Ketaatan

Ketaatan adalah menanggapi perintah-perintah dan harapan-harapan pemegang kekuasaan di atas Anda. Seorang yang taat, mengetahui bahwa Allah bekerja melalui untaian perintah. Dia tahu bahwa ketika dia menaati orang tua, perintah agama, undang-undang pemerintahan, dan atasannya maka dia juga menaati Allah.


Ketaatan

Allah mempunyai banyak cara untuk menyampaikan kehendak-Nya. Dia menggunakan Alkitab, firman-Nya, dan kita diperintahkan untuk menaatinya. Namun, Dia juga menggunakan orang-orang dan kita diperintahkan supaya menaati mereka. Salah satu periode paling rendah dalam sejarah Israel adalah selama masa Hakim-Hakim, ketika "setiap orang melakukan yang benar sesuai pandangannya sendiri" (Hakim-Hakim 21:25).

Secara alami, kita menolak adanya kekuasaan di luar diri kita. Sesuatu dalam diri kita mengatakan bahwa kita diciptakan untuk memerintah (yang memang benar). Oleh karena itu, kita cenderung melawan segala sesuatu yang menghalangi usaha kita mengatur diri sendiri. Pada kenyataannya, kita hanya dapat memerintah jika kita diperintah. Kita belajar untuk memerintah roh kita, situasi kita, dan lawan kita saat kita memperhatikan seruan perintah Tuhan, "karena itu, serahkanlah dirimu kepada Allah. Lawanlah setan, maka ia akan lari darimu" (Yakobus 4:7).

Ketaatan tidak dapat diperdebatkan ataupun dinegosiasikan. Tuhan tidak memberi kita "Sepuluh Penyelesaian" atau "Sepuluh Pilihan". Ketaatan mutlak berasal dari Allah dan Allah cukup berkuasa untuk mengumumkannya dan cukup kuat untuk memaksakannya. Ketaatan bukan hanya untuk orang dewasa saja, ketaatan juga berlaku untuk semua anak-anak Allah.

Ketaatan merupakan perhatian utama Allah. Allah berkata kepada Saul melalui Samuel bahwa, "mendengarkan lebih baik daripada kurban sembelihan" (1 Samuel 15:22). Dengan kata lain, tidak ada gunanya bersikap "rohani" jika kita menghindari kehendak Tuhan yang jelas.

Ada yang mengatakan iman lebih penting daripada ketaatan, karena kita tidak akan mampu menaati semua perintah Tuhan. Namun, tidaklah mungkin untuk memisahkan iman dari ketaatan. Yakobus berkata, "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yakobus 2:26). Paulus menulis dengan "ketaatan iman". Seluruh hidup kita adalah satu iman. Dengan iman kita bertumbuh, dengan iman kita menyembah, dengan iman kita berdiri, dengan iman kita menaati Allah.

Contoh Positif dari Alkitab

Di antara raja-raja jahat yang melayani anak-anak Israel, Yosafat adalah salah satu sinar cemerlang. Dia juga melakukan beberapa kesalahan, tetapi lebih sering dia menaati Allah. Alkitab mengatakan bahwa "hatinya tertuju pada jalan-jalan Allah."

Orang yang taat akan mau menanggapi firman Allah, baik yang berasal dari ucapan, tulisan ataupun melalui Roh yang ada dalam diri kita. Keinginan kita untuk menyenangkan Allah akan mendorong kita untuk mendengarkan-Nya.


Ketaatan

Filipus mendengarkan Roh Allah. Malaikat Tuhan berkata kepada Filipus, "bangunlah dan pergilah ke selatan … " Filipus melakukannya dan dia bertemu dengan sida-sida dari Ethiopia. "Lalu, Roh berkata kepada Filipus, 'Pergi dan bergabunglah dengan kereta itu.' Maka, Filipus berlari ke kereta itu … ".

Jika salah satu dari kita menjadi Filipus, kita mungkin akan berkata kepada diri kita sendiri, "Saya bahkan tidak mengenalnya," atau, "Apakah yang berbicara itu adalah Allah?" atau "Saya baru ingat bahwa saya punya suatu janji." Namun, Filipus menaatinya dengan segera.

Salah seorang teman saya dalam beberapa kesempatan berkata, "Kita perlu belajar bagaimana menaati dengan cepat dan tepat." Itulah sifat Yesus. "Makanan"-Nya adalah melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Dia senang membahagiakan Pribadi yang mengirim-Nya. Meskipun pemikiran mereka sama. Dia memiliki suatu visi yang jelas tentang apa yang diinginkan Bapa-Nya yang harus Dia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Kita seharusnya juga memiliki keinginan supaya kesaksian Bapa-Nya juga menjadi kesaksian atas kita: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi yang kepada-Nyalah Aku berkenan."

Paulus mengatakan tentang Yesus bahwa Dia "taat untuk mati, meskipun mati di atas kayu salib." Ketaatan bukanlah hal yang menyenangkan. Kenyataannya, ketaatan sering kali menyakitkan. Dapatkah Anda memikirkan dan mengingat kembali selama tiga bulan terakhir ini suatu keadaan ketika ketaatan harus Anda bayar dengan sesuatu? Jika Anda tidak dapat melakukannya, berarti Anda telah berkompromi dengan musuh. Ketaatan dibayar dengan reputasi-Nya atas penduduk di kota kediaman-Nya, rasa hormat dari pemimpin-pemimpin agama, kesatuan dalam keluarga-Nya, kesetiaan para murid-murid-Nya, dan akhirnya dengan hidup-Nya.

