Menyelamatkan Pernikahan Kristen dari Perceraian: Sepuluh Hal yang Harus Anda Ketahui

Edisi C3I: edisi 345 - Menyelamatkan Pernikahan Kristen dari Perceraian

Ini menyedihkan, tetapi nyata. Kita semua telah dipengaruhi oleh perceraian, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir-akhir ini, ada sebuah pernyataan, "Meskipun mungkin mengkhawatirkan untuk mendapati bahwa orang Kristen yang telah lahir baru lebih cenderung mengalami perceraian daripada orang lain, namun pola ini sudah ada sejak beberapa waktu. Yang lebih mengganggu lagi, mungkin, adalah ketika orang-orang tersebut mengalami perceraian, banyak dari mereka merasa bahwa komunitas orang percaya yang mereka miliki cenderung lebih memberikan penolakan daripada dukungan dan penyembuhan. Akan tetapi, penelitian juga memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan efektivitas pelayanan gereja terhadap keluarga. Tanggung jawab utama sebuah pernikahan adalah milik suami dan istri, tetapi tingginya kasus perceraian dalam komunitas Kristen memunculkan gagasan supaya gereja memberikan dukungan yang benar-benar praktis dan mengubah hidup kepada pernikahan."

Ingatlah sikap Allah tentang perceraian "Aku membenci perceraian" (Maleakhi 2:16). Saya berdoa agar tak seorang pun dari kita menganggap perceraian sebagai sifat sembrono atau tak acuh. Meskipun ada beberapa konsep atau prinsip penting yang dapat membantu mencegah pernikahan Kristen memasuki sidang pengadilan perceraian, di bawah ini adalah 10 prinsip yang saya percaya sangat bermanfaat:

  1. Buatlah komitmen yang tulus untuk hidup bagi Yesus Kristus. Dengan memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus, setidaknya ada tiga kesempatan penting yang langsung tersedia bagi Anda. Kesempatan itu antara lain:

    • Hubungan pribadi dengan Yesus Kristus memberi Anda pengertian mendasar tentang apa yang benar dan yang salah.

    • Hubungan pribadi dengan Yesus Kristus memberi Anda penghiburan pada waktu berduka atau ketika Anda merasa sedih.

    • Hubungan pribadi dengan Yesus Kristus dapat menolong mengarahkan hidup Anda yang berada di sudut dan membimbing Anda melewati sisi-sisi yang gelap.

  2. Komitmen pada pernikahan yang berpusat pada Kristus. Pernikahan yang berpusat pada Kristus paling tidak memperlihatkan tiga perilaku:

    • Pernikahan yang berpusat pada Kristus membuktikan kesabaran pada masa-masa stres dan penuh tantangan.

    • Pernikahan yang berpusat pada Kristus berjalan dengan hati yang penuh pengampunan, dan masing-masing pihak dapat melakukan sesuatu bagi pasangannya, yang hanya bermanfaat bagi pasangan itu saja.

    • Pernikahan yang berpusat pada Kristus itu tidak cepat marah dan memberi respons terhadap emosi tanpa keinginan untuk membalas dendam.

  3. Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada". Pernikahan Kristen yang berusaha keras untuk mencegah perceraian memiliki hati Daniel dan setidaknya menunjukkan 3 perilaku:

    • Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada" dengan menyatakan bahwa mereka bersedia melakukan apa saja untuk mencegah terjadinya perceraian.

    • Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada" dan, seperti Daniel, menunjukkan keberanian dalam menghadapi kesulitan dan perselisihan pernikahan.

    • Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada" seperti Daniel, dengan bertekun dalam "kondisi dan respons hati yang benar" -- ketika diuji untuk membuat keputusan yang mudah, tetapi salah tentang pernikahan, daripada keputusan yang sulit, tetapi benar.

  4. Pernikahan Kristen membuang kata 'perceraian' dari kamus mereka. Pernikahan Kristen yang berjuang keras untuk mencegah perceraian memahami bahwa menggunakan kata 'cerai' dalam pernikahan dapat mendorong mereka menuju pengadilan perceraian, paling tidak dengan 3 cara:

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa "Hidup dan mati dikuasai lidah" (Amsal 10:18-21 dan Yakobus 3:6).

