Bagaimana Caranya Menghadapi Masalah Hidup yang Menekan?

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Pada tahun 1923 di Chicago, diadakan pertemuan antara sembilan investor paling berhasil di dunia. Dua puluh lima tahun kemudian, riset menunjukkan bahwa beberapa orang di antaranya mati bunuh diri. Mereka memang sudah belajar seni mencari nafkah untuk hidup, tetapi rupanya tidak seorang pun yang belajar seni menjalani hidup. Mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah hidup yang menekan mereka.

Ternyata bukan hanya mereka yang berbuat demikian; banyak juga orang-orang di dunia ini yang karena merasa tertekan akhirnya mengakhiri hidup mereka. Sayangnya, para dokter belum menemukan alat untuk menyesuaikan jumlah tekanan yang dialami seseorang pada saat tertentu; mereka hanya bisa mengukur efek-efek tekanan. Sehingga dokter tidak bisa segera menolong mereka yang mengalami tekanan.

Kita tahu bahwa masalah tidak dapat dihindari. Berusaha untuk mengelak dari masalah pun mungkin tidak menyenangkan. Akan tetapi, dalam banyak hal masalah dapat menjadi motivasi yang kuat apabila dikendalikan dengan semestinya. Sebaliknya, jika tidak dikendalikan masalah itu akan menjadi kekuatan yang negatif.

Bagaimana caranya mengendalikan masalah sehingga hal itu tidak membuat kita kalah? Garis pedoman berikut ini adalah solusinya.

1. Menumbuhkan sikap mental yang positif.

Langkah pertama untuk mengendalikan tekanan karena adanya masalah ialah memperbaiki sikap mental. Jika kita gagal dalam ujian ini, semua tekanan yang kita miliki akan semakin besar. Ini tidak berarti bahwa kita tidak dapat menyesuaikan diri dengan tekanan, tetapi tekanan itu akan lebih berat daripada kalau dihadapi dengan semestinya.

2. Mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita dan melakukannya.

Jika kita tidak menemukan sesuatu yang memiliki arti untuk dilakukan dalam hidup, maka hidup kita akan dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan yang tidak berarti.

Allah telah merancang keseluruhan diri kita (pikiran, jiwa, hati, dan tubuh) untuk bekerja, melayani, dan menjadi aktif. Kita perlu terlibat dengan kehidupan dan umat manusia, serta menyumbangkan sesuatu kepada umat manusia selama kita ada di dunia.

Orang Kristen memunyai keuntungan besar dalam aspek hidup karena kita ditantang untuk "mempersembahkan tubuh [kita] sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah [kita] yang sejati" (Roma 12:1). Jika kita melakukan firman tersebut, maka kita ikut tergabung dalam bala tentara yang penuh pengabdian dan merasa sukacita karena dapat melayani Yesus Kristus. Yang terpenting dalam hidup ini bukanlah mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, namun mengerti dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki.

Untuk menemukan kehendak Allah bagi hidup, kita akan melibatkan empat faktor:

  1. firman Allah (Mazmur 119:105, 32:8, Yesaya 58:11, Roma 12:2),
  2. ketaatan mutlak kepada firman (Yohanes 14:21),
  3. waktu (Wahyu 3:7), dan
  4. pimpinan Roh Kudus (Kolose 3:15-17).

Pengetahuan itulah yang dapat meringankan tekanan. Setiap kali kita meninggalkan kehendak Allah, maka tekanan yang kita hadapi akan berlipat ganda, dan kita tidak akan mengalami damai sejahtera dengan Allah. Jadi, jangan pernah menerima apa pun yang bukan kehendak Allah bagi hidup kita.

