Mengampuni 70 X 7

Tanpa Batas, Tanpa Syarat Dan Tuntas.

Matius 18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Mustahil Untuk Manusia

Tuhan Yesus mengajar untuk mengampuni 70 x 7 = 490 kali dalam sehari (=24 jam = 1440 menit). Ini berarti setiap tiga menit mengampuni satu kali; atau kalau jam tidur tidak dihitung (sebab waktu tidur tidak bertemu, tidak berbuat salah) maka ada 17 jam kemungkinan untuk berbuat salah (24 jam – 7 jam tidur = 17 jam). Ini berarti satu kali mengampuni setiap 2 menit! 70 x 7

Setiap 2 menit mengampuni satu kali

Kalau 1 kali setiap 2 menit, ini berarti 20 kali setiap jam = 490 kali setiap hari.

Ini adalah sesuatu yang jauh di atas ideal manusia, artinya ini mustahil.

Mengapa Tuhan mengajarkan demikian?

Inilah pengampunan illahi, yaitu:

1. Tanpa Batas.

Mengampuni setiap 2 menit itu berarti mengampuni terus menerus tanpa batas.

Sebagai Putra manusia, Tuhan Yesus sendiri sudah melakukannya. Ia sudah mengampuni semua orang yang bersalah kepadaNya, bahkan ia mengampuni musuh-musuhnya dan semua umat manusia terus menerus, begitu banyak tidak terbatas sampai mati. Mengampuni = rugi. Lebih banyak mengampuni = lebih banyak rugi. Sa-ngat banyak mengampuni = sangat banyak rugi. Mengampuni tanpa batas = rugi tanpa batas, maximum = mati. Mengampuni sampai mati berarti tanpa batas.

Ada orang dihina tetapi diampuni. Lalu dirugikan sampai pekerjaannya hilang, diampuni. Ditipu sampai miskin, diampuni. Dipukul sampai patah tulangnya, diampuni. Dianiaya sampai pingsan, diampuni. Begitu terus menerus sampai akhirnya mati, itu berarti tanpa batas.

Begitulah Putra manusia pada saat puncak penderitaanNya di atas salib di Golgota, mengampuni semua manusia termasuk musuh-musuhNya dengan sepenuh-penuhnya sampai mati, tanpa batas.

Lukas 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

Begitu juga kita harus mengampuni seperti Kristus, tanpa batas.

1 Yohanes 3:16 Demikianlah kita mengetahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kita-pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Mencintai sampai mati berarti mengampuni tanpa batas!

2. Tanpa Syarat.

Mengampuni itu berarti melepaskan segala pengaduan dan hak atas orang yang berhutang. Mengampuni secara illahi itu tanpa syarat, artinya tanpa syarat kita melepaskan segala pengaduan dan hak kita atas orang yang bersalah kepada kita, sekalipun ia tidak atau belum mau bertobat. Ini memang sakit, ini adalah salib! (Tetapi ini tidak berarti orang itu bebas di hadapan Allah, dosanya akan tetap dibebaskan kepadanya oleh Allah, meskipun kita yang dirugikan sudah mengampuninya di hadapan Allah).

Markus 11:25 Apabila kamu berdiri berdoa, ampunilah jikalau kamu menaruh barang pengaduan atas seorang juapun, supaya Bapamu yang di Surga juga boleh mengampuni kelak segala kesalahanmu.

Bebas, lepas tidak ada lagi pengaduan, tidak ada lagi yang ditagih.

Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya (Mat 18:23-27/ 28-30). Dalam perumpamaan ini orang yang berdosa itu digambarkan sebagai orang berhutang, sebab ini sama (orang mengampuni itu berarti membebaskan hutangnya secara moril). Raja itu melepaskan orang yang berhutang itu secara materiel, tanpa syarat.

