Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Pria Tengah Baya

Pada mulanya sebagian besar pasangan muda merintis perkawinan mereka sebagai pasangan yang serba terbatas, yang menatap masa depan dengan penuh harapan. Namun, ketika mereka sudah hidup berkecukupan ternyata kebahagiaan yang telah diperoleh dengan susah payah itu dikacaukan oleh orang ketiga. Mengapa hal ini sering terjadi pada setiap pasangan suami istri (pasutri) yang bertahun-tahun sebelumnya hidup bersama dalam hubungan yang harmonis?

Persoalan ini ternyata bukan hanya terjadi di negara-negara yang sedang berkembang saja, melainkan juga terjadi di negara-negara maju, bahkan menjadi masalah internasional.

Usia Krisis Pria

Beberapa riset menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen pria mengalami masa transisi (peralihan) tengah baya. Menurut Daniel Levinson dari Yale University, yang menghabiskan satu dasawarsa untuk mengikuti 40 pria dengan cermat, menyimpulkan bahwa perkembangan paling berbahaya adalah sekitar usia 40 tahun dan hal itu berlangsung sekitar lima tahun. Ada yang mengalaminya pada usia lebih tua atau lebih muda dan ada yang mengalaminya dalam masa yang lebih lama.

Pria berusia 40-an telah merasa adanya perubahan pada tubuhnya. Ia telah mencapai puncak dalam berkarier dan merasa bahwa ia sudah berganti generasi. Ia dapat melakukan sesuatu untuk memelihara kesegaran tubuh dan penampilannya, tetapi ia tak mampu menghentikan proses menjadi tua.

Harga diri pria sangat tergantung pada karya dan kemampuannya untuk terus maju dan berkreasi. Pada usia 40-an ia tahu bahwa ia mudah mencapai kariernya atau justru tidak memiliki banyak waktu lagi untuk mencapai puncak karier yang diinginkannya. Ia juga mulai menyadari bahwa tak lama lagi akan menjadi kakek-kakek yang sangat tergantung pada anak-anaknya. Sekarang, ia mulai memikirkan makna tentang apa yang telah dilakukan selama ini.

Perkawinan mungkin merupakan sumber kerisauan yang paling besar. Selama ini ia sibuk mengejar karier sementara istrinya sibuk mengurus anak-anak. Ia berpikir mungkin hubungan mereka selama ini tidak pernah berkembang, dan oleh sebab itu menjemukan perkawinan mereka.

Ada tipe pria tengah baya yang gemar berada di antara wanita lain hanya untuk membuktikan pada sang istri bahwa dirinya bukan semata-mata milik istrinya. Makin banyak ditentang oleh istrinya, akan semakin kuat usaha suami untuk "melepaskan" diri. Salah satu bentuk pemberontakannya adalah dengan sengaja menjalin "affair" (selingkuh) dengan wanita lain. Bila istri tahu sang suaminya ada affair, ia merasa tersinggung, bingung, marah atau mengasihi diri sendiri.

Dalam keadaan panik seperti ini, ia bisa berbuat sesuatu yang disesali seumur hidupnya. Misalnya ia berulah dengan cara langsung meninggalkan rumah dan anak-anaknya. Nah, dalam kondisi semacam itu sebaiknya sang istri berpikir dengan realistis dan sabar. Rita R. Rogers, profesor psikiatri dari Universitas Kalifornia, Los Angeles, menyarankan bahwa hal penting yang harus dilakukan ialah dengan mulai mawas diri. Jangan langsung bertindak. "Nilailah apa artinya semua itu, baik bagi si suami maupun bagi sang istri sendiri."

Richard Fisch, dari Stamford University Medical School, menyarankan untuk mengambil keputusan dasar. Apakah perbuatan affair suaminya itu demikian fundamental, sehingga pernikahan tidak dapat diselamatkan lagi? Dan demi mempertahankan keutuhan perkawinan itu sendiri, istri jangan coba-coba memaksa suami untuk mengaku dengan cara menjebaknya. Dr. Fish menyarankan agar menunggu sampai keterkejutan pertama lewat sebelum mulai berbicara. Dan, ini harus dilakukan dengan penuh kehalusan bukannya pembalasan atau pembuktian bahwa istri terluka, merasa dikhianati atau merasa ditelantarkan.

Banyak pria yang terjebak affair tetapi dapat kembali berubah dan pernikahannya menjadi lebih kokoh daripada sebelumnya. Para istri yang mungkin heran bahwa sebenarnya affair itu sering terjadi bukan karena suami mencari kepuasan seks di luar. Pria mungkin membutuhkan perhatian yang tidak diperoleh dari istri. Dengan kenyataan ini, baik dalam tindakan pencegahan maupun pemecahannya, istri harus bersedia mengerti suami agar dia dengan leluasa mencurahkan isi hatinYa mungkin mengenai pekerjaan atau keinginan, dan hal lainnya.

