Minder, Sombong, dan Percaya Diri (1)

Minder artinya adalah rendah diri. Kecenderungan utama orang minder ada 4, yaitu: mengasihani diri, membenci diri, membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan iri pada orang lain.

Kalimat yang paling sering diucapkan oleh orang minder:

  • "Aku memang orang paling menyedihkan di dunia ini, aku tidak bisa melakukan apapun, aku memang pecundang, aku orang kalah, aku orang paling jelek sedunia", dst.
    (mengasihani diri sendiri)

  • "Seandainya saja aku tidak dilahirkan di dunia ini", "Aku benci diriku sendiri", dst.
    (membenci diri sendiri)

  • "Seandainya saja saya bisa seperti si A", "Wow, si B bisa segala macam, sedangkan aku?", dst.
    (membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain)

  • "Ah, dia bisa begitu paling juga karena menyuap, kalau saya punya uang banyak saya juga bisa seperti dia", dst.
    (iri kepada orang lain)

Apakah kalimat-kalimat itu akrab di telinga Anda? Apakah begitu membacanya Anda merasa menemukan teman senasib sepenanggungan? Well.. you’re not alone. Banyak orang sedang bergumul dengan masalah keminderan ini. Dalam Alkitab pun terdapat beberapa contoh orang yang minder dan saya akan membahas satu tokoh saja, yaitu Musa.

Musa adalah seorang Israel yang dihanyutkan ke sungai karena saat itu ada perintah untuk membunuh anak-anak laki-laki dari Bangsa Israel (Keluaran 1:22). Lalu kemudian Musa ditemukan oleh putri Firaun dan diangkat sebagai anaknya (Keluaran 2:5-10).

Lalu kemudian setelah Musa besar, ia melihat bangsanya ditindas oleh orang Mesir dan lalu ia membunuh orang Mesir tersebut (Keluaran 2:11-12). Karena ketakutan Musa kemudian melarikan diri dan kemudian menjadi gembala kambing dan domba di Midian (Keluaran 2:15, 3:1).

Ketika kemudian bangsa Israel terus-menerus ditindas dan Allah merasa kasihan dengan penderitaan mereka, Tuhan teringat akan Musa dan Tuhan ingin memakai Musa untuk memimpin Bangsa Israel keluar dari penderitaan di Mesir (Keluaran 2:23-25, 3:10).

Namun apa jawaban Musa? Menarik sekali, jawaban Musa adalah ini:

"Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa Bangsa Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11).

Lalu Tuhan memberikan kata-kata peneguhan pada Musa bahwa Tuhan akan menyertainya selalu dan bahkan sudah memberikan gambaran akan apa yang dihadapi Musa dan bangsa Israel (Keluaran 3:12-22). Namun Musa masih tetap bertanya:

"Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu? (Keluaran 4:1).

Tuhan tetap menguatkan Musa dan memberikan tanda mujizat pada Musa yaitu tongkat yang ada pada Musa dapat berubah menjadi ular dan dapat kembali menjadi tongkat, dapat membuat tangannya putih seperti kena kusta dan juga dapat kembali seperti semula, bahkan dapat mengubah air dari Sungai Nil menjadi darah (Keluaran 4:2-9).

Apakah setelah diberikan tanda mujizat, Musa menjadi yakin dan mau melakukan tugasnya? Oh, sayangnya tidak. Dia masih terus bertanya:

"Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah" (Keluaran 4:10).

Tuhan masih menjawab Musa bahwa Ia akan menyertai Musa dan memberitahukan hal-hal yang harus Musa katakan (Keluaran 4:11-12)

Apakah kisah ini berakhir sampai di situ? Ternyata tidak! Musa masih menjawab:

"Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus" (Keluaran 4:13).

Dengan kata lain, Musa menolak tugas tersebut. Karena apa? Karena ia merasa tidak mampu, merasa tidak sanggup, merasa minder. Perhatikan reaksi Tuhan dalam Keluaran 4:14: Tuhan murka.

Tetapi Tuhan masih tetap sabar dan memberi Musa bantuan berupa Harun, saudara Musa untuk membantu Musa berbicara kepada Bangsa Israel (Keluaran 4:14-16). Pada akhirnya Musa bisa membawa Bangsa Israel keluar dari Mesir (Keluaran 14:15-31).

Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari Musa:

1. Kejatuhan Musa dari anak angkat putri Firaun menjadi seorang gembala membuat Musa minder. Ya, peristiwa kegagalan seseorang dapat mengubah orang yang percaya diri menjadi minder. Hal ini berkaitan erat dengan cara pandang/pola pikir terhadap masalah. Apakah sesuatu yang buruk menjadi gembala? Tentu tidak! Memiliki cara pandang/pola pikir yang benar ini sangat penting bagi hidup kita.

Selain cara pandang/pola pikir terhadap masalah, kita juga perlu dapat melihat melampaui apa yang terlihat dan apa yang nyata saat itu (memiliki iman). Mengenai cara pandang/pola pikir terhadap masalah dan iman telah saya bahas dalam "Cinta = Luka?" walaupun dalam konteks permasalahan cinta namun dapat dibuat secara general untuk permasalahan apapun.

