Menghadapi Rekan Kerja (Kolega) yang Sulit

Ada saatnya dalam bekerja, saya merasa seperti kertas lem penangkap lalat. Saya menarik perhatian kolega-kolega yang sulit.

Anda tahu apa yang sedang saya bicarakan. Mereka dipekerjakan karena koneksi (seseorang kenal seseorang) atau mereka sangat ahli dalam wawancara, tetapi sebenarnya tidak melakukan pekerjaan apa pun. Atau mereka berada dalam masalah besar di luar kemampuan mereka. Mungkin juga, mereka mengetahui bahwa beberapa organisasi lebih menghargai keterampilan politik daripada pengerjaan tugas yang sesungguhnya.

Mereka adalah orang-orang yang diumumkan ketika mengalami kenaikan jabatan, dan orang-orang bertanya, "Apa maksud atasan-atasan kita?"

Saya menarik perhatian mereka. Saya seperti Cawan Suci. Seperti salah seorang dengan kata-kata pertama yang diucapkannya kepada saya demikian, "Tolong beritahu di mana stop kontak di sekitar sini." Saya menunjukkan kepadanya letak saklar lampu. Atau salah seorang yang mendambakan -- "mendambakan" adalah kata yang tepat -- buletin yang dikelola oleh tim saya, karena dia berpikir bahwa dia dapat mengendalikan seluruh perusahaan dengan cara itu. Pada akhirnya, dia mendapatkan keinginannya dan segera merusak semuanya. Atau yang lain, seorang pemimpin tim yang baru saja ditunjuk, yang menjatuhkan tubuhnya ke salah satu kursi kantor saya dan menanyakan "kiat-kiat" untuk "mengatur sekelompok bawahan" karena saya membuat tugas itu "terlihat mudah". Salah seorang teman yang lain merasa keberadaan saya benar-benar suatu ancaman untuk segala hal yang dia yakini karena hal ini mengingatkannya bahwa tidak ada pengganti untuk kerja keras.

Saya memikat mereka. Seperti kertas lem penangkap lalat. Panggil saya Si Penangkap Lalat.

Di tempat kerja mana pun yang mengharuskan kerja sama di dalam dan di antara tim, orang-orang ini menunjukkan kinerja biasa-biasa saja, mereka tidak banyak mendapat perhatian. Pekerjaan menjadi berantakan. Karena beberapa alasan yang tidak diketahui dan mungkin bersifat genetis, manajemen sering kali tak mampu melihat, bahkan saat hal itu tidak dapat diabaikan. Apalagi, saat mereka tahu apa yang lebih baik, yaitu saat mereka mengakui bahwa mereka tahu apa yang lebih baik.

Tidak ada peluru perak [kiasan untuk solusi jitu, Red.] untuk menghadapi kolega-kolega yang sulit, walaupun sebuah cermin atau kalung bawang putih mungkin berguna. Akan tetapi, ada tiga hal yang saya berusaha lakukan (perhatikan bahwa saya katakan "berusaha", bukan "berhasil").

Pertama, bersyukurlah. Ini adalah hal yang paling sulit dan paling penting. Saya berusaha untuk mensyukuri orang-orang seperti ini, sekalipun doa pertama saya adalah "Tuhan, terima kasih tidak membuatku seperti mereka." Sikap bersyukur dapat membawa kita untuk berdoa, dan doa dapat menghasilkan perubahan. Terkadang saya menjadi orang yang perlu diajarkan sesuatu.

Kedua, jadilah garam. Dari semua yang dipercayakan kepada kita karena diri kita, menjadi garam adalah hal terpenting. Tingkah laku kita, tindakan kita, dan cara kita menghadapi kolega-kolega yang sulit adalah seperti garam yang memberi rasa di tempat kerja kita dan orang-orang di sekitar kita, sekalipun kita menjadi satu-satunya orang yang memberi garam di tempat kerja.

Ketiga, jadilah terang. Orang-orang yang bermanuver paling hebat dalam kegelapan biasanya tidak akan bertahan dalam terang. Ketika saatnya tepat, terang harus bersinar. Hal ini dapat berarti pertentangan dan konflik. Suatu ketika, saat segala sesuatu benar-benar membuat putus asa, saya biarkan terang bersinar dalam rapat staf, tepat di depan Tuhan dan semua orang. Saya menangani rekan kerja yang sulit dengan bertanggung jawab. Cara saya manjur; terang menghentikan meluapnya kebodohan. Atasan saya memberi tahu saya betapa gembiranya dia akan apa yang saya katakan.

Tidak ada cara yang dijamin manjur untuk menghadapi seorang kolega yang sulit. Tidak ada jaminan bahwa organisasi tidak akan membiarkan situasi terus berlangsung memburuk, atau bahwa individu akan berubah. Satu-satunya yang dapat Anda yakini adalah bahwa Allah mengasihi "penangkap lalat". Dia mungkin bahkan juga suka dengan lalat. (t/Setya)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : The High Calling
Alamat URL : http://www.thehighcalling.org/work/how-deal-difficult-colleague
Judul asli artikel : How to Deal With a Difficult Colleague
Penulis : Glynn Young
Tanggal akses : 11 November 2011