Bisa Lebih Rumit

Wanita yang disakiti perasaannya oleh sang suami yang terlibat affair dengan wanita lain memerlukan cara untuk melampiaskan emosinya. Namun, pelampiasan itu sering menciptakan kesulitan baru yang semakin rumi karena hal itu bisa mengakibatkan rumah tangga menjadi barantakan karena keduanya mengabaikan rumah tangga mereka, atau menceritakan terlalu banyak hal-hal pribadi sang suami dan merusak nama baik suami. Satu hal yang harus diputuskan ialah apakah istri bisa memaafkan atau tidak atas perbuatan yang dilakukan suaminya. Bila tidak mau memaafkan dan mengampuninya, maka masalahnya semakin rumit.

Dalam beberapa hal, mungkin sang suami ingin menguji apakah istrinya masih memperhatikannya sehingga masalah yang menjadi akar kerumitan itu masih dapat dibuang dengan perlahan-lahan tetapi pasti. Dengan sikap sabar dan penuh pengertian dari pihak suami untuk menunggu ia sadar, justru suami akan pulih lebih cepat daripada yang diduga.

Bila suami sedang mengalami krisis tengah baya, hidup dengan anak-anak akan semakin rumit. Sebab, hubungan antara kedua orang tua yang kacau membuat anak-anak menderita. Anak kecil sering menyalahkan diri kalau ayahnya pergi. Mereka juga takut bila ibunya pun ikut meninggalkan mereka. Karena itu, mereka perlu diyakinkan bahwa hal demikian tidak akan terjadi.

Istri harus banyak memberikan perhatian kepada anak-anaknya, tetapi tak boleh memburuk-burukkan nama suami di depan anak-anak, agar mereka tetap menyayangi ayah mereka. Sebab, pada saat suami kembali setelah "bertobat" hidup akan lebih mudah karena anak-anak belum terlanjur membenci ayah mereka. Seberapa besar keberhasilan istri mengatasi situasi ini tergantung kematangan emosional mereka.

Hanya Sementara

Yang paling membesarkan hati bahwa masa krisis tengah baya pada pria ini hanya sementara. Dan hampir dapat dipastikan di kalangan Kristen, jika sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan hukum Allah, si suami tidak sampai melakukan penyelewengan seperti yang dilakukan oleh umum. Akan tetapi, banyak kaum ibu kurang mengetahui tentang hal ini sehingga mereka mengira bahwa hal itu berlangsung selamanya. Istri pun minta cerai

.

Menurut Dr. Levin, masa peralihan itu normal. Keinginan untuk mempersoalkan dan mengubah cara hidup merupakan bagian dari proses perjalanan hidup manusia. Pada masa seperti itu pria ingin kembali ke masa lampau. Ia ingin melihat kembali daerah yang penuh kenangan manis sebelum ia mulai dengan lembaran baru.

Kecuali itu, pada masa transisi itu pria menjadi pemarah dan mudah tersinggung. Ia marah karena bertambah tua, atau karena kondisi keuangan tidak seperti yang diharapkan, marah karena tidak dihargai anak-anaknya dan berbagai alasan. Bila kemarahannya ditekan, ia dipenuhi dengan pikiran negatif yang akhirnya membuat dia depresi.

Kemarahan, menurut Dr. Paul Warner, secara psikologis, fisik, dan emosional merupakan hal yang normal. Demikian pula godaan yang muncul karena perasaan. Istri dapat membantu bila ia membiarkan dirinya dimarahi selama masa itu berlangsung dan mendengarkannya dengan sabar dan penuh pengertian.

Salah satu hadiah cinta dan buah kasih terbesar dari seorang istri ialah memberi suami kebebasan untuk mencari kepribadiannya sendiri. Hadiah cinta yang dimaksud tidaklah berarti bahwa sang istri membiarkan suaminya berbuat amoral, tetapi istri memberi kesempatan kepada suami agar memilih jalan hidupnya dengan benar sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Pria tengah baya yang selama ini selalu memikirkan keluarga tiba-tiba ingin berbuat sesuatu yang besar untuk dirinya sendiri. Mereka mengalami obsesi untuk memiliki sesuatu yang hanya bagi dirinya sendiri.

Wanita memang harus menjalankan multi peran: sebagai istri, pengurus rumah tangga, pacar, ibu bagi anak-anak, tetapi dalam kondisi ini yang paling penting ialah sebagai teman bagi sang suami. Teman yang baik adalah selalu berupaya memberi semangat, mendengarkan, memberi stimulus, kesetiaan, memberi wawasan, dapat dihubungi setiap saat, pendamping, memperhatikan pekerjaannya, memiliki hobi yang sama, dan tahu caranya untuk diam bersama.

Istri memang tidak dapat membantu mencegah proses penuaan suaminya, tetapi ia dapat membantu menanggulangi masalah yang dihadapinya. Wanita cenderung memiliki kelebihan untuk membuktikan bahwa ia adalah teman sejati bagi suaminya, karena ia tahu kelemahannya dan tetap loyal serta penuh cinta kasih. Istri dapat menghargai suaminya apa adanya dalam keadaan apa pun, karena ia telah mendampingi suaminya selama masa berkembang dan tumbuh sampai ia mencapai usia tengah baya. (dedesuri)

(Sumber: You and Your Husband's Life Crisis, oleh Sally Conway)

Diambil dari:

Judul majalah : Kalam Hidup edisi Januari 1998
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1998
Halaman : 26 -- 29

Komentar