Bagaimana Jika?

Edisi C3I: e-Konsel 087 - Melawan Kekuatiran

Bacaan: Lukas 12:22-31

Kita memang tidak ingin berdebat dengan Yesus, namun mungkin kadangkala kita bertanya-tanya dalam hati, apakah firman-Nya tentang kekuatiran itu realistis (Lukas 12:22). Tidak bolehkah kita mengkuatirkan hari esok? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaan? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba- tiba kita sakit? Bukankah hal-hal seperti itu menakutkan, karena kita akan sulit memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan?

Tak ada kalimat lain dalam bahasa apa pun di dunia ini yang dapat menimbulkan kekuatiran seperti pertanyaan, "Bagaimana jika?" Bila kita terus menggumamkan kalimat itu, maka akan terbayang satu demi satu kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Kita tidak lagi ingat akan fakta bahwa kebutuhan kita terpenuhi, baik di masa lalu maupun saat ini. Kita senantiasa dihantui perasaan takut kalau-kalau besok sumber penghasilan kita terhenti.

Memang bijak jika kita merencanakan masa depan, namun bayangan yang mencemaskan tentang kesulitan di hari esok (padahal sumber penghasilan kita baik-baik saja) seringkali tak mudah dihilangkan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatiran akan hari esok adalah sia-sia belaka. Kita tidak perlu gentar dengan apa yang akan terjadi atau apa yang akan kita butuhkan. Satu-satunya kebutuhan yang tidak dapat Allah penuhi adalah kebutuhan "khayal" kita tentang hari esok.

Jika Allah telah memberikan kebutuhan pangan yang cukup bagi kita hari ini, mengapa kita tidak mengizinkan Dia memberikan perhatian yang sama untuk masa depan kita? — HWR

KEKUATIRAN MENGURAS PERHATIAN KITA
PADA MASALAH-MASALAH YANG BELUM TERJADI
Sumber
Halaman: 
823 - 827
Judul Artikel: 
e-RH (Renungan Harian), Edisi 1 Juni 2001
Penerbit: 
<A HREF="http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/06/01/">http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/06/01/</A>