Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Menggunakan Kartu Kredit

Edisi C3I: e-Konsel 095 - Perlukah Berhutang?

Ada banyak mitos tentang kartu kredit yang perlu untuk dimengerti oleh para pasangan muda. Pertama ialah pendapat bahwa dalam kehidupan masyarakat masa kini, memiliki kartu kredit adalah suatu keharusan. Jangan salah menanggapi pendapat ini. Kredit atau meminjam uang bukanlah hal yang tidak alkitabiah. Firman Tuhan tidak melarang kita untuk meminjam uang. Namun tidak ada satu pun hal positif dalam Alkitab yang menganjurkan kita untuk meminjam uang. Semua referensi ayat dalam hal meminjam adalah hal yang negatif. Kebanyakan justru berupa peringatan. Sebagai contoh, menurut Amsal 22:7, "Orang kaya menguasai orang miskin, yang berutang menjadi budak dari yang mengutangi." Saya ingin mendorong para pasangan muda untuk mengingat Amsal ini dan memercayainya. Sangatlah mudah bagi masyarakat kita untuk terikat kepada para peminjam uang.

Credit card

Apakah Anda memerlukan kredit?

Banyak pasangan muda bertanya, "Bagaimana caranya supaya kami bisa memperoleh kredit?" Hal pertama yang saya coba lakukan untuk meyakinkan mereka ialah, jangan membuat kartu kredit kecuali Anda memiliki tujuan yang jelas dalam penggunaannya serta mengerti bagaimana menggunakannya dengan bijaksana. Saya percaya bahwa setiap kartu kredit seharusnya bertuliskan:

AWAS! PENGGUNAAN KARTU INI BISA MEMBAHAYAKAN PERNIKAHAN ANDA

Mungkin menurut Anda, Anda mampu menangani kredit. Begitu pula pendapat setiap pasangan yang pernah terjerat utang. Jarang sekali ada orang bertujuan untuk terjerumus dalam utang. Kenyataannya ketika melakukan konseling kepada saya, setiap pasangan yang dililit utang itu akan menyatakan hal yang sama, "Bagaimana bisa kami masuk ke dalam masalah yang ruwet ini?"

Drew dan Nan terlihat seperti pasangan ideal. Mereka berdua adalah lulusan dengan predikat unggul. Drew meneruskan ke sekolah hukum sementara Nan mengambil jurusan keguruan.

Usai lulus dari sekolah hukum, Drew menggabungkan diri ke sebuah firma hukum yang dipimpin oleh ayah Nan. Setiap orang mengira rumah besar mereka tentu dibelikan oleh orang tua mereka yang kaya. Padahal kenyataannya rumah itu ada karena pembelanjaan mereka yang melebihi kemampuan penghasilan mereka. Saat para kreditor mulai menekan mereka, Drew mulai berspekulasi di saham, berusaha keras untuk mencapai angka puncak dan keluar dari belenggu utang itu. Ia tahu bahwa jika sampai masalah keuangan itu diketahui orang, hal ini akan berpengaruh buruk terhadap kariernya.

Nan sama sekali tidak peduli dengan keadaan keuangan mereka dan memercayai saja kata-kata Drew bahwa gaya hidup mewah mereka diperoleh dari bonus firma hukumnya. Pada kenyataannya, Drew mengambil uang itu dari rekening bersama milik klien yang ia kelola. Ujung-ujungnya, skandal itu pun meledak bersamaan dengan audit bank atas rekening bersama tersebut. Ketika audit selesai, jumlah defisit atas dana klien bersama tersebut telah mencapai angka sebesar USD 64.000. Drew dinyatakan melanggar hukum dan terancam hukuman 3 tahun tahanan di penjara federal -- semua karena keinginannya dan istrinya untuk hidup melampaui kemampuan mereka.

Drew sendiri tidak menganggap dirinya tak jujur. Ia selalu bermaksud untuk membayar kembali rekening tersebut dan selalu menyimpan catatan terperinci mengenai jumlah uang yang "dipinjamnya". Banyak pasangan lainnya mengalami hal yang sama, hanya saja mereka meminjam dari teman, keluarga, dan para kreditur. Memang tindakan mereka masih dianggap legal karena hal itu "hanya" berakibat kebangkrutan. Namun konsekuensi emosional dan spiritualnya sangatlah mirip.

