Bab IV Tentang Pembahasan Alkitab

IV. TENTANG PEMBAHASAN ALKITAB

  1. Bagaimana analogi antara Musa dan Kristus?
  2. Apakah arti Immanuel?
  3. Apa atau siapa yang dimaksud sebagai "Batu Karang ini" dalam Matius 16:18-19?
  4. Apakah "Bintang Yakub" itu?
  5. Mengapa Abraham disebut sebagai tokoh iman yang patut kita teladani?
  6. Matius 27:52-53 mencantumkan tentang kebangkitan orang-orang kudus, apakah artinya?
  7. Apakah benar menurut Markus 11:23, bahwa doa yang beriman sanggup memindahkan gunung?


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Bagaimana analogi antara Musa dan Kristus?

Musa adalah seorang pemimpin bangsa Israel dan tokoh Perjanjian Lama yang paling banyak disebut-sebut di dalam Perjanjian Baru. Hal ini disebabkan karena Musa mempunyai tipe Tuhan Yesus yang paling jelas. Alkitab mencantumkan banyak analogi antara Musa dan Kristus. Bahkan dalam Ulangan 18:15* Musa telah menubuatkan tentang kedatangan Kristus atau Mesias sebagai berikut:

"Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti engkau, aku dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; dialah yang harus kamu dengar." Istilah "sama seperti aku" menunjukkan bahwa Musa melambangkan dan mempunyai tipe Kristus. Marilah kita bahas hal ini lebih lenjut:

  1. Anak seorang perawan

  2. Walaupun Musa dilahirkan di dalam keluarga Amran dan Yokhebed, namun kemudian ia menjadi anak putri Firaun, yang tentunya masih perawan dan yang telah menyelamatkan Musa dari bahaya maut serta membesarkannya di istana Mesir (Kel 2:5-10; Kis 7:21*).

    Hal ini analog dengan Tuhan Yesus Kristus yang dilahirkan di Betlehem melalui perawan Maria (Yes 7:14; Mat 1:18-23; Luk 1:27-35*).

  3. Terancam oleh kelaliman raja

  4. Kelahiran Musa terancam oleh kelaliman raja Firaun yang berusaha membunuh bayi-bayi orang Ibrani yang lahir pada waktu itu. Namun Musa berhasil diselamatkan dari bencana maut dan dibesarkan di istana (Kel 1:16, 2:3-6*).

    Demikian juga dengan Tuhan Yesus yang kelahiran-Nya terancam oleh tirani raja Herodes. Walaupun raja ini dengan segala kebengisannya membunuh anak-anak kecil yang dibawah 2 tahun, tetapi Yesus juga berhasil diamankan oleh Yusuf ke Mesir (Mat 2:16, 13-15*).

  5. Mengenal masa mudanya

  6. Selain Keluaran 2:1-10*, kita tidak mengetahui banyak tentang kehidupan Musa pada masa mudanya. Riwayat hidup Musa sebelum mencapai usia 40 absen di dalam Alkitab.

    Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Hanya ada satu peristiwa yang dicatat mengenai masa mudanya itu, yakni perjalanan-Nya yang terkenal ke Bait Allah di Yerusalem ketika Ia berusia 12 tahun, sehingga kita tidak mengetahui banyak tentang riwayat Tuhan Yesus sebelum berusia 30 tahun.

  7. Arti namanya

  8. Nama Musa berarti "ditarik ke luar" (Kel 2:10*). Setelah Musa "ditarik ke luar" dari bahaya maut, ia sempat dididik secara menyeluruh di istana Mesir selama 40 tahun dan selanjutnya dididik oleh Tuhan selama 40 tahun juga di padang belantara Midian. Setelah itu barulah Musa menjadi penolong dan pembebas bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

    Nama Yesus bentuk Yunani dari nama Ibrani Yosua, yang berarti "Tuhan Penyelamat" (Yahweh Savior). Yesus harus mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa manusia, tetapi dengan kebangkitan-Nya Ia telah "ditarik ke luar" dari kuasa maut dan menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah dan Juru Selamat manusia (Mat 1:21; Kis 5:30-31*). Yesus berkuasa melepaskan kita dari perbudakan dosa.

  9. Melakukan mujizat dan tanda ajaib

  10. Musa dilengkapi dengan kuat kuasa untuk melakukan mujizat dan tanda ajaib, untuk membuktikan bahwa ia adalah delegasi yang diutus oleh Allah (Kel 3:10, 4:9-17*).