3. Mengikat diri pada nilai-nilai dasar dan tetaplah berpegang padanya.

Sepanjang hidup, kita akan mengalami tekanan -- baik oleh keadaan atau orang -- untuk menyesuaikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip kita pada kecenderungan zaman sekarang atau gagasan yang mutakhir. Perbuatan yang merusakkan hal-hal mutlak yang Allah tetapkan di bidang sosial dan moral hanya akan memperhebat tekanan hidup. Kebenaran terkadang menyakitkan, tapi dalam jangka waktu yang lama kebenaran itu melegakan tekanan dalam keputusan-keputusan yang sulit. Jika kita mengabdi pada hal yang benar, walaupun dalam hal-hal kecil, maka hal itu akan membuat kita lebih mudah, dan tekanan yang kita hadapi akan lebih ringan.

4. Tetapkan tujuan-tujuan yang tinggi, jelas, dan layak lalu abdikan diri kita padanya.

Milikilah tujuan (jangka pendek maupun jangka panjang) dan pusatkan perhatian pada tujuan tersebut. Makin banyak kita memusatkan perhatian pada tujuan tersebut, makin jelaslah tujuan-tujuan itu dan secara berangsur dari alam bawah sadar kita akan timbul pikiran-pikiran yang memungkinkan kita mencapai tujuan tersebut.

5. Meminta nasihat pada orang-orang yang lebih ahli.

Alkitab mengatakan, "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa. Tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14) Mintalah bantuan pada penasihat yang rohani. Kriteria pertama dalam mencari nasihat adalah dengan terlebih dahulu melihat sifat-sifat rohani orang yang kita mintai nasihat. Mintalah nasihat pada ahli yang cakap dan berpengalaman. Sebagian nasihat yang diperlukan adalah nasihat teknis sehingga dibutuhkan orang yang benar-benar terlatih untuk memberikan nasihat. Setelah mendapat nasihat, jangan lupa untuk mengevaluasinya.

Carilah penasihat yang objektif, yang tidak berprasangka atau bersikap berat sebelah, yang berpikiran rohani, yang tunduk kepada firman Tuhan, juga yang cakap memberi nasihat, dan sedapat mungkin dengan pandangan yang objektif. Selanjutnya, kumpulkan bukti-bukti, pertimbangkan dengan saksama semua akibatnya, mintalah pimpinan Allah, serahkan diri kepada-Nya, lalu ambillah keputusan akhir.

6. Menentukan suatu rencana yang telah didefinisikan dengan jelas untuk mencapai tujuan-tujuan kita.

Sebagian besar masalah yang melampaui batas yang dialami manusia berasal dari perencanaan yang buruk, walaupun ada juga yang diakibatkan karena tidak ada perencanaan sama sekali. Aturan praktis yang bisa dipegang: semakin baik rencana, semakin sedikit tekanannya.

Jika Anda harus mengubah tujuan menjadi rencana, tuliskan pikiran-pikiran Anda pada secarik kertas. Selalu sediakan sebuah catatan dekat tempat tidur, di meja tulis, dan bahkan di dalam mobil. Perlengkapan tersebut akan sangat menolong dalam proses perencanaan.

7. Menghitung biaya dengan saksama dan menentukan suatu rencana yang masuk akal untuk memenuhinya.

Walaupun Alkitab menantang kita untuk hidup oleh iman, namun iman bukanlah alasan untuk bertindak bodoh. Jangan mudah berkata sesuatu adalah "kehendak" Tuhan sebagai dalih perencanaan yang tidak tepat. Hal itu hanya membuat pekerjaan Tuhan dicela. Jika Tuhan memimpin Anda untuk melakukan sesuatu dengan iman, maka Ia akan menyediakan sebuah rencana untuk membayar semua rekeningnya. Jangan membuat perencanaan kalau Anda tidak bermaksud untuk mengikutinya.

8. Belajarlah untuk selalu mencatat.

Masalah hidup beberapa dasawarsa ini meningkat sangat pesat, sehingga mempercepat tuntutan-tuntutan yang diminta dari kita. Sedihnya, ada banyak orang yang cakap yang sangat menghambat diri sendiri karena mereka menolak untuk mencatat gagasan, tanggung jawab, dan rencana masa depan. Salah satu cara untuk menanamkan kesan yang lebih dalam di pikiran kita tentang sebuah persoalan adalah dengan membuat catatan. Dengan demikian, kemungkinan untuk melupakannya cukup tipis. Daftar apa yang akan kita kerjakan hari ini, besok atau lusa yang dicatat dalam secarik kertas kecil akan sangat efektif.