2. Dari semua perkataan Musa, coba hitung berapa banyak dia mengucapkan kata Aku? Dari 4 kalimat ada sedikitnya 6 kata "aku" yang terlontar. Maksud saya di sini bukan untuk menguji apakah Anda dapat menghitung kata "aku" atau tidak?

Sama sekali saya tidak sedang berniat main tebak-tebakan dengan Anda. Maksud saya adalah begitu banyaknya kata "aku" yang dikeluarkan Musa menunjukkan keminderan dari Musa justru merupakan suatu bentuk cinta yang berlebihan pada diri sendiri. Cinta berlebihan pada diri sendiri menunjukkan kesombongan.

Menarik bukan? Sementara banyak orang mengatakan minder merupakan lawan dari sombong, tetapi sesungguhnya minder dan sombong memiliki suatu dimensi yang sama: keakuan, merasa diri yang paling penting walau diungkapkan dengan cara yang berbeda. Minder melihat keakuan dalam cara ekstrim kiri, sedangkan sombong melihat keakuan dalam cara ekstrim kanan.

Sumber dari keakuan adalah ego. Semakin tinggi ego seseorang maka semakin besar kemungkinan keakuannya semakin tinggi, entah akan jatuh pada minder atau sombong. Akibat dari keakuan yang semakin tinggi adalah sikap egois: mementingkan diri sendiri dan merasa orang lain kurang penting atau bahkan sama sekali tidak penting.

Lalu bagaimana untuk mengatasi keegoisan?

Kolose 3:10: dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Kunci pertama untuk mengatasi keegoisan adalah mau diperbaharui oleh Tuhan.

Selain itu dalam Filipi 2:3b-4: Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Kunci kedua untuk mengatasi keegoisan adalah menempatkan orang lain sebagai yang lebih penting.

3. Musa merasa tidak pandai bicara. Hal ini menunjukkan Musa hanya berfokus pada kelemahannya saja. Ia tidak menghiraukan kelebihan yang ada pada dirinya. Dengan kata lain suka untuk melihat sisi negatif.

Pernah melihat orang yang senang mengritik? Sukanya hanya melihat sisi negatif saja? Tidak pernah puas baik dengan hasil kerja diri sendiri maupun orang lain walaupun yang dikerjakannya sudah sangat baik? Ya itu ciri-ciri orang yang minder.

Lalu bagaimana mengatasi hal ini? Tuhan mengatakan pada Musa untuk melihat apa yang ada dalam tangannya (Keluaran 4:2). Ya, Tuhan menginginkan kita semua, saya dan Anda untuk berfokus bukan hanya pada hal-hal yang tidak kita miliki, tapi justru berfokus pada hal-hal yang kita miliki.

Bukan hanya berfokus pada kelemahan-kelemahan kita, tetapi justru berfokus pada kelebihan-kelebihan kita. Bukan berarti kita harus mengabaikan kelemahan-kelemahan kita, tetapi kita perlu memberi porsi yang bijaksana dalam memandang kelemahan dan kelebihan kita.

Dalam buku "How Full is Your Bucket?" yang ditulis oleh Tom Rath dan Donald O. Clifton Ph.D dijelaskan mengenai penelitian selama lebih dari 30 tahun terhadap 839 orang pasien di Klinik Mayo. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan orang yang optimis memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami kematian dini.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa selain memperpanjang usia, emosi positif dapat menyembuhkan rasa sakit, trauma, dan dalam waktu yang lebih cepat. Lihat efek kenegatifan? Jadi jangan menjadi orang yang minder bila ingin umur panjang!

4. Musa membuat Tuhan yang begitu sabar menjadi murka. Ya, minder dapat membuat Tuhan jadi murka. Hal yang membuat Tuhan menjadi murka adalah dosa. Jadi, minder = dosa.

Mengapa demikian? Karena Allah telah menciptakan manusia segambar dengan diri-Nya (Kejadian 1:27). Kalau manusia menjadi minder, ini adalah akibat dari dosa.

Ingat kasus Adam dan Hawa yang menyembunyikan diri (karena malu, tidak percaya diri, minder) dari Allah setelah makan buah dari pohon pengetahuan (akibat berdosa)? (Kejadian 3:8).

Merasa masih minder? Mungkin masih ada dosa yang belum Anda akui atau Anda belum mengampuni orang lain? Coba bawa hal itu di hadapan Allah dan minta Roh Kudus menerangi hati dan pikiran Anda sehingga bisa menyingkapkan hal tersebut.

5. Musa pada akhirnya bisa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir melewati Laut Merah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Orang yang begitu minder seperti Musa, bisa membawa suatu bangsa yang besar keluar dari Mesir dengan menyeberangi Laut Merah.

Ini terjadi karena dua hal: pertama Musa mau percaya dan taat pada Tuhan walaupun pada awalnya minder dan kedua karena Musa mau melangkah/bertindak walaupun ia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Dua hal ini merupakan kunci utama untuk mengatasi keminderan dan keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

Jadi masih minder?

Ingat, bersama Tuhan kita sanggup melakukan segala perkara!
Mari buang jauh-jauh keminderan kita!
Amin.

Sumber disunting dari: Everyday is a New Beginning
(Tanggal akses: 26 Mei 2012)