    Hal ini juga berlaku atas diri Tuhan Yesus yang menyatakan otoritas-Nya melalui mujizat dan tanda ajaib (Yoh 3:1-2*; Kis 10:38, 2:22*).

  11. Kedatangan-Nya yang pertama kali

  12. Ketika Musa pertama kali datang kepada umat-Nya yaitu orang-oang Israel, ia ditolak, sehingga ia harus melarikan diri ke tanah Kafir (Kel 2:11-15; Kis 7:25-27*).

    Begitu juga dengan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama, Ia ditolak oleh orang Israel dan kemudian anugerah keselamatan terbuka bagi orang-orang kafir (Yoh 1:11; 19;15-22; Kis 2:22-24, 28:25-28*; Rom 11:1-36*).

  13. Mempelainya

  14. Musa setelah ditolak oleh umatnya sendiri, ia memperoleh mempelainya di tanah kafir (Kel 2:16-21*).

    Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Setelah Ia ditolak dan disalib oleh umat Israel, gereja-gereja bagaikan jamur di musim hujan, tumbuh di antara orang-orang kafir. Gereja-gereja inilah yang disebut tubuh Kristus dan mempelai Kristus.

  15. Kedatangan-Nya yang kedua kali

  16. Tatkala Musa kembali kepada umat-Nya, ia bertindak sebagai pemimpin dan pembebas orang Israel yang agung (Kel 4:14*).

    Pada suatu hari Tuhan Yesus juga akan datang untuk kedua kalinya. Ia akan menjadi penolong dan pembebas bangsa Israel (Kis 3:21; 15:14-17; Rom 11:26-27; Za 14:1-10*).

  17. Penyalur hukum Allah

  18. Selama 40 tahun Musa memimpin bangsanya mengembara di padang belantara. Pekerjaannya yang terpenting selama masa itu ialah menyalurkan, mengajar dan menjelaskan hukum-hukum Allah. (Kis 7:53*; Kel 20:1-26; Yoh 1:17*).

    Tuhan Yesus telah memberikan eksposisi hukum-hukum Allah secara rohani, Ia menggenapi hukum Allah, dan memberikan hukum yang baru yaitu hukum kasih (Mat 5:7; Luk 6:27-29; Yoh 13:34; 15:12*; Gal 6:2; 2Yoh 1:5*).

  19. Kedudukannya

  20. Musa bertindak sebagai nabi, penasihat, perantara dan pemimpin atau raja (Ul 18:15-18; Kel 32:31-35; 17:1-6; Ul 33:4-5*).

    Tuhan Yesus juga mempunyai jabatan sebagai nabi, penasihat, perantara dan pemimpin atau raja (Kis 3:22-23; 1Yoh 2:1-2*; Ibr 7:25; Rom 8:33-34; Yes 55:3-4; 2Sam 7:8-15; Luk 1:31-33*; Kis 3:19-21; 15:14-17*).

Dengan mempelajari Firman Tuhan secara teliti, kita dapat mengetahui bahwa rencana Allah yang indah untuk mengutus Juru Selamat manusia sudah terkandung sejak zaman Perjanjian Lama. Kayu salib dan mahkota yang mulia telah menjalin seluruh Alkitab, baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Tugas kita selaku orang Kristen adalah membaca, mempelajari dan memberitakannya.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Apakah arti Immanuel?

"Immanuel" (Emmanouel) berarti "Allah menyertai kita." Inilah nama yang diberikan kepada seorang bayi yang saat kelahirannya dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes 7:14; 8:8*). Dikatakan bahwa "sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik", kaum Israel sudah terlepas dari bahaya ancaman musuh-musuh mereka. Maka Immanuel merupakan tanda anugerah dan penyertaan Allah di antara umat-Nya. Kurang lebih 700 tahun kemudian, Matius mencantumkan bahwa Immanuel merupakan penggenapan janji kedatangan Allah ke dunia dalam pribadi Tuhan Yesus (Mat 1:23*).

Immanuel merupakan hal yang mengherankan

Allah khalik semesta alam telah menyatakan diri-Nya kepada manusia dalam bentuk manusia, bahkan sebagai bayi yang tak berdaya. Suatu ide yang unik: Allah menjelma sebagai manusia untuk berkomunikasi dengan manusia. Tuhan Yesus telah menggenapi karya penyelamatan-Nya dalam bentuk Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna. Maka Tuhan menyebut Diri-Nya sebagai "Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia" (Yoh 3:13*).