9. Menetapkan prioritas yang pantas untuk kehidupan sehari-hari.

Tim LaHaye menyatakan bahwa urutan prioritas pokok yang sehat sesuai dengan Alkitab adalah Allah, suami/istri, keluarga, dan pekerjaan. Jika kita tidak memiliki agenda sendiri, maka orang lainlah yang akan menyusunnya bagi kita, lalu kita akan mengalami bermacam-macam tekanan karena prioritas/keperluan kita tidak dipenuhi. Itulah sebabnya, memunyai jadwal/agenda mengenai hal-hal yang akan dilakukan waktu mendatang sangat penting. Perencanaan setiap hari dan tiap minggu memberikan peluang bagi Saudara untuk mencatat prioritas kita dalam jadwal tersebut sebelum orang lain melakukannya.

Makin aktif hidup kita, makin pentinglah prioritas harian itu. Apabila kita gagal menetapkannya, kita harus menyesuaikan diri dengan rencana orang lain, harus bekerja lebih keras, dan merasakan lebih banyak tekanan karena kita tidak dapat menyelesaikan pekerjaan prioritas kita.

10. Meluangkan waktu untuk mengasihi orang lain.

Manusia bukanlah mesin. Manusia adalah makhluk yang memiliki pikiran, jiwa, hati, dan tubuh. Ia memiliki emosi dengan orang lain. Setiap manusia memerlukan orang lain untuk berbagi hidup dengannya. Saat kita mengasihi orang lain, mereka mungkin akan membalas kasih kita. Jika tidak pun, itu tidak masalah. Tanggung jawab kita ialah mengasihi, bukan memperoleh kasih.

Berilah karena Anda suka memberi. Luangkan waktu untuk mengungkap kasih, keramahan, dan perhatian pribadi kepada mereka yang Anda kasihi. Jangan lupa juga untuk mencurahkan kasih kepada mereka yang membenci dan menentang kita. Kasih adalah kunci untuk mencapai kepuasan dalam hidup.

11. Menjaga agar api tetap menyala.

Kita tahu bahwa tekanan diperhebat saat tidak ada harapan. Tidak seorang pun yang tahan hidup lama tanpa adanya harapan. Tanpa harapan tidak ada iman. Alkitab mengatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan" (Ibrani 11:1). Pengharapan dalam Alkitab menyatakan sikap penentuan yang penuh keyakinan yang didasarkan atas iman. Kedudukan yang paling menyedihkan dalam dunia adalah hidup dalam keadaan tidak berpengharapan. Jika nyala harapan berkelap-kelip dan kemudian padam, maka kita akan merasakan tekanan yang paling berat.

Satu prinsip Alkitab yang sangat penting untuk memelihara kesehatan mental adalah "Bila tidak ada wahyu menjadi liarlah rakyat" (Amsal 19:18). Jika nyala terang di ujung terowongan sudah padam berarti tekanan karena masalah hidup kita sudah tidak tertanggungkan lagi. Jangan kuatir, Allah memberikan berita pengharapan pasti bagi anak-anak-Nya dalam Alkitab. Firman Allah adalah benar-benar terbukti sebagai "penolong" dalam kesesakan. Bacalah untuk menjaga api Saudara.

Diambil dan diringkas dari:

Halaman : 216 -- 253
Judul Artikel : Bagaimana Caranya Menanggulangi Tekanan
Judul Buku : Bagaimana Caranya Menanggulangi Tekanan
Judul Buku Asli : How to Manage Pressure before Pressure Manages You
Penulis Buku : Tim La Haye
Penerjemah : Tim penerjemah Gandum Mas
Penerbit : Penerbit Gandum Mas
Kota : Malang
Status Bahan : Buku