Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Merdeka dari Dosa Menjadi Hamba Kebenaran

"Akan tetapi, syukur kepada Allah bahwa kamu yang dahulu adalah budak dosa, sekarang telah menjadi taat sepenuh hati kepada pokok-pokok pengajaran yang telah diajarkan kepadamu, dan karena kamu telah dibebaskan dari dosa, kamu menjadi budak kebenaran." (Roma 6:17-18)

Coba Anda perhatikan seekor burung yang berada di dalam sangkar, kelihatannya ia begitu nyaman, makanannya cukup bahkan berlebih, minumannya tersedia. Setiap pagi si pemilik memandikannya, bermain-main dengannya. Ia disayangi. Namun, apabila sang pemilik khilaf sedikit dan pintu sangkarnya terbuka, burung itu segera terbang dan ia tidak pulang lagi. Mengapa ia terbang dan menghilang? Karena ia ingin kebebasan? Karena ia ingin kemerdekaan? Bebas ... bebas ... merdeka.

Jesus slave

Kemerdekaan itu bukan slogan, artinya kemerdekaan itu bukan sekadar dikoar-koarkan di mulut saja, tetapi lebih dari itu kemerdekaan itu harus dialami oleh orang tersebut. Nah, tatkala seseorang mengalami dan merasakan kemerdekaan tanpa batas, sangat berbahaya. Dia akan hidup dengan seenaknya. Namun, orang yang sudah mengalami kemerdekaan semestinya tetap berada pada jalur pantau, yakni kebenaran sebagai target. Dia boleh bebas merdeka dari dosa, tetapi perlu tetap menjadi hamba kebenaran.

Permisi tanya, apa yang menjadi keterikatan dari diri Anda? Mungkin Anda berkata mau hidup bebas merdeka, sebenarnya bebas dari apa? Apakah kemerdekaan berarti kita sudah bebas dari segala-galanya? Oh tidak ... bukan! Nanti kita akan melihatnya lebih jauh.

Saya coba mendesain sebuah akronim dari kata F . R . E . E, bebas. Bebas yang saya maksud bukan bebas lalu sembrono. Namun, bebas yang memiliki keteraturan. Bagaimana itu dapat terjadi?

FILTER,

RULE,

ENGAGEMENT,

EXPENSIVE.

1. Mau Bebas, perlu FILTER

Kebebasan yang tanpa keterikatan akan menimbulkan kebuasan. Di hutan rimba yang bebas, tidak ada aturannya, siapa yang kuat dia yang menang. Kalau pun ada yang lemah dan menang, itu hanya kebetulan saja, dan sifatnya sementara, sebab sebentar lagi dibabat habis.

Paulus mengatakan dahulu kita sebagai "hamba dosa", kita begitu terikat dengan dosa itu, kita begitu dipengaruhi; saat ini mari kita menyeleksi, melalui saringan atau filter firman Tuhan.

Kehidupan manusia bertolak belakang, ada baik dan ada jahat. Masalahnya menjadi agak rumit karena kita diberikan kebebasan untuk memilih. Allah tidak pernah mengekang kita atau memaksa kehendak-Nya kepada kita.

Memang tidak seorang pun yang ingin hidupnya terikat atau menjadi hamba, semua berusaha lepas dari perhambaan itu. Seberapa lihainya kita pun, tetap saja kita berada pada suatu keterikatan. Seorang pegawai yang tidak mau terikat pada bos, lalu dia berusaha kerja keras dan memeras tenaga, sampai pada suatu saat dia yang menjadi bos, maka pada saat itu dia pun terikat lagi dengan pekerjaannya. Dia terikat pada perusahaannya.

2. Mau bebas, perlu RULE

Kebebasan yang tanpa aturan, akan menimbulkan ketidakteraturan atau kekacauan. Ketika lampu lalu lintas "konslet", tiba-tiba semua lampunya berwarna hijau, bebas, siapa saja boleh melintasi jalan itu, apa yang terjadi? Yang terjadi adalah ketiadaan keteraturan. Jadi, sekali lagi, boleh bebas tetapi harus ada aturan mainnya.

Saya masih ingat sekali, pada waktu di Indonesia digembar-gemborkan tentang reformasi, sepertinya sejumlah masyarakat hendak bebas dari orde baru. Di sana-sini muncul unjuk rasa, semua orang ingin bebas, semua orang ingin bersuara, semua orang ingin merdeka. Lalu, apa yang terjadi? Mulailah penjarahan. Pemerintah seakan -- akan tidak ada. Sangat mengerikan sekali, apabila kebebasan tanpa aturan.

... dan karena kamu telah dibebaskan dari dosa, kamu menjadi budak kebenaran." (Roma 6:18)



FacebookTwitterWhatsAppTelegram


Rasul Paulus mengetahui hal ini karena dia seorang ahli Taurat. Paulus mengerti banyak tentang masalah peraturan-peraturan ini. Itu sebabnya, dia berkata apabila kita telah bebas dari hamba dosa, kita harus taat pada pengajaran firman. Hal ini tidak boleh diabaikan begitu saja.

Seorang penulis pernah mengeluarkan sebuah pertanyaan. Apa beda gundik dengan istri? Apakah gundik itu lebih cantik? Belum tentu? Lalu, mengapa ada persaingan? Sebenarnya tidak bersaing. Istri itu sudah berada pada pihak yang bebas, dia berpikir sudah menang. Lalu, berleha-leha. Sementara gundik berjuang terus, agresif, maju, dan pantang mundur, akhirnya istri dikalahkan. Seorang istri yang merasa aman, dia berpikir tidak perlu merias diri lagi, pakaian daster dipakai untuk menyambut sang suami yang baru pulang dari kantor, ditambah anak-anaknya yang sedang ingusan. Di situ ada tangisan si anak, bau pipis. Namun, gundik tampil keren, di sana-sini disemprot minyak wangi, dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dia tahu aturan, dia belajar etika, dan sopan santun menyambut seseorang. Tidak heran kalau yang merasa bebas itu segera dikalahkan.