Immanuel merupakan hal yang membingungkan

Bukan saja orang-orang pada waktu itu bingung dengan status Tuhan Yesus, bahkan para murid-Nya juga bimbang. Bagaimana Allah dapat menjadi manusia? Bagaimana Allah dilahirkan melalui anak dara? Secara manusia hal ini mustahil, tetapi melalui kelahiran Tuhan Yesus, Immanuel telah direalisasikan. Pada hari ini pun banyak orang bimbang dan menyangkal keilahian Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, sehingga kecillah iman mereka.

Immanuel merupakan suatu jaminan

Penyertaan Allah kepada kita dinyatakan melalui Tuhan Yesus. Allah tidak lagi memakai tabernakel atau tabut di dalam bait Allah untuk menyertai umat-Nya, sebab benda-benda tersebut sangat dibatasi oleh waktu dan ruang, bahkan pernah ditawan oleh musuh-musuhnya. Tetapi penyertaan Tuhan Yesus merupakan suatu jaminan kekal bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya. Ia bersabda: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20*).

Immanuel merupakan suatu jaminan

Karena kelahiran Tuhan Yesus kita tidak lagi disebut musuh Allah, tidak lagi disebut orang yang berdosa dan binasa, melainkan disebut anak-anak Allah (Yoh 1:12*). Karena kelahiran Tuhan Yesus, kita pun mengalami kelahiran yang baru. "Kita dilahirkan dari air dan Roh" (Yoh 3:5*), untuk mewarisi kerajaan surga serta segala kemuliaannya. Kelahiran Tuhan Yesus disebut sebagai "kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Luk 2:10*). Sebagai orang Kristen, tidak seharusnya kita selalu bermuka "asam." Bersukacitalah, karena Tuhan menyertai kita, Immanuel.

Immanuel merupakan suatu salib

Salib ini terdiri dari dua garis, vertikal dan horizontal. Yang Vertikal berarti Allah yang "transcendent", ilah dan agung, sedangkan yang horizontal berarti Allah yang "immanent", penuh kasih sayang dan anugerah. Ialah "Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua" (Ef 4:6*). Maka secara teoritis, seorang yang mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesama. Tetapi dalam praktiknya, masih banyak orang yang seolah-olah berkobar-kobar melayani Tuhan, namun sukar bekerja sama dengan orang lain. Semoga kenyataan Immanuel akan mengubah sikap hidup dan pelayanan mereka.

Kesimpulan

Immanuel bukan hanya suatu teologi atau dogma yang dapat kita pelajari, tetapi suatu realitas hidup, di mana Allah dan kebenarannya yang kekal tinggal bersama kita. Sebab itu hendaknya gereja sebagai perhimpunan orang Kristen dapat memanifestikan kebenaran ini, sehingga lebih banyak orang kafir mengenal Tuhan yang Immanuel.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Apa atau siapakah yang dimaksud sebagai "batu karang ini" dalam Matius 16:18-19*?

Setelah Petrus menyatakan pengakuan imannya terhadap Tuhan Yesus, berkatalah Tuhan kepadanya: "Engkau adalah Petrus (petros), dan di atas batu karang (petra) ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku ... Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau kepaskan di dunia ini akan terlepas di surga." (Mat 16:18-19*).

"Di atas batu karang itu" Tuhan Yesus mendirikan jemaat-Nya. Apa atau siapakah yang dimaksud sebagai "batu karang ini?" Dewasa ini, para sarjana Teologi mempunyai interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat tersebut. Tetapi pada hakekatnya boleh kita simpulkan di dalam 3 kategori sebagai berikut:

  1. "Batu karang ini" adalah Kristus. Pendapat ini sesuai dengan kebenaran yang terkandung di dalam Kitab Perjanjian Baru, "karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" (1Kor 3:11*).

  2. "Batu karang ini" adalah pengakuan iman Petrus yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16*). Pendapat ini pun sesuai dengan dogma Kristen tentang landasan gereja, yakni mempercayai Yesus sebagai Kristus, Anak Allah.