Matius 18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Begitu juga kita harus melepaskan pengaduan atau hak kita atas orang yang bersalah kepada kita, tanpa syarat di hadapan Allah, sehingga tiada pengaduan lagi, sebelum orang itu datang minta maaf/ ampun kepada kita. Kita membebaskan orang yang bersalah itu di hadapan Allah tanpa peduli sikap dan keadaan orang itu, mau minta maaf atau tidak, mau bertobat atau tidak.

Kisah 7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Sementara orang-orang masih penuh dengan kebencian bahkan sedang membunuh Stefanus, Stefanus sudah melepaskannya, ia sudah mengampuninya di hadapan Allah. Stefanus sudah mengampuni 70 x 7, tanpa syarat, tanpa batas dan tuntas, tetapi orang-orang itu masih tetap menanggung dosanya sampai mereka bertobat.

Begitu juga Tuhan menuntut kita mengampuni tanpa syarat. (Sebab itu jangan menghutangi orang, lebih baik saling mengasihi orang yang di dalam kekurangan sesuai dengan kemampuan masing-masing Rom 13:8/ 2Kor 8:12).

3. Tuntas

Mengampuni dengan betul (cara ilahi) itu berarti dengan tuntas tanpa sisa, habis sama sekali.

Yesaya 1:18b Jikalau segala dosamu bagaikan warna kirmizi sekali pun, niscaya ia itu akan menjadi putih seperti salju; jikalau ia itu merah padma sekalipun, niscaya ia itu akan menjadi putih seperti bulu kambing domba.

Dari merah kermizi menjadi putih seperti salju. Dosa-dosa yang sudah diampuni Tuhan itu lenyap tanpa sisa.

Orang yang tidak mengampuni itu menyimpan "nyala api pembalasan" di dalam hatinya, yang siap meledak sewaktu-waktu. Orang yang mengampuni dengan tuntas, membuang semua reaksi yang ada di dalam hatinya sampai habis sama sekali tanpa sisa. Kalau ia mengampuni tidak tuntas, itu berarti masih ada sisa, masih ada bara api dalam hatinya.

Kelihatannya tidak apa-apa, tetapi berbahaya seperti Absalom. Kalau ada "angin" (sebab-sebab lain) bara api itu bisa menyala lagi, sebab itu sewaktu-waktu bisa meledak lebih hebat! Kadang-kadang tanpa sebabpun, bara api itu bisa menyala kembali! Tetapi kalau kita mengampuni dengan tuntas, tidak ada sisa, maka tidak ada bara api dalam hatinya. Sebab itu sekalipun ada bermacam-macam angin, ia tidak akan meledak lagi, sebab hatinya sudah bersih, tidak ada bara api, tidak ada sesuatu yang bisa menyala kembali. Sesudah mengampuni dengan tuntas kita masih ingat kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain kepada kita, tetapi tidak lagi menyakiti hati, sebab sudah tuntas, tidak ada sisa. Kalau hati kita masih sakit itu berarti belum tuntas!

Sesudah mengampuni seharusnya tidak lagi ada kebencian, sakit hati, dendam dan sebagainya.

Bagaimana kalau orang itu tidak menyesal atau bertobat dari perbuatannya yang dosa?

Kita tetap harus mengasihinya, tetapi tentu kita boleh atau perlu hati-hati akan kemungkinan ia bersalah lagi kepada kita sehingga merugikan/ mencelakakan kita, lebih-lebih kalau orang itu tidak bertobat. Kita harus tulus mengampuni dengan tuntas, tetapi kita juga harus dengan cerdik menghadapi dan menghindari orang itu. Kalau kita bodoh, kita bisa menjadi korban segala kejahatan dan tipu dayanya. Menjadi korban karena kebo-dohan itu bukan kehendak Tuhan, kita harus cerdik seperti ular tetapi tetap tulus seperti merpati Mat 10:16).

Bisa Mengampuni

Mengapa orang-orang beriman bisa mengampuni orang yang bersalah kepadanya?