Orang Kristen mesti demikian, pada saat kita bebas, ingat ada peraturan yang mengikat yakni firman Tuhan, itu sebabnya pakailah kebebasan itu bukan dengan sembarangan.

3. Mau bebas, perlu ENGAGEMENT

Kebebasan yang tanpa perjanjian juga akan pincang, akan timbul ketidakadilan. Tuhan Yesus berjanji, apabila kita percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati, dosa kita diampuni, dan kita mendapatkan imbalan yakni ditempatkan di kerajaan surga. Janji ini bukan sembarang janji, tetapi janji yang harus ditepati.

Di dunia ini kita mengenal banyak janji, tetapi sering kali janji-janji itu janji yang palsu. Konon cerita hanya merpati saja yang tidak pernah mengingkari janji. Janji itu bukan sekadar kata-kata, itu namanya gombal. Janji itu harus ditepati. Janji Tuhan Yesus bukan janji gombal karena Dia sungguh-sungguh menepatinya. Dia mengangkat kita yang dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran.

Pada waktu saya kuliah di Malang, biasanya setiap pagi, mahasiswi dibagi secara berkelompok menuju ke pasar berbelanja untuk keperluan masak sehari-hari. Zaman dahulu juga pria mendapat giliran ke pasar, tetapi karena pernah terjadi tatkala kelompok pria ke pasar, sering pulangnya kesiangan. Nah, mereka itu belanja atau belanja? Oleh sebab itu, belakangan dikhususkan yang mahasiswi saja. Itu sebabnya, saya hingga saat ini tidak pandai memasak, paling banter masak air dan mi instan. Beda sekali dengan zaman Pendeta Hosea. Oleh karena itu, beliau pandai masak kepiting.

Nah, kisahnya begini, ada seorang mahasiswi bercerita bahwa ketika mereka ke pasar, si tukang jual ayam itu punya jurus tersendiri untuk merayu, supaya mereka membeli ayamnya.

"Sayang, sayang, sayang, pada sayang-sayang, kalau sayang juga sayang, pada sayang, jangan lupa sayang, beli ayamnya sayang." Sayang sayang pada sayang deh … !!!"

Kalau si mahasiswi membeli ayamnya, si penjual bilang sayang, tetapi kalau tidak membeli dibilang "tunjang."

4. Mau bebas, perlu EXPENSIVE

Kebebasan itu expensive, perlu membayar harga yang mahal. Ketika Michael Jackson diputuskan bebas, ada orang berkata, "dia sudah habis banyak dolar dan saat ini dia mulai bangkrut."

Hamba Kristus

Paulus mengatakan "dahulu kita hamba dosa, sekarang kita hamba kebenaran." Perkataan Paulus ini sangat cocok dengan praktik dan corak kehidupannya. Dahulu Paulus adalah seorang ahli Taurat, yang sangat benci akan pengabaran Injil. Pada waktu itu, dia masih dikuasai pemikiran memusuhi pengikut Yesus. Menurut kesaksian pribadinya dia akan pergi membunuh para pengikut Yesus. Namun, di tengah perjalanan, dia mendengar suara Tuhan Yesus, lalu dia tersungkur. Paulus mengatakan dia menjadi buta. Pada saat itulah dia bertobat dan memutar haluan 180 derajat. Kalau dahulunya dia mengejar-ngejar dan membunuh para pengikut Yesus, saat ini dia yang dikejar-kejar karena mengikut Yesus. Paulus bebas dari kuasa iblis yang penuh kebencian terhadap pengikut Yesus, tetapi dia telah bebas, dan dia sendiri menjadi pengikut dan pengabar berita Injil.

Sekali lagi, harga sebuah kebebasan itu sangat mahal harganya. Tuhan Yesus membayar dengar darah-Nya di atas kayu salib. Harga yang dibayar oleh Tuhan Yesus merupakan bayaran kontan bukan cicilan. Oleh sebab itu, tadinya manusia dikuasai penuh oleh dosa, sekarang tidak lagi. Dia sudah bebas dari dosa, merdeka.

Kita besok memperingati hari kemerdekaan, negara yang sudah merdeka. Namun, permisi tanya, orang-orang percaya yang hidup di dalam negara ini sudah merdeka belum? Sudahkah dia merdeka dari keterikatan merokok? Judi? Ekstasi? Berbicara kotor? Bohong?

Beberapa tahun yang lalu di Indonesia terbit sebuah buku yang berjudul "Beginikah kemerdekaan ini?" Buku ini terbit dengan latar belakang gereja-gereja yang dibakar. Negara yang merdeka, tetapi dalam keagamaan masih belum merdeka?

Coba cek kehidupan kita? Apa yang belum merdeka dalam kehidupan ini? Dalam hal rohani, sudahkah Anda merdeka? Apakah mengantuk, malas bangun pagi, malas ke persekutuan doa, enggan melayani, dan pelit memberi persembahan, masih belum merdeka dalam diri Anda?

 

Merdeka dari Dosa Menjadi Hamba Kebenaran

 

Diambil dari:
Nama situs : Gloria Cyber Ministries
Alamat situs : http://www.glorianet.org/index.php/saumiman/1393-dosa
Judul asli artikel : Merdeka Dari Dosa Menjadi Hamba Kebenaran
Penulis artikel : Saumiman Saud, hamba Tuhan di GII San Jose, California

Komentar