Tanda-Tanda Penerimaan Diri

Pertama dan terpenting, penerimaan diri menyiratkan sukacita kepuasan dalam menjadi siapa saya. Benar-benar berhenti untuk menjadi siapa saya hanyalah jenis penerimaan "untuk lebih baik atau buruk". Hal ini dapat mengecewakan. Jika saya mau menjadi orang yang bahagia, saya harus belajar untuk menjadi bahagia dengan siapa diri saya.

Akan tetapi, ini bukanlah masalah yang sederhana. Anda lihat, kita semua memiliki tingkat pikiran "tak sadar". Ini adalah tempat persembunyian atau tempat pemakaman mental untuk hal-hal yang kita tidak suka hadapi atau hidupi. Kebenaran yang disayangkan adalah bahwa kita tidak mengubur mati hal-hal yang mengganggu itu, tetapi membiarkannya tetap hidup. Hal-hal itu terus memengaruhi kita, tetapi kita tidak menyadari kehadiran maupun pengaruh hal-hal tersebut terhadap semua pikiran, kata-kata, dan tindakan kita.

Dengan demikian, hal ini bukanlah hal yang mudah untuk mengajukan pertanyaan "Apakah saya benar-benar menerima diri sendiri?, Apakah saya menikmati menjadi siapa saya?, Apakah saya menemukan makna dan kepuasan dalam menjadi siapa saya?", terhadap diri saya sendiri. Jawaban yang diberikan dengan mudah dan cepat tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Namun, ada tanda-tanda yang dapat diandalkan, tentang kebenarannya. Tanda-tanda dari penerimaan diri ini akan menjadi jelas dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya akan menuliskan sepuluh tanda yang saya pikir sangat jelas pada mereka yang benar-benar dan dengan sukacita menerima diri sebagaimana adanya.

  1. Orang-orang yang menerima diri adalah orang-orang yang bahagia. Anehnya, tanda pertama penerimaan diri yang sejati adalah kebahagiaan itu sendiri. Kedengarannya seperti lingkaran setan, bukan? Namun, orang yang benar-benar menikmati menjadi diri mereka sendiri selalu memiliki teman-teman yang baik. Mereka bersama-sama dengan seseorang yang mereka sukai selama 24 jam sehari. Di hari yang baik dan buruk, orang yang akrab dan menyenangkan itu selalu ada. Tidak banyak yang dapat membuat mereka tidak bahagia. Jika ada orang lain yang mencela atau tidak menunjukkan kasih, orang-orang yang benar-benar mengasihi diri mereka sendiri ini akan benar-benar percaya bahwa telah terjadi masalah komunikasi. Atau jika bukan, mereka akan menganggap bahwa orang yang mencela atau tidak mengasihi itu memiliki masalah pribadi. Mereka akan merasa kasihan, bukan merasa marah pada orang itu.

  2. Orang-orang yang menerima diri mudah bergaul dengan orang lain. Semakin kita menerima diri kita sebagaimana adanya, semakin kita menganggap bahwa orang lain akan menyukai diri kita juga. Jadi mengantisipasi penerimaan mereka, kita juga akan menyukai keberadaan orang lain. Kita akan berjalan ke sebuah ruangan penuh orang asing dengan percaya diri dan memperkenalkan diri kepada mereka. Kita akan menganggap diri kita sebagai karunia yang dapat dibagikan dengan cara memperkenalkan diri, dan kita juga akan menganggap orang lain sebagai karunia yang harus diterima, dengan lembut dan penuh syukur. Namun, jika kita benar-benar mengasihi diri kita sendiri, kita juga akan menikmati saat-saat kesendirian. Apa yang dikatakan tentang orang-orang yang menerima dirinya dengan sukacita memang benar, bagi mereka ini, kesendirian adalah waktu hening yang damai. Bagi mereka yang tidak menerima diri mereka sendiri, kesendirian dapat berarti kesepian yang menyakitkan. Orang-orang yang kesepian mengalami kekosongan, dan mereka terus mencari pengalih perhatian -- koran, secangkir kopi, suara radio yang keras.