1. Orang Beriman Itu Orang Baru.

2 Korintus 5:17 Sebab itulah jikalau barang seorang hidup di dalam Kristus, maka ialah kejadian yang baharu; maka perkara-perkara yang lama itu sudah lenyap, bahkan, yang baharu sudah terbit.

Kita bukan lagi hamba-hamba dosa, tetapi orang-orang merdeka di dalam Kristus (Yoh 8:36). Semua sifat-sifat lama (sifat tersinggung, dendam, iri, tamak, benci dan sebagainya) sudah lenyap. Kita menjadi baru di dalam Kristus. Orang baru kalau mau, ia sudah mempunyai kesanggupan untuk mengampuni. Bertindaklah dengan iman (Mar 11:24), dengan yakin, seperti sudah mahir dan itu akan sungguh-sungguh jadi, betul-betul sudah bisa mengampuni; kita akan mendapatkan buah-buah "orang baru" ini.

2. Dituntut Tuhan

Mutlak harus mengampuni.

Matius 6:14-15 Karena jikalau ka-mu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak me-ngampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu"

Tuhan tidak hanya mendorong kita untuk mau mengampuni, tetapi Tuhan juga menuntut semua anak-anaknya untuk mengampuni, harus, wajib, mutlak! Kalau tidak mau mengampuni, maka dosa-dosa orang itu sendiri juga tidak diampuni oleh Tuhan, bahkan semua dosa-dosanya. Ini berarti bahwa semua dosa-dosanya yang sudah diampuni itu hidup kembali.

Matius 18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

Ini berhubungan langsung dengan keselamatan jiwa untuk kekal! Tidak diampuni berarti pengampunan dosa-dosa yang lalu batal sehingga semua dosa-dosa tersebut timbul kembali, juga dosa-dosa yang akan datang tidak ada pengampunan. Orang itu kembali menjadi orang berdosa dan orang berdosa pasti masuk neraka.

Jadi tidak mau mengampuni, berarti masuk neraka.

Dosa tidak mengampuni itu dosa yang paling besar, sebab segala dosa-dosanya hidup kembali sehingga semua dosa-dosanya sejak lahir itu lengkap timbul kembali dan ini terus berlaku sampai di neraka; di situ orang itu akan dihukumkan sesuai dengan dosa-dosanya, lengkap! Sebab itu setiap orang beriman harus mengampuni, wajib, mutlak!

3. Kasih Kristus.

Roma 5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudusyang telah dikaruniakan kepada kita.

Kalau hati diisi kasih Kristus oleh Roh Kudus maka kita mau menerima segala sengsara dan salib yang pahit (akibat dosa dan kesalahan orang-orang itu) dengan rela. (Tetapi ini bukan menderita sengsara karena kebodohan). Kasih itu mau menderita karena orang yang dikasihi, menutup segala salah (1Pet 4:8), tidak menyimpan atau mengingat-ingat salahnya (1Kor 13:6-7) dan seterusnya. Kasih itu mau berkorban, dan itu yang membuat kita bisa mengampuni.

Kesalahan orang lain menimbulkan reaksi yang terdiri dari macam-macam hal (tersinggung, terluka, sakit, marah, jengkel, benci, dendam, dan sebagainya). Mengampuni berarti harus mau menderita begitu banyak akibat dari kesalahan orang lain itu.

Sebab itu bagi orang dunia dan orang-orang yang tidak mempunyai kasih Kristus, mengampuni itu sulit dan rugi. Tetapi pada orang baru, yang mempunyai kasih Kristus, ia mau pikul salib (apalagi kalau sudah mahir), ia mau menanggung dan menderita segala akibat karena kesalahan dan kejahatan orang lain. Ingat, mengampuni berarti sakit, menderita, rugi untuk daging, tetapi ini kehendak Tuhan, ini salib.

