Menerima Nasihat (e-Konsel edisi 263)

Edisi C3I: e-konsel 263 - Pentingnya Nasihat untuk Anak Muda

Kitab Amsal menekankan pentingnya mendengarkan nasihat dalam keputusan-keputusan penting. Kitab Amsal disusun sebagai kitab nasihat dari orang tua atau orang berhikmat kepada anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, atau orang muda lainnya (Amsal 1:8, 10; 2:1; 3:1; dll.). Perlunya mencari dan mendengarkan pertimbangan atau nasihat yang bijak dalam beberapa cara merupakan satu-satunya pesan dalam kitab itu. Sebaliknya, mengabaikan nasihat orang berhikmat adalah hal yang sangat berdosa (Amsal 1:22-27).

Orang yang mencari nasihat dikontraskan dengan mereka yang menolak nasihat. "Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak." (Amsal 12:15) "Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat." (Amsal 13:10)

Kitab Amsal secara konsisten menghargai upaya pencarian nasihat dalam membuat keputusan. "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22) "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14) "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat." (Amsal 20:18) "Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." (Amsal 19:20)

Tradisi mencari pertimbangan, berlanjut dalam gereja Perjanjian Baru ketika Paulus mengangkat penatua-penatua di setiap kota. Tidak ada orang yang cukup dengan dirinya sendiri. Setiap orang memerlukan orang lain yang dapat berada di sisinya untuk menghibur, menegur, menguatkan, atau menasihati. Kedua belas rasul saling menundukkan diri satu sama lain dalam semua keputusan penting. Kita juga diberi teladan Paulus ketika ia pergi ke Yerusalem untuk meneguhkan Injil yang diberitakannya, walaupun ia sudah diajar secara langsung oleh Allah (Galatia 2:1-10). Ketika terjadi suatu perselisihan, para rasul dan penatua berkumpul di Yerusalem, dan merundingkannya sesuai dengan firman Allah (Kisah Para Rasul 15:1-21). Paulus mengimbau para wanita yang lebih tua untuk mengajar para wanita yang lebih muda (Titus 2:3). Petrus memberi tahu para pria yang lebih muda agar mendengarkan dan menghormati pria-pria yang lebih tua (1 Petrus 5:5).

Menolak mencari nasihat merupakan wabah dalam kebudayaan kita, khususnya di kalangan kaum pria. Padahal, jika kita menolak mengakui bahwa kita tersesat saat hal itu jelas terjadi, bagaimana mungkin kita akan belajar mengakui saat kita benar-benar membutuhkan pertolongan, dalam keputusan yang memengaruhi banyak orang lain secara mendalam?!

Syukur kepada Allah bahwa kita memiliki satu Guru, yaitu Roh Kudus, Sang Pengilham Agung, yang di bawah kepemimpinan Kristus memuridkan kita dalam hikmat yang berasal dari atas. Ia lebih daripada sekadar pasangan bagi kebodohan kecongkakan kita, pada saat kita terlalu sombong untuk meminta tolong. Ia lebih daripada sekadar setara dengan ketidakpercayaan kita, pada saat kita terlalu takut untuk meminta pertolongan. Allah itu "ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan." (Yesaya 28:29) Sementara itu, Yesaya 11:2 menggambarkan Mesias dalam bahasa seperti berikut: "Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN."

Bahkan doktrin Trinitas menunjukkan bahwa ketiga Pribadi Trinitas berdiskusi pada saat penciptaan manusia (Kejadian 1:26).

Terkait dengan Allah, berarti mengenakan karakter-Nya saat Allah mengerjakan segala sesuatu bersama-sama untuk tujuan tersebut (Roma 8:28-29). Saya sangat dikuatkan oleh dampak yang telah Kristus kerjakan dalam kehidupan banyak orang -- termasuk pria! Mereka telah merendahkan diri di hadapan Allah, dan menemukan bahwa sungguh mudah (bahkan menjadi kesukaan) untuk meminta pertolongan dari saudara-saudari di dalam Kristus. Mereka mulai mencerminkan hikmat yang ada pada orang-orang, yang suatu hari kelak akan menghakimi dunia dan semua malaikat (1 Korintus 6:2).

Setiap kita, pria maupun wanita, seharusnya mencari nasihat dalam keputusan penting. Kita memerlukan nasihat saat kita begitu meyakini suatu keputusan. Bagi orang bodoh, kebanyakan keputusan yang bodoh adalah "jelas". Kita memerlukan nasihat dalam keputusan yang membingungkan, karena hal itu belum jelas bagi kita. Para orang tua, guru, majikan, penatua, pendeta, kakek-nenek, sanak keluarga, dan teman adalah para calon yang akan memberikan nasihat yang baik jika mereka berhikmat.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku : Step by Step: Divine Guidance for Ordinary Christians
Judul buku : Selangkah demi Selangkah: Bimbingan Ilahi bagi Setiap Orang Kristen
Judul bab : Mencari Bimbingan: Tujuh Elemen Pengambilan Keputusan yang Alkitabiah
Judul asli artikel : Konsultasi
Penulis : James C. Petty
Penerjemah : Trivina Ambarsari
Penerbit : Penerbit Momentum, Surabaya 2004
Halaman : 225 -- 227