  3. Orang-orang yang menerima diri selalu terbuka untuk dicintai dan dipuji. Jika saya benar-benar menerima dan menikmati menjadi diri sendiri, saya akan memahami ketika orang lain juga mengasihi saya. Saya akan dapat menerima kasih dari orang lain dengan ramah dan penuh terima kasih. Saya tidak perlu bergulat dengan penyesalan tak terucapkan: "Jika Anda benar-benar mengenal saya, Anda tidak akan mengasihi saya." Saya juga akan dapat menangkap, mendalami komentar dan pujian yang menyenangkan. Saya akan nyaman dengan pujian tersebut. Saya tidak perlu terus-menerus curiga terhadap motif pemberi pujian: "Oke, apa maksud Anda?" "Apa yang Anda inginkan?" Saya tidak perlu mengeluh sedih dalam hati, "Oh, Anda tidak mungkin serius."

  4. Orang-orang yang menerima diri dimampukan untuk menjadi diri mereka "yang sesungguhnya". Sampai saya benar-benar dan dengan sukacita menerima diri seperti saya, saya akan mendapati diri saya sebuah keaslian yang dapat muncul hanya dari penerimaan diri yang sejati. Dengan kata lain, saya harus menerima diri sebelum bisa menjadi diri sendiri. Saya akan menjadi saya yang asli. Ketika perasaan saya terluka, saya akan dapat mengatakan "Aduh!" yang kedengaran. Ketika saya mengasihi dan mengagumi orang lain, saya akan jujur dan terbuka menyatakan kasih dan kekaguman saya pada orang itu. Saya tidak akan tersiksa oleh kemungkinan kesalahpahaman atau salah tafsir. Saya tidak akan khawatir tentang apakah perasaan saya sama dengan yang lain atau tidak. Singkatnya, saya akan bebas untuk menjadi diri saya. Keaslian Ini berarti bahwa saya tidak perlu membawa serta, semacam tas dan bagasi hidup, satu set topeng. Saya akan menghadapi kenyataan apa adanya: Saya tidak harus menyenangkan Anda, tetapi saya harus menjadi diri saya. Apa yang Anda lihat adalah apa yang Anda dapatkan. Ini adalah saya, satu-satunya saya, asli diciptakan oleh Allah. Tidak ada jiplakannya. Sebagian besar dari kita telah memakai topeng atau bermain peran begitu lama sehingga kita tidak tahu di mana topeng-peran berakhir dan saya yang asli dimulai. Akan tetapi, kita punya insting tentang keaslian. Kita memiliki rasa kejujuran yang melegakan ketika kita menjadi diri kita yang sebenarnya.

  5. Orang-orang yang menerima diri, menerima diri mereka sebagaimana adanya sekarang. Saya yang kemarin adalah sejarah. Saya yang besok tidak diketahui. Terlepas dari masa lalu saya dan tidak hidup dalam antisipasi masa depan tidaklah sederhana atau mudah. Akan tetapi, hanya penerimaan diri yang sejati harus fokus pada siapa diri saya saat ini. Sebuah pepatah kuno mengatakannya demikian, "Anda yang dahulu tidaklah penting jika Anda yang sekarang benar-benar Anda yang sekarang."

    Saya yang dahulu, termasuk semua kesalahan yang saya telah perbuat, benar-benar tidak penting. Yang penting adalah siapa saya sekarang. Penerimaan diri terhadap aku saat ini adalah juga tidak diisi dengan antisipasi saya, saya yang akan menjadi. Jika saya mengasihi atau mengizinkan yang lain untuk mengasihi hanya potensi saya, maka kasih ini tidak berguna, jika tidak merusak. Kasih ini tidak bersyarat, yang merupakan kualitas penting dari semua kasih sejati. Itu hanya berkata, "Saya akan mengasihimu jika kamu akan menjadi ...." Sebagaimana yang pernah dikatakan Charlie Brown, "Penderitaan terbesar dalam hidup adalah memiliki potensi yang besar."

  6. Orang-orang yang menerima diri dapat menertawakan diri sendiri, sering dan mudah. Menganggap diri sendiri terlalu serius merupakan sebuah tanda ketidakamanan yang hampir pasti. Sebuah pepatah Cina kuno berkata, "Berbahagialah mereka yang dapat menertawakan diri sendiri. Mereka tidak akan pernah berhenti dihibur." Mampu mengakui dan menertawakan kerapuhan dan kebodohan diri sendiri membutuhkan keamanan batin yang lahir hanya dari penerimaan diri. Hanya ketika saya mengetahui bahwa saya pada dasarnya baik maka saya dapat mengakui bahwa saya juga terbatas. Saya bahkan bisa tertawa ketika keterbatasan ini naik ke permukaan kehidupan dan dilihat oleh orang lain. "Saya tidak pernah menjanjikan Anda sebuah taman mawar, kan?"