Kalau kita mau menderita karena Tuhan, maka mengampuni itu tidak terlalu berat, kita akan sanggup memikulnya (sebab semua yang terjadi pada kita itu tidak kebetulan, itu diizinkan Allah namun tidak melebihi kekuatan kita, pasti (1Kor 10:33), dan Roh Kudus memberi cukup kekuatan dan penghiburan) sebab itu bagi "orang-orang baru", mengampuni tidak terlalu sukar. Kalau ia mau, ia akan sanggup menanggungnya dengan rela. "Orang-baru" yang masih baru mulai belajar memakai sifat-sifat yang baru ini kadang-kadang belum sempurna membebaskan segala kesalahan orang lain, sehingga masih ada sedikit reaksi. Tetapi kalau mau berjalan dengan iman di dalam Kristus, kita akan dapat langsung membebaskannya semuanya sehingga dapat mengampuni 70 x 7 yaitu dengan tuntas tanpa syarat dan tanpa batas.

4. Pertolongan Roh Kudus

Roh Kudus memberi kita kekuatan untuk sanggup memikul salib. Lebih banyak pengurapan lebih ringan tanggungan itu.

Yesaya 10:27 Maka akan jadi pada hari itu juga tanggungannya akan lepas dari pada bahumu dan kuknyapun dari tengkukmu, maka kuk itu akan rusak kelak oleh minyak. (TL)

Sebab itu orang yang suka bertekun berdoa di dalam Roh dan kebenaran akan bertambah-tambah di dalam pengurapan Roh Kudus, akan lebih tabah dan lebih mampu mengampuni orang lain dan hatinya tetap sejahtera (Yoh 7:38/ 16:22).

5. Mata Celik, Firman Tuhan Terbuka Baginya.

Mengerti apa yang sebetulnya terjadi pada orang yang berbuat salah pada kita dan tentang diri kita sendiri, yaitu:

a. Orang itu menabur hukuman

Roma 12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.

Orang yang berbuat salah kepada anak-anak Allah itu sebetulnya menabur hukuman atas dirinya sendiri (Kol 3:25/ Gal 6:7-8). Satu kali taburan ini akan menjadi penuaian yang dahsyat, baik di dunia, lebih-lebih dalam kekekalan di Neraka. Sangat dahsyat dibalas oleh Allah sendiri. Sekalipun kita tidak membalas sama sekali, ia akan menerima hukuman yang dahsyat dari hakim yang adil. (Justru kalau kita sendiri membalas, biasanya menjadi dosa (benci, berkata-kata berlebih-lebih, membalas berlebih dan sebagainya) dan Tuhan lepas tangan, bahkan Ia menjadi hakim atas kita dan orang itu! Kalau Tuhan yang membalas untuk kita, kita tinggal sejahtera, tidak berdosa dan bisa hidup makin berbuah-buah).

b. Orang itu tidak mengerti yang diperbuatnya

Lukas 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya. (Kis 7:60).

Kalau seorang bayi berbuat salah yang belum dimengertinya (misalnya digendong lalu kencing) apakah kita dendam dan sakit hati? Tidak, kita mau menerimanya sebab "anak" itu belum mengerti. Lain kali lebih hati-hati!

c. Bagi kita ini bukan kebetulan.

Tuhan tahu keadaan dan kekuatan kita. Kalau Tuhan mengizinkan hal ini terjadi, itu tidak akan lebih dari kekuatan kita (1Kor 10:13) dan itu pasti mendatangkan faedah bagi kita, menjadi pengolahan, pemurnian, pertumbuhan yang indah untuk kekal. Pasti tidak sia-sia. Jangan mengeluh, ini berfaedah untuk abadi!

d. Bagi kita ini berarti pahala.

1 Petrus 4:14 Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.

Menderita karena Kristus, itu berarti menderita meskipun benar (bukan karena salah atau dosa). Tetapi itu menjadi pahala dan kemuliaan bagi kita, baik di dunia ini, istimewa di dalam Surga kekal (Rom 8:18-19). Orang yang mengerti akan bersukacita (Mat 5:10-12/ Kis 5:41) bahkan berlompat-lompat (Luk 6:22-23). Ini anugerah Allah bagi kita (Fil 1:29). Sebab ini menambah nilai/ angka kemuliaan kita. Memang kita diolah dan bertumbuh dalam kemuliaan sampai menjadi seperti Kristus itu dengan sengsara (Ibr 2:10).