Mereka yang memberikan kredit mengadakan promosi gencar bahwa Anda seharusnya membuat pinjaman segera. Tentu itu wajar karena begitulah cara mereka memperoleh penghasilan. Namun semakin lama Anda mampu hidup tanpa meminjam (atau kartu kredit), semakin berkurang pula ketergantungan Anda kepadanya kelak. Apa pun yang Anda lakukan, jangan menggunakan kartu kredit untuk sesuatu yang konsumtif/mudah habis nilainya seperti pakaian, makanan, liburan, atau reparasi. Dalam sejarah, hanya generasi kitalah yang meminjam uang untuk membeli barang-barang yang bisa habis dikonsumsi. Kakek-nenek kita tidak meminjam uang sebagaimana yang kita lakukan. Mereka hidup dengan apa yang mereka hasilkan, simpan dan kemudian belikan. Kini, orang membeli dan membayarnya kembali dalam bentuk pinjaman. Hanya sering kali para pasangan muda itu membeli di luar kemampuan mereka untuk membayarnya kembali.

Bisakah kartu kredit digunakan dengan bijaksana?

Mitos umum lainnya ialah bahwa kartu kredit bisa digunakan dengan bijaksana. Jangan mau disesatkan! Kartu kredit bisa digunakan dengan ceroboh, namun jarang sekali, jika ada, yang bisa menggunakannya dengan bijak. Kartu kredit bukanlah sebuah masalah, namun ia jelas bisa membawa kita pada masalah. Sebuah kartu kredit, jika diatur dengan tepat, bisa berguna. Namun pada kenyataannya, setiap orang cenderung akan membeli secara berlebihan ketika ia menggunakan kartu kredit daripada ketika mereka membeli dengan uang tunai. Saya pernah mendengar orang berkata, "Saya membayar rutin tiap kali gajian setiap bulan," menunjukkan bahwa mereka bisa menggunakannya dengan bijaksana. Cukup sering pada kenyataannya hal itu tidaklah benar. Saya adalah orang yang sangat sadar akan pentingnya anggaran, sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, dan saya memang menggunakan kartu kredit jika sedang bepergian. Saya membayar tagihan rutin tiap bulan dan tidak pernah membayar bunganya. Namun jika saya tidak hati-hati, saya akan membelanjakan uang lebih banyak dengan menggunakan kartu plastik itu dibandingkan jika saya membeli secara tunai.

Kira-kira 12 tahun yang lalu, saya terbebas sama sekali dari kartu kredit dan pergi tanpanya selama hampir 10 tahun. Alasannya hanya karena hal berikut ini. Mayoritas orang yang berkonseling dengan saya telah menggunakan kredit dengan cara yang salah, dan ketika saya menanyakan pada mereka apakah mereka mau terbebas dari kartu kredit, hal pertama yang mereka tanyakan ialah, "Apakah Anda menggunakan kartu kredit?"

Saya harus mengatakan, "Ya, saya memakainya, tetapi saya menggunakannya dengan bijaksana."

Kemudian mereka akan mengatakan, "Kalau begitu, mulai sekarang saya berjanji akan menggunakannya dengan bijaksana juga." Namun nyatanya jarang sekali mereka melakukannya.

Orang kaya menguasai orang miskin, yang berutang menjadi budak dari yang mengutangi.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Maka saya memutuskan untuk melepaskan kartu kredit saya dan melihat apakah saya bisa bepergian tanpanya. Saya melakukan hal itu selama 10 tahun. Tahukah Anda apa yang saya temukan? Ternyata saya tidaklah secermat yang saya kira, rupanya saya juga telah membeli barang-barang yang tidak akan saya beli bila saya membelinya secara tunai. Di airport saya sering membeli sesuatu karena saya bisa membayarnya 30 hari kemudian. Atau saya akan makan di restoran yang lebih mahal karena saya tak perlu membayarnya secara tunai. Sering kali saya menginap di hotel atau motel yang tak akan saya pilih seandainya saya harus membayar tunai. Ingatlah, Anda bisa menggunakan kartu kredit dengan ceroboh, namun jarang bisa menggunakannya secara bijak. Itulah mitos yang umum.

Namun, jika Anda akan menggunakan kartu kredit, sama seperti pasangan-pasangan yang lainnya, tetapkan beberapa aturan dasar dan tekankan dengan saksama. Saya akan menyarankan tiga aturan mendasar:

  1. Gunakan kartu kredit Anda HANYA untuk hal-hal yang telah dianggarkan. Dengan kata lain, jika barang itu tidak dianggarkan untuk bulan itu, jangan membelinya secara kredit.
  2. Bayarlah kredit Anda TIAP bulan. Jangan pernah membayar suku bunganya yang sangat membebani.
  3. Pada bulan pertama, jika Anda menemui bahwa Anda tak bisa membayar tagihan kartu kredit Anda, hancurkan kartu kredit Anda dan jangan pernah mengambil kredit lagi.

Jika Anda dapat mengikuti aturan tersebut, kartu kredit tak akan menjadi sumber belenggu keuangan bagi Anda. (t/Sil)

Sumber diterjemahkan dari:
Judul Buku : The Complete Financial Guide
Judul Artikel Asli : Credit Cards
Penulis : Larry Burkett
Penerbit : SP Publications, Inc., USA, 1989
Halaman : 37 - 40

Komentar