  7. Orang-orang yang menerima diri memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengurus kebutuhan mereka sendiri. Pertama-tama, orang-orang yang menerima diri bersentuhan dengan kebutuhan mereka sendiri -- fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dan kedua, memang benar bahwa kemurahan hati dalam konteks ini dimulai dari dalam. Jika saya tidak mengasihi diri sendiri, saya pasti tidak bisa mengasihi orang lain. Mencoba untuk mengabaikan kebutuhan sendiri adalah program bunuh diri. Saya harus mengasihi sesama seperti diri sendiri. Namun, tidak dapat disangkal bahwa jika saya benar-benar mengasihi diri sendiri, saya akan dimampukan untuk mengasihi sesama, secara spontan, dan alami. Orang-orang yang menerima diri berusaha untuk menjalani kehidupan yang seimbang sehingga kebutuhan mereka terpenuhi. Mereka umumnya cukup istirahat, relaksasi, olahraga, dan makanan. Mereka menahan diri dari semua ekses dan kebiasaan yang merusak diri sendiri seperti makan berlebihan, merokok, mabuk-mabukan, dan penggunaan obat. Juga, mereka mampu untuk menimbang kebutuhan mereka sendiri yang seimbang dengan kebutuhan, permintaan, dan tuntutan orang lain. Mereka memperhatikan kebutuhan orang lain, yang mereka sering bantu dengan belas kasih. Namun, mereka juga bisa mengatakan tidak kepada orang lain tanpa menyisakan perasaan penyesalan atau rasa bersalah. Mereka tahu keterbatasan dan kebutuhan mereka sendiri.

  8. Orang-orang yang menerima diri adalah orang-orang yang menentukan diri sendiri. Mereka mengambil isyarat dari dalam diri mereka sendiri, bukan dari orang lain. Jika saya benar-benar dan dengan sukacita menerima diri saya, saya akan melakukan apa yang saya anggap benar dan telah sesuai, bukan apa yang mungkin orang lain pikirkan atau katakan. Penerimaan diri relatif kebal terhadap psikologi massa atau semangat orang banyak. Penerimaan diri tidak takut untuk berenang melawan arus jika diperlukan. Sebagaimana yang dikatakan Fritz Perls, "Saya tidak datang ke dunia ini untuk hidup sesuai dengan harapan Anda. Dan Anda tidak datang ke dunia untuk hidup menuruti harapan saya."

  9. Orang-orang yang menerima diri berada dalam kontak yang baik dengan realitas. Jenis kontak dengan realitas kadang-kadang lebih mudah dijelaskan dengan menggambarkan kebalikannya. Ini mencegah saya untuk melamun atau membayangkan diri dalam kehidupan lain sebagai orang lain. Saya berurusan dengan diri saya sebagai saya yang sebenarnya, dengan orang lain sebagaimana adanya. Saya tidak membuang energi dengan sia-sia, menyesali bahwa kita bukan sebaliknya. Saya menikmati dan melibatkan diri dengan kehidupan sebagaimana adanya. Saya tidak berkeliaran secara mental ke dalam sesuatu yang "mungkin" telah terjadi.

  10. Orang-orang yang menerima diri adalah orang-orang yang tegas. Tanda terakhir penerimaan diri adalah apa yang disebut ketegasan. Sebagai orang yang menerima diri, saya menuntut hak saya untuk dianggap serius, hak untuk memikirkan pikiran-pikiran saya sendiri dan untuk membuat pilihan sendiri. Saya memasuki semua hubungan hanya sebagai kesetaraan. Saya tidak akan menjadi orang tertindas kompulsif atau pembantu kompulsif yang tak berdaya. Saya juga akan menuntut hak saya untuk menjadi salah. Banyak dari kita mundur dari ketegasan yang benar dengan alasan bahwa kita mungkin salah. Kita mengubur pendapat kita, menolak untuk memberi tahu pilihan-pilihan kita. Sukacita penerimaan diri menantang kita untuk menjadi tegas -- untuk menghargai diri sendiri, untuk mengekspresikan diri secara terbuka dan jujur. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:

Judul buku : Happiness is An Inside Job
Judul asli artikel : The Signs of Self-acceptance
Penulis : John Powell, S.J.
Penerbit : Tabor Publishing, Valencia 1989
Halaman : 10 -- 14