6. Sabar.

Kolose 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Sebagaimana Allah sabar akan segala dosa-dosa yang kita buat, begitu juga kita wajib sabar dan menerima segala kesalahan saudara-saudara kita.

Sabar = long suffering = tahan, tabah, sabar menderita yang berkepanjangan. Kita perlu belajar panjang sabar, dapat melihat orang lain berbuat salah. (Juga ini prinsip penting dalam pendidikan anak). Berilah kesempatan untuk berubah. Artinya bisa menerima orang lain yang berbuat salah dengan sabar (sambil menasehati dan mendoakan) sampai orang itu bertobat, berubah menjadi baik. Ini bukan berarti kita setuju dengan dosa-dosanya, tidak! Tetapi sebab ada kasih Kristus, kita memberi mereka kesempatan untuk bertobat seperti yang dilakukan Tuhan kepada kita (2Pet 3:9/ Pengkh 8:11).

Biasanya ukuran waktu untuk berubah bagi setiap orang itu tidak sama, tergantung imannya. Kalau ia mempunyai iman, ia dapat langsung berubah menjadi baru sesuai dengan Firman Tuhan. Tetapi orang yang imannya kecil, ragu-ragu, membutuhkan waktu lebih lama sampai imannya mantap, baru ia berani hidup dengan iman dalam kesucian dan pasti ia berhasil=berubah. Sebab itu ukuran kita belum tentu sama dengan orang lain. Mungkin kita lebih cepat berubah, orang lain lebih lama, sebab itu kita harus lebih sabar atau sebaliknya. Belajarlah "menerima" kesalahan dan kekeliruan saudara-saudara di sekitar kita (seperti juga orangtua menerima kesalahan-kesalahan anaknya) dengan panjang sabar, dengan kasih dan mau menderita (seperti pedang yang menusuk hati Maria Luk 12:35).

Kalau di dalam hati dihadapan Allah kita sudah melepaskan semua tuntutan dan tuduhan atas orang yang bersalah itu dan membuang semua reaksi-reaksi yang salah (itu biasanya sakit!) maka kita akan dapat mengampuni orang itu bahkan kalau perlu kita dapat memberi nasehat dan koreksi dengan cara yang betul untuk kepenti-ngan orang itu. (Seperti Kristus menegur dan memarahi orang-orang Parisi, imam-imam dan orang banyak dalam Kaabah, juga kepada Petrus, Yohanes, Yakobus, Yudas dan lain-lain). Tetapi kalau hati jengkel, marah, benci dan lain-lain, lalu menasehati atau menghukumkan, biasanya akan selalu berlebih-lebih dan menjadi dosa!

Sebab itulah orang yang mengampuni, itu menjadi berkat yang besar bagi orang yang diampuni. Memang kita dipanggil Tuhan untuk menjadi berkat dalam dunia ini, bukan untuk menjadi laknat.

Menasehati dan memulihkan orang yang bersalah.

Galatia 6:1 Saudara-saudara, jika seorang didapati di dalam suatu kesalahan, [maka hendaklah] kamu yang ada [di dalam] Roh memulihkan orang yang demikian di dalam roh lemah-lembut dengan menimbang dirimu sendiri supaya jangan kamu juga kena pencobaan. (RTL).

Untuk bisa melayani sedemikian kita harus dapat mengampuni orang yang bersalah itu sekalipun ia tidak bersalah kepada kita; mengapa? Sebab seringkali meskipun orang itu tidak bersalah kepada kita, bisa timbul rasa tidak senang, menghina bahkan membenci orang-orang yang jahat dan bersalah ini.

