan takhayul dan kepercayaan spiritisme. Kini tak hanya dilakukan secara pribadi oleh para peramal, melainkan disebar-luaskan melalui media cetak dan elektronik, bahkan ada universitas yang mengajarkan seperti apa adanya. Ada bank yang meresmikan berdirinya pada tanggal 8 bulan 8 tahun 88 (empat angka keberuntungan). Banknya juga dicat dengan warna spesifik keberuntungan. Namun di kemudian hari, bank tersebut dilikuidasi dan hingga kini dirundung masalah.

Kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk sihir dan magis makin banyak dicari orang, bahkan orang rela menuntut ilmunya, sekalipun harus mencabuli sekian banyak gadis dan meminum darah segar manusia untuk memenuhi persyaratannya. Di mana-mana kita melihat praktik latihan kekuatan batin, visualisasi, dan penggunaan simbol-simbol yang dianggap suci untuk kesembuhan atau untuk mencari berkah atas jabatan yang disandangnya. Orang juga mencari pemecahan atas masalah yang dihadapi dengan menyembah dan bertanya kepada arwah/orang mati (spiritisme), bahkan juga menyembah dan beribadat kepada setan (satanisme).

Lalu orang pun bertanya, "Mengapa manusia kehilangan pengharapan dan mencari-cari jawabannya dengan cara yang tidak direstui oleh Tuhan?" Tampaknya pada masa kini masalah hidup manusia makin rumit dan biaya pengobatan makin mahal. Orang miskin tak mampu untuk berobat sehingga konsekuensi logisnya orang mencari pengobatan alternatif yang bersifat terobosan dan murah meriah.

Tuhan melalui firman-Nya menolak kuasa-kuasa kegelapan yang jelas berasal dari roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan. Biasanya okultisme dipercayai dan diajarkan secara turun-temurun dalam tradisi animistik. Bagaimana kita menghadapi kenyataan okultisme demikian? Ayat di atas mengingatkan kita selaku umat beriman agar melatih diri dalam beribadat kepada Tuhan sebagai penangkalnya. Ketimbang menjadi pelayan dosa dan okultisme yang memperbudak manusia dan yang menuntut tumbal, lebih baik kita menjadi pelayan Yesus Kristus, Sang Penebus dosa manusia yang memerdekakan kita.

Kiranya kita terdidik dalam pokok-pokok iman, ajaran sehat, dan memiliki pengharapan kepada Tuhan Allah yang hidup, yang menjadi sandaran manusia, baik pada waktu sekarang di dunia ini, maupun pada waktu yang akan datang dalam kehidupan yang kekal. Karenanya, kita pun bertekun dalam membaca Kitab Suci dan dalam membangun serta mengajar, lalu kita pun hidup di dalam ajaran-Nya. Bahkan tak berhenti sampai di situ saja, tetapi meneruskan sikap hidup mawas diri dan tekun dalam semua langkah iman kita. Dengan berbuat demikian, Tuhan Allah akan menyelamatkan kita dan orang-orang yang juga mendengarkan berita Injil damai sejahtera itu.

Tak ada jalan lain bagi manusia untuk memilih, mengikuti jalan okultisme yang berasal dari kuasa kegelapan atau kebenaran yang memerdekakan dan yang Tuhan janjikan untuk kita peroleh melalui Dia? Kiranya damai sejahtera Allah dan kasih Tuhan Yesus Kristus menyertai kita. Amin.

Penulis adalah Ketua Yayasan Bina Awam, tinggal di Bandung.

Diambil dan diedit seperlunya dari:

Nama situs : Pikiran Rakyat.com
Nama kolom : Gema Gereja, Edisi Sabtu, 21 Februari 2004
Penulis : Herlianto
Alamat URL : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0204/21/gema_gereja.htm

Komentar