Kasih Sejati

Edisi C3I: e-Konsel 154 - Mengolah Emosi

Bacaan: Efesus 5:25-33

Pada suatu hari, saya mendapat kunjungan seorang pria muda bernama Ewing. Ia dan anak perempuan kami, Julie, telah saling mengenal selama hampir setahun. Mereka saling mencintai. Ewing bertanya apakah ia boleh menikahi Julie. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan tanggapan yang perlu saya dengar, saya pun memberikan restu kepadanya. Kemudian timbullah kejutan besar. Saya bertanya kapan ia akan menikahi Julie, dan ia menjawab, "Dalam waktu dua atau tiga minggu lagi." Pemuda ini sangat mencintai Julie sehingga ingin selalu bersamanya. Kasih sejati menuntut suatu tindakan.

Kira-kira sebulan kemudian, dua minggu setelah acara pernikahan, menantu laki-laki saya yang baru ini berkata kepada saya, "Perlu Anda ketahui, Pak, Julie adalah sahabat terbaik saya. Kami sangat menikmati kebersamaan kami."

Sebagian dari kita yang telah menikah cukup lama mungkin berpikir bahwa pengalaman telah membuat kita menjadi pakar dalam soal pernikahan. Namun saya yakin kita dapat belajar dari para pengantin baru. Pertama, jika dua orang sungguh-sungguh mencintai, mereka akan memberi perhatian yang dalam satu sama lain dan begitu menikmati kebersamaan mereka. Kedua, kasih sejati berarti hubungan pasangan itu akan ditandai dengan kebaikan yang dilakukan satu sama lain. Disebut apakah ciri-ciri dua orang seperti ini kalau bukan sahabat karib?

Yesus adalah sumber terbesar cinta kasih dan penghargaan (Efesus 5:25-33). Teladan kasih sejati adalah kasih Kristus -- Dave

Branon
PERNIKAHAN YANG BERHASIL MEMBUTUHKAN JATUH CINTA BERKALI-KALI
KEPADA ORANG YANG SAMA
Sumber
Judul Artikel: 
e-Renungan Harian (Kamis, 4 Desember 2003)