Semua harus dilepaskan, harus bebas, harus mengampuni dahulu, baru dapat menasehati, menegur, bahkan menghukum dalam ukuran yang adil dan betul seperti Kristus. (Ini penting untuk pemimpin-pemimpin dan orang tua dalam pendidikan anak-anak). Sebab itu belajar sabar menderita, panjang sabar, sabar "yang lebih lama dan lebih panjang".

Selain dalam keluarga untuk pendidikan anak-anak, juga di antara suami-isteri ini perlu untuk dapat saling mendidik satu sama lain; juga dalam sekolah, dalam perusahaan, dalam masyarakat bahkan juga dalam gereja, di dalam tubuh Kristus. Selain mengampuni, perlu mendidik orang-orang yang bersalah, itu mutlak diperlukan bagi setiap orang beriman dalam Tubuh Kristus. Sebab itu selain pengampunan diperlukan nasehat, teguran dan kalau perlu hukuman untuk orang-orang beriman yang salah jalan. Orang-orang yang "hidup baru" dengan pertolongan Roh Kudus dan dengan iman dapat melakukannya kalau mau mengampuni 70×7 (dengan tuntas, tanpa syarat, tanpa batas).

Disalahgunakan

Orang Kristen harus mengampuni. Beberapa orang yang mengetahui hal ini dan tidak tulus, memakai kesempatan ini untuk mengambil untung. Orang-orang ini yang berani bersalah pada anak-anak Allah (lebih-lebih dengan sengaja mengambil bermacam-macam keuntungan, lalu menuntut pengampunan) akan menerima huku-man yang dahsyat dari Hakim yang adil (Rom 12:19). Misalnya pegawai-pegawai terhadap majikan Kristen, murid-murid terhadap guru-guru Kristen dan seterusnya. Karena mengharap dapat pengampunan lalu sengaja berbuat salah/ jahat, orang-orang ini akan makan buahnya yang pahit (Kol 3:25). Jangan mempermainkan hukum-hukum Tuhan (tentang pengampunan) dan kemurahan Tuhan (Rom 2:4), itu mempermalukan dan menghinakan Nama Tuhan (Rom 2:24).

Sebaliknya orang-orang beriman jangan sampai dipermainkan atau dirugikan oleh orang-orang dunia yang menuntut kita mengampuninya, sebab mereka sudah berbuat salah. Sebab itu orang-orang beriman harus cerdik seperti ular tetapi tetap tulus seperti burung merpati (Mat 10:16). Jangan dirugikan kedua kalinya, hindari dengan cerdik, itu bukan dosa. Tetapi kalau toh sesudah berusaha menghindar masih kena, itu berarti Tuhan tahu dan Tuhan mengizinkannya. Jangan bersungut-sungut, belajar menanggung salib, menerima sengsara karena Dia. Ini dizinkan Tuhan untuk menjadi pahala kita. Ingat, ini bukan kebetulan, tetapi anugerah Tuhan untuk kita (Fil 1:29).

Melihat Orang Lain Bersalah

Begitu pula kalau kita melihat orang lain yang sikap, kata-kata dan perbuatannya tidak menyenangkan, (mungkin sebab kikir, kurang ajar, jahat, tidak jujur, membalas baik dengan jahat, tak tahu berterima kasih, iri, sombong, tamak, dan sebagainya) orang-orang ini seperti asap yang menyakitkan mata yang melihatnya (seperti melihat orang malas Ams 10:26).

Seringkali orang-orang menghindari orang-orang seperti ini, sebab meskipun hanya mendengar dan melihat, itu sudah menyakitkan hati sehingga timbul rasa tidak senang, sentimen dan benci (=dosa!). Meskipun orang itu berbuat jahat kepada orang lain, tetapi banyak orang yang hanya melihat atau mendengarnya jatuh dalam dosa, sebab ikut membenci, sentimen, hendak menghukum bahkan dendam. Ini tentu salah; Ia tidak bersalah kepada kita, mengapa kita berdosa kepadanya!