  3. "Batu karang ini" adalah Petrus sendiri. Hal ini sesuai dengan susunan kalimat di dalam ayat tersebut, di mana Yesus berkata kepada Petrus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini ... "

Memang gereja-gereja yang Injil, fundamentalis dan konservatif, kebanyakan menganut pendapat yang pertama dan yang kedua. Kita pun tidak setuju dengan ajaran gereja Roma Katolik yang mengatakan bahwa Petrus adalah pemimpin gereja seluruh dunia dan kepemimpinan ini diwariskan kepada Paus. Namun kalau kita menyelidiki tata bahasa dan susunan kalimat dalam bahasa asalnya, kita akan condong pada pendapat yang ketiga. Walaupun demikian, tidak berarti kita segaris dengan ajaran Roma Katolik. Alasannya boleh kita bahas sebagai berikut:

  1. Walaupun "petros" boleh diterjemahkan sebagai "batu" atau "batu karang" yang tersendiri dengan pengertian bahwa batu karang tersebut adalah "kecil", sedangkan "petra" adalah "batu karang yang besar" atau yang masih terbentuk "gunung", tetapi kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama. Kedua kata ini di dalam bahasa Arami juga mempunyai terjemahan yang sama, yaitu "Kepha" (di dalam bahasa Indonesia: Kefas, Yoh 1:42*). Maka di dalam bahasa Arami istilah "Kepha" akan muncul dua kali dalam ayat tersebut.

  2. Dalam bahasa Yunani, "petra" adalah kata benda yang berbentuk betina, maka tidak sesuai sebagai nama yang diberikan untuk Simon, sehingga harus memakai "petros" yang berbentuk jantan untuk menyebut Simon.

  3. Menurut susunan kalimat dalam ayat tersebut antara "petros" dan "petra" terdapat kata penghubung "kai" (dan). Ini menunjukkan bahwa "Petros" dan "Petra" mempunyai hubungan erat, bukannya yang satu menunjukkan Petrus dan yang lain menunjukkan Kristus atau pengakuan iman Petrus.

  4. Seandainya yang dimaksud "batu karang ini" adalah Kristus, maka perkataan "Engkau adalah Petrus", sama sekali tidak ada arti.

  5. Dalam bahasa Yunani, biasanya kata pengganti "ini" (outos) berkaitan dengan kata precedent yang terdekat. Dalam Matius 16:18*, "Petros" (Petrus) adalah precedent yang terdekat dengan "Batu karang ini." Dengan lain kata, "batu karang" yang dimaksud oleh Tuhan Petrus.

  6. Pada hari Pentakosta (Kis 2:1-47*), Petrus dipenuhi oleh Roh Kudus dan bersaksi bagi Tuhan Yesus, di mana 3000 orang telah bertobat dan dibaptis, sehingga gereja yang pertama berdiri di Yerusalem. Bukankah hal ini sesuai dengan nubuat Tuhan Yesus bahwa "di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku."

  7. Dalam Efesus 2:20* dikatakan bahwa orang Kristen merupakan bahan bangunan yang dibangun di atas "dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru." Para sarjana Teologi berpendapat bahwa di dalam bangunan orang Timur, "batu penjuru" itu lebih penting daripada dasar atau fondasinya, bahkan dasar suatu bangunan harus bersandar pada batu penjurunya. Kristus adalah batu penjuru, Ia adalah pusat dan pokok kaidah kepercayaan agama Kristen, sedangkan para rasul yang diutus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil dan mendirikan gereja merupakan dasar atau "sokoguru jemaat" (Gal 2:9*).

  8. Wahyu 21:14* mengatakan bahwa tembok kota Yerusalem baru itu "mempunyai 12 `batu besar` (bahasa aslinya: themelios, sama dengan `dasar` dalam 1Korintus 3:11*) dan di atasnya tertulis kedua belas nama rasul Anak domba itu."

Walaupun pendapat "Petrus sebagai batu karang" juga disetujui oleh gereja Roma Katolik, namun mereka mempunyai interpretasi yang berbeda dengan apa yang telah kita uraikan.

Mereka berpendapat bahwa Petrus mewarisi "Hak Kepemimpinan" gereja dan selanjutnya hak tersebut diwariskan kepada para Paus. Dengan lain kata mereka menganggap bahwa Petrus adalah Paus yang pertama, sedangkan kita berpendapat bahwa bukan Petrus seorang diri yang menjadi dasar jemaat, melainkan Petrus beserta para rasul yang merupakan pengantar dan dasar berdirinya jemaat yang "kudus dan am."

