Peran Orangtua dalam Pembentukan Jati Diri Remaja

Konsep diri yang salah bisa disebabkan karena beberapa sebab. Selain karena pemahaman teologia yang salah, bisa juga disebabkan karena masukan yang salah dari lingkungan, terutama keluarga. Sajian kaset TELAGA [No. 48A] yang berisi percakapan dengan Dr. Paul Gunadi berikut ini akan menolong kita untuk mengerti lebih jelas tentang bagaimana keluarga dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri anak.

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN JATI DIRI REMAJA
   T: Kita sering mendengar istilah "jati diri", apa sebenarnya yang
      dimaksud dengan jati diri atau konsep diri?
   J: Suatu pengetahuan tentang siapa kita, karena setiap kita pasti
      mempunyai gambaran tentang siapakah kita ini. Memang gambaran ini
      tidak selalu sama, karena konsep diri juga dipengaruhi oleh hal-
      hal yang kita alami pada masa yang lalu.

  
   T: Bagaimana caranya supaya anak remaja memiliki konsep diri yang
      benar?
   J: Yang diperlukan di sini adalah masukan dari orang tua atau dari
      keluarga. Nah, otomatis ini tidak bisa terjadi ketika anak sudah
      menginjak usia remaja. Ini harus terjadi sejak usia yang paling
      dini. Contoh: sewaktu anak bayi digendong oleh orang tua dan
      dikatakan, "Aduh senyummu bagus", "Aduh ketawamu lucu". Nah, ini
      menjadi masukan si bayi. Meskipun bayi belum tahu apa yang
      dikatakan orang tuanya tapi si bayi bisa merasakan bahwa yang
      dikatakan orang tuanya itu sesuatu yang baik, sesuatu yang
      menyenangkan. Jadi perasaan yang baik yang disalurkan kepada si
      bayi membuat si bayi juga merasa tenang. Ketika anak-anak
      menangis ibu biasanya akan mencoba menenangkan si bayi dengan
      menyanyi lagu yang lembut atau mengajaknya bicara atau
      bersenandung. Tidak ada bayi yang sedang menangis yang dapat
      ditenangkan dengan hardikan-hardikan atau suara keras. Anak bisa
      menangkap getaran dan emosi si ibu itu. Nah, dari hal kecil-kecil
      seperti itu sebetulnya orang tua sudah mulai berkomunikasi dengan
      si anak. Meskipun hanya sepihak dan belum melibatkan kemampuan
      berpikir yang canggih, tapi ini pun penting.

   T: Sebenarnya mulai kapan anak membutuhkan konsep diri/jati diri
      yang jelas?
   J: Dia mulai membutuhkannya serius pada masa dia memasuki usia
      remaja, kira-kira usia 12 tahun, di situlah anak sebetulnya sudah
      harus memiliki secara mendasar gambaran tentang siapa dia. Jika
      dia jelas maka dia bisa masuk ke dalam usia remajanya dengan
      lebih aman. Kalau ada masukan-masukan dari teman yang bertolak
      belakang dari yang dia terima dari orang tuanya, dia memiliki
      kesempatan untuk membandingkan dan mengevaluasi mana yang benar.
      Kalau orangtua tidak memberikan sama sekali masukan kepadanya,
      dia akan menerima apa yang diberikan dari teman-temannya.

   T: Tadi dikatakan, dasar konsep diri dibangun sejak dari kecil. Nah,
      sampai usia 12 tahun, apakah peran orangtua?
   J: Mereka harus bisa mengkomunikasikan kepada anak bahwa mereka
      penting, mereka berharga dan mereka dikasihi. Orangtua juga perlu
      memberikan keyakinan kepada anak bahwa mereka baik, dan mereka
      bisa menjadi lebih baik. Di sini orangtua perlu mengarahkan anak
      ke mana dia harus bertindak atau pergi, dengan siapa dia bergaul,
      hidup seperti apa yang baik, dll. Hal-hal seperti ini perlu
      dikomunikasikan kepada si anak dan ini bisa disampaikannya dengan
      cara yang sangat informal.

   T: Apakah kita sebagai orang tua bisa mengetahui apakah anak kita
      sudah menemukan jati dirinya atau belum?
   J: Saya kira kita bisa mendeteksinya dengan cara melihat seberapa
      mudah dia terombang-ambing. Anak yang mudah terombang-ambing
      saya kira memperlihatkan bahwa proses pembentukan jati dirinya
      belum mantap. Pembentukan jati diri bisa memakan waktu yang lama,
      tapi tidak semua anak sama, ada yang lamban, ada yang cepat. Nah,
      untuk yang lebih lamban, mungkin saja karena anak cenderung lebih
      nakal, lebih badung, dsb. sehingga membuat dia lebih banyak
      bergumul untuk menggabungkan masukan dari orangtua dan masukan
      dari teman-temannya.

   T: Apakah seseorang yang sekali menemukan jati dirinya dia akan
      tetap di situ atau dia suatu saat bisa berubah lagi?
   J: Dia akan mempertahankan bagian dasar dari konsep dirinya, tapi
      ia akan terus memoles dan menambahkan dengan masukan yang baru.
      Yang tidak relevan akan ditinggalkan, kemudian dia masukkan yang
      baru, demikian terus-menerus menjadi suatu proses yang dinamis.

   T: Apa yang Alkitab katakan sehubungan dengan peran orang tua dalam
      pembentukan jati diri anak?
   J: Amsal 1:8 berkata: "Hai anak-Ku dengarlah didikan ayahmu dan
      jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu. Sebab karangan bunga yang
      indah itu bagi kepalamu dan suatu kalung bagi lehermu." Jadi
      memang Tuhan meminta anak-anak mendengarkan didikan orangtua
      ibaratnya seperti karangan bunga atau kalung bagi leher si anak
      yang akan menghiasi si anak. Tugas orang tua sudah pasti adalah
      memberi didikan dan memberi ajaran, dan hal ini tidak boleh
      berhenti karena itu memang tugas yang Tuhan embankan.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T048A (e-Konsel Edisi 007)
Penerbit: 
--