Apa lagi kalau orang itu ada dalam gereja dan kelompok yang sama, bahkan di dekat kita.

Bagaimana seharusnya kita bersikap sesuai dengan Firman Tuhan?

1. Jangan berdosa kepadanya dan kepada Tuhan.

Segera kita melihat atau mendengar tingkah laku yang busuk, ampunilah! Aneh? Ia tidak bersalah kepada kita, kita harus mengampuninya? Ya, kalau perbuatannya itu menimbulkan dosa di dalam hati kita! Ini namanya "orang-orang yang menjadi batu sontohan", membuat orang (istimewa yang lemah rohani) berdosa karena melihat atau mendengar tentang halnya.

1 Korintus 8:9 Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.

Memang orang yang lemah, yang tidak mengerti Firman Tuhan, yang rohaninya kanak-kanak akan mudah jatuh dalam dosa karena hanya melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan atau cerita-cerita (yang seringkali belum tentu benar).

Tentu kita yang sudah mengerti, jangan menjadi bodoh, jangan mau tersontoh atau jatuh dalam dosa hanya karena melihat atau mendengar kesalahan orang lain.

Serahkan pada Tuhan, Dia Hakim sedunia, bukan kita, Tuhan tidak pernah lalai, pasti Tuhan akan membereskannya dengan adil dan tepat, tetapi jangan kita berdosa kepadanya. Kita boleh bahkan perlu bersikap hati-hati, supaya jangan sampai ia berbuat jahat kepada kita.

Orang yang berbuat salah langsung kepada kita, kita wajib mengampuni, apalagi ini, yang tidak ada kena mengena dengan kita. Kita hanya mendengarnya atau melihatnya saja.

Orang-orang dunia berkata bahwa mereka gemes, benci, muak hanya karena mendengar ceriteranya saja. (Memang mereka tidak mempunyai kekuatan dari Allah!)

Tetapi kita ini orang baru. Melihat dan mendengar ini dapat dikatakan baru mencicipi merasakan kesalahan orang itu. Kita tidak perlu dan tidak boleh bereaksi jahat pada mereka, sebab:

  1. Orang itu tidak bersalah kepada kita. Kalau kesalahan penuh kita ampuni, apalagi kalau hanya icip-icip kesalahan orang (mungkin hanya 10-25%), atau kalau kesalahan itu terkena kepada orang-orang yang kita cintai, misalnya kepada anak atau isteri/ suami kita) tentu kita akan merasakan "sakit" lebih banyak, (mungkin 70%, kadang-kadang sampai 100%!) kita juga mutlak harus mengampuni.

  2. Kita harus ingat bahwa seringkali yang kita lihat lebih-lebih yang kita dengar, itu belum tentu betul, bahkan kadang-kadang sama sekali tidak betul.

  3. Juga yang kita lihat itu hanya suatu moment opname (keadaan sesaat saja), mungkin itu adalah reaksi dari aksi yang kita tidak tahu.

Sebab itu jangan sakit hati atau bereaksi salah terhadap apa yang kita lihat atau dengar). Kalau kita sudah mengampuni, maka waktu kita bertemu dengan dia, kita dapat mengasihi orang itu dengan kasih Kristus yang suci.

2. Jangan cepat-cepat menghindar dari orang-orang ini lebih-lebih kalau ia "ditaruh Tuhan" didekat kita. Doakanlah supaya Tuhan menolongnya (sekalipun orang itu tidak mengetahuinya, kita dapat melayani dia dengan kasih Kristus, sehingga diam-diam kita menjadi saluran berkat bagi mereka. Ini juga berkenan kepada Tuhan, sebab bukan kebetulan kita mengetahuinya, ini juga dari Tuhan). Selanjutnya tunggulah pimpinan Roh Kudus untuk tindakan berikutnya, mungkin Roh Kudus memimpin untuk menasehati, atau menunjukan jalan lepas dan sebagainya. (Tetapi tetap berjaga-jaga supaya jangan jadi korban! (Mat 10:36).