Kesimpulan

Kalau kita membandingkan Matius 16:18, Efesus 2:20*, maka dengan jelas kita boleh mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Petrus beserta para rasul adalah dasar jemaat yang didirikan oleh Tuhan Yesus, di mana pemberitaan tentang pelayanan para rasul berdasarkan Kristus dan ajaran-Nya. Pendapat ini sesuai dengan keseluruhan ajaran Alkitab serta implikasinya. Hanya ajaran para rasul yang menjadi pedoman kita untuk mendirikan gereja, dan bukan Paus, bukan juga Joseph Smith, bukan Charles Russel, bukan Mary Baker Eddy, dan bukan pula Sun Myung Moon.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Apakah "Bintang Yakub" itu?

Nubuat Nabi Bileam

Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat "Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel" (Bil 24:17*). Bani Israel selalu menunggu dan mengharap kedatangan bintang tersebut, sebab mereka yakin bahwa dengan terbitnya bintang Yakub, itu berarti kedatangan Mesias atau Juru Selamat ke dalam dunia ini.

Bintang di sebelah Timur

Pengharapan ini sudah menjadi realitas. Kurang lebih 2000 tahun yang lalu, di langit gelap gulita, tiba-tiba terbit sebuah bintang yang terang benderang, sehingga beberapa orang majus dari dunia sebelah timur melihatnya dan mengetahui ada seorang raja agung telah lahir. Mereka dengan tidak mengenal letih, telah mengikuti arah bintang tersebut, dan akhirnya sampai di Betlehem.

Dengan serentak mereka menyembah Tuhan Yesus dan dengan hati yang ikhlas mereka memberi persembahan yang indah kepada-Nya.

Pendapat-pendapat yang berbeda

Bagaimana timbulnya bintang tersebut? Ada orang yang mengatakan bahwa pada waktu itu planet-planet di sitem solar kebetulan berkedudukan dalam satu garis, sehingga terjadi terang yang benderang. Ada pula yang berpendapat bahwa bintang Yakub ersebut adalah pertemuan dua bintang di ruang angkasa, yaitu bintang Musytari (Jupiter) dan Zohal (Saturn), sehingga memancarkan terang yang besar. (catatan: memang menurut para ahli, hal itu pernah terjadi pada bulan Mei tahun 7 BC, tetapi Prof. Pritchard dalam bukunya yang berjudul "Nature and Revelation" mengatakan bahwa pertemuan kedua bintang tersebut terjadi pada 59 tahun sebelum Kristus dilahirkan.) Masih ada pendapat-pendapat lain yang sangat berbeda dengan kedua pendapat yang telah kami sebutkan di atas.

Bintang yang disediakan Allah

Berhubung simpang siurnya pendapat-pendapat tentang bintang Yakub tersebut, kita sukar untuk menganut pendapat mereka. Dalam teks asilnya, "bintang" yaitu "Aster" (Mat 2:2*) adalah kata benda yang berbentuk tunggal. Ini berarti bahwa bintang Yakub bukan penggabungan antara bintang-bintang atau planet-planet di langit. Juga, bintang tersebut paling sedikit timbul dua kata untuk memimpin perjalanan orang-orang majus sampai di Betlehem, bahkan "berhenti" di atas tempat di mana Anak itu berada" (Mat 2:9*). Kami yakin bahwa bintang Yakub adalah sebuah bintang yang disediakan oleh Allah pencipta, untuk memberitahukan bahwa Kristus, Juruselamat sudah lahir.

Apakah hal ini menyangkut astrologi?

Bukankah antrologi atau ilmu rujum perbintangan dilarang oleh Tuhan, bahkan kiab Ulangan mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut akan dihukum mati? (Ul 17:2-7, 18:10-12*). Perbuatan tersebut sering disertai dengan penyembahan kepada dewa-dewa atau benda-benda di langit seperti matahari, bulan dan bintang-bintang. Tetapi mengapa kelahiran Tuhan Yesus disertai dengan "bintang-Nya"? Dan mengapa Allah harus memakai bintang tersebut untuk memberitahu orang-orang majus tentang kelahiran Kristus? Bukankah hal ini mirip dengan astrologi, primbon, tenung atau ramalan melalui perbintangan? Jawaban kami adalah sebagai berikut:

  1. Bintang tentang timbul di langit sebelah timur tersebut hanyalah suatu tanda atau simbol kelahiran Kristus. Hal ini merupakan penggenapan nubuat nabi Bileam yang terdapat di kitab Bilangan, untuk memberitahu kepada umat manusia bahwa Juru Selamat "sudah" lahir. Dengan demikian bintang tersebut bukan untuk suatu "peramalan" hal yang terjadi, melainkan suatu "pemberitahuan" hal yang sudah terjadi.