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa selama Anda membicarakan tentang perceraian, maka perceraian akan menjadi sebuah pilihan.

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa ketika perbedaan pendapat meningkat, kita cenderung berada pada jalur yang lebih sedikit melawan. Itulah sebabnya, jika kita memikirkan tentang perceraian atau menyebut-nyebutnya, perceraian hanya akan mendapatkan sedikit perlawanan dari kita.

  5. Pernikahan Kristen yang tidak bercerai mengerti bahwa pasangan mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan mereka. Pernikahan yang berpusat pada Kristus, yang menjauh dari perceraian, mengerti bahwa hanya Allah saja Pemenuh utama kebutuhan mereka, dalam 3 cara:

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa Allah yang memberi kita perlindungan dan tujuan dalam hidup.

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa Allah memenuhi kebutuhan fisik Anda dan memuaskan rasa lapar Anda akan kasih.

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa meskipun perkembangan masa kanak-kanak mereka mungkin tidak terpenuhi (nyata atau tidak nyata), mereka tidak boleh mengharapkan pasangan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi itu.

  6. Pernikahan Kristen yang tidak bercerai berjalan dengan hati yang mau mengampuni. Pernikahan ini menunjukkan pengampunan, setidaknya dengan 3 cara:

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa pengampunan dimulai sebagai pilihan hati dan tindakan dari kehendak bebas.

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa berjalan dalam pengampunan merupakan proses sehari-hari.

    • Pernikahan Kristen berjalan dalam pengampunan dan menjauh dari perselisihan dengan tidak menyerang kepribadian pasangan atau melukai mereka.

  7. Pernikahan Kristen yang tidak ingin bercerai tentu berhati-hati sehingga tidak melakukan penyerangan pribadi terhadap pasangan, dan mereka mengerti bahwa:

    • Pernikahan Kristen mengerti pentingnya penggunaan hikmat ketika menegur pasangan mereka, khususnya pada masa-masa frustrasi.

    • Pernikahan Kristen mengerti bahwa menyerang pasangan hanya akan "meninggikan situasi".

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa menggunakan kata-kata kasar atau melebih-lebihkan situasi hanya akan menurunkan kesempatan untuk menyelesaikan konflik.

  8. Pernikahan Kristen yang mencegah terjadinya perceraian dalam pernikahan mereka mengerti bahwa pasangan mereka adalah penolong mereka, bukan musuh mereka. Dengan demikian,

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa ketika mereka berbicara kasar tentang pasangan mereka, pasangan mereka menjadi musuh mereka.

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa pernikahan bisa menjadi sesuatu yang paling dekat dengan surga (penolong) atau sesuatu yang paling dekat dengan neraka (musuh).

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa memiliki harapan yang salah terhadap pasangan mereka, dapat mendorong pasangan mereka untuk menjadi musuh ketika harapan-harapan mereka tidak terpenuhi.

  9. Pernikahan Kristen yang tidak bercerai memahami kuasa pujian dan doa, khususnya doa syafaat bagi pasangan mereka. Mereka mengerti bahwa definisi doa syafaat dapat dikatakan sebagai berikut:

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah bersyafaat bagi kita.

    • Pernikahan Kristen memahami pentingnya mendoakan pasangan mereka (bersyafaat).

    • Pernikahan Kristen memahami pentingnya menjadi mediator antara Allah dan pasangan mereka (bersyafaat).

  10. Pernikahan Kristen yang menghindar dari perceraian memahami bahwa nasihat sangat berguna, khususnya ketika konflik atau pendirian begitu menantang. Itulah sebabnya:

    • Pernikahan Kristen akan bersedia menolong orang lain dengan sukarela (Galatia 2:1-2).

    • Pernikahan Kristen akan mencari bantuan dari para ahli atau orang-orang yang memiliki kepemimpinan (Galatia 2:2-9).

    • Pernikahan Kristen memahami bahwa semua kebenaran adalah milik Allah (Yohanes 14:6). (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Healthy Living Seminars Family Life Blog
Alamat URL : http://healthylivingseminars.wordpress.com/
Judul asli artikel : Saving a Christian Marriage from Divorce: Ten things you should know
Penulis : Dr. Tracy Scott
Tanggal akses : 18 Juni 2013