Tidak Bisa Mengampuni

Ini sangat dahsyat sebab:

1. Semua Dosanya Timbul Kembali.

Ini berarti hubungan dengan Allah putus, segala fasilitas dari Allah juga akan putus semua. Pengurapan Roh Kudus, karunia-karunia Roh Kudus, kemurahan, anugerah, rencana Allah yang indah-indah dan sebagainya. Rugi besar.

2. Hidup Menjadi Pahit, Tersiksa dan Sengsara.

Yeremia 2:19 Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikinlah Firman Tuhan ALLAH semesta alam.

Orang mengira bahwa tidak mengampuni itu lebih mudah, lebih enak daripada mengampuni. Memang itu benar untuk orang dunia, sebab mereka tidak perlu "ngempet" atau menahan diri. Tetapi bagi orang beriman, kalau mau, bisa! Sehingga hidupnya bebas kejengkelan, bebas benci, bebas dendam dan dosa-dosa lainnya. Justru hidup seperti ini sangat indah, hidup penuh sejahtera dan sukacita Allah serta penuh dengan kemuliaan Kristus. Tetapi hidup tanpa ampun (tidak mengampuni orang yang bersalah dan tidak diampuni Tuhan) itulah hidup yang sangat pahit, jarang orang bisa tahan.

3. Pabrik Dosa.

Orang-orang yang selalu menuruti daging dan menuruti iblis akan menjadi "pabrik dosa!" seperti bapanya yang penuh kebencian dan pembunuhan (Yoh 8:44). Orang seperti ini lepas dari Allah dan lekat pada iblis; setiap kali ada rangsangan apapun, akan meng-hasilkan dosa!

Apalagi orang yang tidak bisa/ tidak mau mengampuni. Setiap kali ada orang bersalah kepadanya, tiada ampun, pasti ia memproduksi bermacam-macam dosa! Misal: benci, iri, dendam, fitnah, menipu, merugikan, memukul, membunuh, menghasut, berpihak-pihak dan sebagainya. Ia menjadi pabrik dosa dalam tangan setan. Setan menaruh segala macam pikiran jahat dan dosa dalam pikirannya, memberi kuasa/ semangat untuk melakukannya bahkan dengan mata gelap. Ini mesin-mesin dosa yang canggih, dengan produksi yang maksimal. Akibatnya hidupnya akan rusak dan berantakan. Orang yang tidak bisa apalagi tidak mau mengampuni itu menjadi pabrik dosa dari setan! celaka!

70 X 7

Sebab itu kita perlu belajar mengampuni semua orang, lebih-lebih yang ada di sekitar kita dan yang Tuhan tanggungkan di atas pundak kita! Tetapi jangan lupa kita juga harus "mengampuni" semua orang-orang yang kita lihat atau kita dengar berbuat macam-macam salah yang busuk. Orang yang dapat mengampuni itu orang yang seperti Kristus, besar dan indah, sebab hatinya penuh dengan kasih Kristus, penuh pengurapan Roh Kudus, mahir pikul Salib, celik matanya, penuh pengertian Firman Tuhan, dan taat pimpinan Roh. Abraham mengampuni Lut yang dari kecil sampai besar, sampai kaya raya dipelihara Abraham.

  • Yusuf mengampuni saudara-saudaranya yang sangat jahat dan kejam.
  • Daud mengampuni Saul.
  • Bapa mengampuni anak yang terhilang dan kurang ajar (Luk 15:11).

Belajar mengampuni 70 X 7 yaitu dengan tuntas, tanpa syarat, tanpa batas, itu menumbuhkan kita menjadi orang-orang yang indah, besar dan diberkati Allah dengan luar biasa di dunia dan mulia di Surga untuk selama-lamanya.

Sumber: http://www.tulang-elisa.org/mengampuni-70x7/