  2. Orang-orang majus yang melihat bintang terang itu tidak terlibat dalam penyembahan berhala atau benda-benda di langit, bahkan ada kemungkinan mereka pernah membaca atau mendengar nubuat Bileam tentang bintang Yakub, sehingga tatkala mereka melihat bintang terang, dengan segera mereka mengetahui bahwa itu adalah tanda kelahiran seorang anak raja yang agung. Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Majus yang agung. Para ahli mengatakan bahwa orang-orang majus tersebut adalah pengikut Zoroaster, yang mempercayai dan menyembah Allah yang Esa, serta menentang ajaran polytheisme dan penyembahan terhadap berhala, sehingga mereka tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu nujum perbintangan.

  3. Alkitab mencantumkan beberapa hal yang bersangkutan dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, misalnya Matius 24:30*; Yoel 2:28-32; Kisah 2:19-20*, dan lain-lain. Hal-hal tersebut sama sekali tidak menyangkut astrologi.

Kesimpulan

Bintang terang tersebut disediakan oleh Allah untuk memproklamasikan kedatangan Anak-Nya, yaitu Kristus Yesus Tuhan kita. Allah pernah menyediakan tiang api dan awan untuk memimpin bani Israel dalam perjalanan di padang belantara. Demikian juga Allah telah menyediakan bintang terang untuk memimpin perjalanan orang-orang majus sampai di Betlehem Untuk menyembah Kristus Yesus. Pada hari ini, Tuhan pun berkenan memakai Firman-Nya untuk memimpin perjalanan kita, dimana firman-Nya itu menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu" (1Pet 1:19*). Adakah Firman Tuhan menjadi pelita bagi kakimu dan terang bagi jalanmu? (Mazm 119:105*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Mengapa Abraham disebut sebagai tokoh iman yang patut kita teladani?

Abraham adalah pembina bangsa Ibrani. Pada mulanya ia bernama Abram dan tinggal di Ur-Kasdim (kini letaknya di daerah Irak Selatan) sekitar tahun 2000 SM. Pada suatu hari, dengan bimbingan Allah ia pindah ke arah barat laut menuju Haran, dan kemudian ke arah Barat Daya menuju Kanaan.

Menjelang masa tuanya, Abraham mendengar panggilan Allah. Allah membuat perjanjian dengan Abraham dan menjanjikan kepadanya seorang putra. Melalui putra perjanjian itu, yaitu Ishak, ia menjadi nenek moyang semua bangsa Yahudi. Kebesaran Abraham diringkas dalam surat Ibrani 11:8-19 dan surat Yakobus 2:21-23*.

Dari kehidupan Abraham kita mendapat kesimpulan bahwa Abraham adalah tokoh iman yang patut kita teladani:

  1. Abraham beriman: Ia mendengar, menaati, mematuhi segala perintah Tuhan dan percaya akan firman Tuhan (Kej 15:6; Ibr 11:8*). Dengan iman kita diselamatkan; dengan iman kita melayani Tuhan. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah" (Ibr 11:6*).

  2. Abraham beribadat: Ke mana saja Abraham pergi, ia selalu membangun mezbah. Melalui mezbah, ia mengucap syukur kepada Tuhan, berdoa serta mempersembahkan korban dan beribadat kepada Tuhan. Paulus menasihati kita agar senantiasa berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan (1Tes 5:17-18*).

  3. Abraham hidup sebagai musafir: Ke mana saja Abraham pergi, ia membangun mezbah. Ia pun membuat kemah dan tinggal di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa ia mengakui hidupnya di dalam dunia ini hanya sebagai musafir saja. Perjalanan hidupnya menuju ke negeri yang baka, kehidupan jasmaninya tidak kenal seperti kemah yang bisa rusak, tetapi kehidupan rohani itu kekal adanya (2Kor 4:16; 5:1-2*).