Karena hati kita penuh dengan dusta, ketaatan pun bisa dilakukan sebagai suatu sikap yang dibuat-buat. Yakobus memperingatkan, "jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; jika tidak, kamu menipu diri sendiri" (Yakobus 1:22). Kita tidak menolak apapun selain perubahan. Kita dapat membuat berbagai kedok yang membuat orang lain, dan bahkan hati kita sendiri, percaya bahwa kita taat. Kita bisa menangis, menyesal, mempersembahkan kembali, atau menyusun kembali prioritas kita bahkan tanpa menyentuh ketaatan. Namun, hanya pelaku ketaatanlah yang diberkati, bukan pendengar.

Contoh Negatif dari Alkitab

Akhan mengkhianati perintah Yosua, hamba Allah. Pengkhianatan ini membawa akibat bagi hidupnya dan keluarganya. Pengkhianatan ini juga mengakibatkan kekalahan bangsa Israel dari bangsa Ai. Tidak ada seorang pun yang berdiri sendiri; ketaatan kita akan membawa dampak bagi saudara kita, hal yang sama juga berlaku untuk ketidaktaatan.

Karena Yesus, ketaatan tidak lagi menjadi hal yang di luar kemampuan kita; ketaatan adalah bagian dari warisan kita dalam Kristus.
(Paul Anderson)



EmailFacebookTwitterWhatsAppTelegram



Seorang teman, yang pernah menjadi mayor angkatan laut, yang memimpin pasukan melewati belantara Vietnam, mengatakan kepada kami, "Saya lebih baik tidak memiliki pasukan sama sekali daripada memiliki seorang anggota pasukan yang tidak taat. Ketika seorang anggota mengambil jalan pintas melewati persawahan dan menginjak ranjau, dia tidak hanya kehilangan hidupnya, namun dia juga membahayakan keselamatan pasukan lainnya."

Saul belajar tentang nilai ketidaktaatan lewat cara yang sulit. Pemberontakan terhadap Tuhan mendiskualifikasi posisi kita sebagai pemimpin.

Hanya kemurahan Tuhanlah yang memberi Yunus kesempatan kedua. Pertama kali, Yunus pergi ke barat ketika Tuhan berkata, "Pergilah ke timur." Ketidaktaatannya mengakibatkan perjalanan yang tidak menyenangkan di dalam perut ikan besar.

Yesus melihat melalui kerohanian semu orang-orang Farisi. Dia mendengar kebenaran dari mulut mereka tetapi melihat kesombongan di hati mereka. Agama membuat hal-hal yang menyedihkan bagi orang- orang. Mereka mengira bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah dengan memberikan persembahan kepada Allah -- dan bukan dengan ketaatan -- jika mereka memang cukup saleh. Lihatlah Saul -- itu adalah usaha yang sia-sia.

Renungkan Ketaatan dalam Kehidupan Anda Sendiri

Beberapa hal lebih penting dari belajar untuk menaati Allah. Allah mencari mereka yang mampu bersukacita dalam kesesakan, yang mencintai perintah-Nya, yang mau menyerahkan dirinya untuk menjalankan kekuasaan yang Dia pasrahkan. Andakah orang itu? Biarkan Allah membawa Anda ke sana.

Catatan Pribadi

Allah dapat mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan kita, tetapi jika kita tidak belajar untuk taat, Dia harus memperingatkan kita. Tragedi yang terjadi pada putra-putri Israel adalah karena mereka tidak menaati Allah dengan memberontak kepada Musa, "dan, kepada siapakah Allah bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah masuk ke tempat perhentian-Nya, kalau bukan kepada mereka yang tidak taat?" (Ibrani 3:18). Allah dengan baik hati akan memberi penghargaan bagi ketaatan dan beberapa kali menghukum ketidaktaatan yang dilakukan terus menerus.

Kurangnya ketaatan telah mengakibatkan kejatuhan banyak orang dan bangsa-bangsa. Sebaliknya, katakanlah, "berfirmanlah, sebab hamba-Mu ini mendengar" seperti yang dilakukan Samuel, dan "Ini aku. Utuslah aku!" seperti yang dilakukan Yesaya, membuka jalan bagi berkat yang melimpah-limpah. Melalui ketaatan Yesus, kita pun dapat menjadi taat (Roma 5:19). Karena Yesus, ketaatan tidak lagi menjadi hal yang di luar kemampuan kita; ketaatan adalah bagian dari warisan kita dalam Kristus.

Sekarang ini di mana telah dinubuatkan bahwa "sebab, orang akan menjadi pencinta diri sendiri, … tidak taat kepada orang tua, … lebih mencintai hawa nafsu daripada mencintai Allah, … kelihatan saleh tetapi menyangkali kuasanya" (2 Timotius 3:2-5), Allah ingin anak-anak yang taat, dan yang senang mendengarkan, dan menaati Firman-Nya. (t/Rat)

 

Ketaatan

 

Sumber asli:

Judul asli artikel : Building Christian Character
Penulis artikel : Paul Anderson
Judul asli artikel : Kebaikan salib Sepenuhnya
Penerbit : Bethany House Publisher, Minnesota, 1980
Halaman : 50 - 51

 

Sumber: e-Konsel 103