  4. Abaraham suka damai: Ia tidak suka bertengkar, tidak suka membantah dan rela mengalah (Kej 13:5-9*). "berusahalah hidup damai dengan semua orang" (Ibr 12:14*). Tuhan menjanjikan: "Berbahagialah orang yang membuat damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (2Kor 4:16, 5:1-2*).

  5. Abraham tidak egoistis: Ia selalu memikirkan kepentingan orang lain (Kej 13:9*) dan rela membantu kesukaran orang lain (Kej 14:14-16*). Demikian juga nasihat rasul Paulus: "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepetingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filip 2:4*).

  6. Abraham memberi persepuluhan: Ia memberi persepuluhan kepada Melkisedek yang melambangkan Tuhan Yesus (Kej 14:20; Ibr 7:1-28*). Tuhan berjanji akan memberkati orang yang memberi persepuluhannya kepada Tuhan (Mal 3:10*). Dalam hal memberi persembahan, hendaklah kita memberi menurut kerelaan hati, jangan dengan sedih atau karena terpaksa, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Masih banyak ciri khas kehidupan Abraham yang boleh menjadi teladan kita, tetapi apa yang telah diuraikan di atas, cukup menjadi pedoman kita untuk hidup sebagai orang Kristen yang diperkenankan Tuhan.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Matius 27:52-53* mencantumkan lambang kebangkitan orang-orang kudus, apakah artinya?

"Dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang" (Mat 27:52-53*).

Matius 27:52-53* merupakan salah satu bahagian Alkitab yang sukar dimengerti. Para sarjana Teologi pun mempunyai pendapat-pendapat yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Pendapat-pendapat mereka boleh kita simpulkan sebagai berikut:

  1. Ada yang berpendapat bahwa Matius 27:52-53* yang menceritakan perihal kebangkitan, seharusnya diletakkan sesudah pasal Mat 28:2*, karena kebangkitan mereka disebabkan oleh kuasa Allah dan "gempa bumi yang hebat" (Mat 28:2*) tatkala Tuhan Yesus bangkit. Tetapi entah bagaimana ahli Taurat meletakkannya pada pasal 27. Pendapat ini disebut "Symbolic theory."

  2. Ada yang berpendapat bahwa kedua ayat tersebut merupakan suatu kiasan sastra yang melukiskan kemenangan Tuhan Yesus atas kematian. Jadi bukan sesungguhnya terjadi kebangkitan orang-orang kudus tersebut. Pendapat ini disebut "Symbolic theory."

  3. Pendapat lain mengatakan bahwa Matius 27:52-53* merupakan suatu nyanyian yang disisipkan ke dalam Injil Matius, hanya untuk menggairahkan pengharapan orang Kristen tentang kebangkitan. Pendapat ini disebut "Christian Hymn theory."

  4. Ada yang mengatakan bahwa orang-orang kudus ini telah bangkit tatkala Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, tetapi mereka tetap tinggal di dalam kuburan. Ketika Yesus bangkit dan kematian, barulah mereka keluar dari kuburan dan masuk ke kota Yerusalem. Pendapat ini disebut "Strict chronology theory."

  5. Ada yang berpendapat bahwa perkataan "dan kuburan-kuburan terbuka" (Mat 27:52a) seharusnya berkaitan dengan Mat 27:51*b, sebab kuburan-kuburan tersebut terbuka karena gempa bumi yang terdapat pada Mat 27:51*. Dengan demikian, kebangkitan orang-orang kudus ini hanya terjadi setelah Tuhan Yesus bangkit pada pasal Mat 28:1-20*. Pendapat ini disebut "Non chronology theory."

Kami berpendapat bahwa Matius 27:52-53* memang sukar dimengerti, tetapi jikalau Alkitab sudah mencantumkannya, kita tidak dapat menyangkal fakta kebangkitan orang-orang kudus tersebut. Tatkala Kristus mati banyak kuburan terbuka dan setelah Tuhan Yesus bangkit, jenazah-jenazah yang terdapat di dalam kuburan-kuburan tersebut bangkit dari kematian. Hal ini tidak mengherankan, sebab memang banyak orang dibangkitkan melalui kuasa Tuhan, misalnya kebangkitan orang-orang mati yang terdapat dalam 1Raja 17:1-24*; 2Raja 4:1-44, 13:1-25; Matius 9:1-38; Lukas 7:1-7, Yohanes 11:1-32*, dan lain-lain. Kami yakin dalam keadaan bagaimanapun juga, Tuhan sanggup membangkitkan orang mati, sehingga tatkala Kristus menang atas kematian, kuasa kemenangan ini mempengaruhi orang-orang matinya (Ef 4:8-9*). Jadi kebangkitan orang-orang kudus dalam Matius 27:1-66*, merupakan suatu contoh bahwa pada suatu hari segala orang yang beriman akan dibangkitkan. Kristus adalah buah sulung (1Kor 15:20*) dan kita yang beriman di dalam-Nya akan mengalami kebangkitan tubuh seperti Dia yang sudah bangkit.

Setelah orang-orang kudus ini bangkit dari kematian, mereka masuk ke kota Yerusalem dan menampakkan diri kepada orang banyak. Kita tidak mengetahui siapakah orang-orang kudus ini dan bagaimana keadaan mereka setelah itu, sebab Alkitab tidak memberi penjelasan. Tetapi kita yakin bahwa mereka memberi kesaksian yang kuat tentang kebangkitan Tuhan Yesus.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

7. Apakah benar menurut Markus 11:23* bahwa doa yang beriman sanggup memindahkan gunung?

Tuhan Yesus mengatakan: "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya" (Mr 11:23*).

Banyak orang dibimbangkan oleh perkataan Tuhan Yesus di atas: Benarkah iman orang Kristen sanggup memindahkan gunung? Apakah ayat ini boleh ditafsirkan secara harafiah? Kalau demikian, bukankah dunia ini menjadi kacau-balau, sebab orang-orang Kristen berkuasa memindahkan gunung?

Pertanyaan-pertanyaan ini boleh kami jawab sebagai berikut:

  1. Yang terutama, kita harus melihat konteks ayat tersebut. Pada ayat yang ke-22 Tuhan berkata: "Percayalah kepada Allah."

  2. Jadi kebenaran yang diungkapkan Tuhan Yesus adalah doa yang mempercayai Allah. Doa yang beriman kepada Allah mempunyai khasiat yang besar, seperti hal memindahkan gunung.

  3. Kita sering mempunyai konsep yang salah terhadap istilah "percaya." Tatkala kita berdoa, kita hanya beriman kepada pengenapan hal-hal yang kita doakan, tetapi kita tidak mempercayai pribadi Allah sendiri. Kita tidak mencari kehendak-Nya terlebih dahulu. Sebelum kita yakin bahwa hal ini akan digenapi. Ini berarti bahwa kita memaksa Tuhan untuk menggenapi goa kita.

  4. Maka dalam hal memindahkan gunung, apakah kita sudah yakin bahwa memang kehendak Tuhan supaya gunung ini dicampakkan ke dalam laut.

Contoh yang lain dalam Alkitab: Pada suatu hari nabi Yehezkiel melihat tulang-tulang kering di tengah-tengah lembah. Lalu Tuhan bertanya kepadanya: "Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Yehezkiel menjawab: "Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!" (Yeh 37:1-3*). Ini berarti Yehezkiel tidak tahu apakah tulang-tulang itu daat dihidupkan, tetapi setalah Tuhan berfirman: "Bernubuatlah ...", maka Yehezkiel mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan. Kemudian ia bernubuat dengan penuh iman dan mujizat yang besar terjadi, di mana tulang- tulang kering itu dihidupkan dan menjadi terang yang sangat besar.

Prinsip ini boleh kita pakai dalam hal memindahkan gunung. Kecuali jika kita memang megnetahui keendak Tuhan agar gunung ini dipindahkan. Kalau tidak, maka sia-sialah doa kita untuk memindahkan gunung.

Para nabi di zaman Perjanjian Lama telah melakukan banyak mujizat yang mengherankan, tetapi mujizat-mujizat itu bukan dilakukan menurut keinginan diri mereka sendiri, melainkan menurut perintah dan kehendak Tuhan. Mereka sering mengatakan: Demikianlah firman Tuhan ..."

Kesimpulan

Doa yang beriman sangat berkhasiat, tetapi pada hakikatnya, doa yang beriman itu melaksanakan kehendak Tuhan. 1Yohanes 5:14* mengatakan: "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya."

[Lanjutkan] [Sebelumnya]