Bagian C: Penyakit Terminal: Penyakit Pembawa Kematian
Penyakit Terminal
(Penyakit Pembawa Kematian)
Latar Belakang
Orang yang anda layani mengidap penyakit sangat berat. Hidupnya terancam;
dia tak akan hidup terlalu lama. Kanker, tekanan darah tinggi, sakit
jantung, gangguan ginjal atau penyakit-penyakit gawat lainnya yang
menghancurkan fungsi badannya. Dia merasa sunyi. Siapa gerangan pernah
menderita seperti ini?
Secara berurutan walaupun tidak selalu berurutan, dia merasakan penolakan
("Hal ini tak mungkin menimpa diriku"), marah ("Mengapa harus aku,
Tuhan?"), depresi ("Tak ada harapan"), tawar-menawar ("Tuhan, keluarkan
aku dari situasi ini, aku akan melakukan apa yang Kau katakan"), dan
penerimaan ("Jadilah kehendak Allah"). Perasaan-perasaan ini tidak
terlupakan sesudah muncul dan teralami, tetapi akan terulang berkali-kali.
Perasaan-perasaan ini bukan hal yang tidak wajar, tetapi justru merupakan
ciri dari orang yang sedang dalam "lembah kekelaman".
Apa yang harus anda katakan pada orang sedemikian? Bagaimana tanggapan
anda? Untuk penderita, sakit gawatnya dianggapnya unik, hingga ada
kecenderungan untuk menolak pengertian orang lain yang tidak sungguh
mengerti keadaan sedemikian.
Info
Latar Belakang
Ayat Alkitab
Strategi Bimbingan
- Dengarkan! Dengan simpati, dengarkan perasaan-perasaan yang
dicurahkannya. Anjurkan dia untuk bicara. Mungkin anda perlu menggali
perasaan-perasaannya secara lembut. Sebagian ada di permukaan, sebagian
lagi terpendam cukup dalam.
- Jangan menghakimi perasaan-perasaan yang diceritakannya itu, walaupun
kadang-kadang itu diungkapkan dalam kemarahan, kasihan diri atau
kepahitan. Tunjukkan saja padanya, bahwa anda mendengarkan. Jangan
memberi kesan sok dengan mengatakan bahwa anda menyelami dalam-dalam
semua perasaannya. Tetapi, anda boleh menyatakan perhatian anda
kepadanya. Ini bisa diucapkan atau dikesankan melalui nada suara,
kelembutan anda dan kemampuan anda merasa dan melibatkan diri.
(Bandingkan dengan Ibr 13:3).
Waktu itu bukan saat untuk menyatakan pengalaman pedih anda sendiri;
pusat perhatian harus pada orang yang anda layani.
- Jangan optimis berlebihan, walaupun secara rohani. Hindarkan diri dari
ucapan-ucapan klise. Jangan menganjurkan dia untuk menjadi teladan
dalam penderitaannya.
Jangan menanamkan harapan semu tentang penyembuhan, atau menyatakan
bahwa semua penyakit berasal dari iblis dan asal ada iman dia dapat
sembuh. Allah bisa menyembuhkan, bisa juga tidak. Semua tergantung
kedaulatan-Nya. Satu hal yang pasti hanyalah bahwa Allah akan
menyembuhkan secara rohani, mereka yang menaruh imannya dalam Yesus
Kristus.
- Jangan mencegahnya, bila dia menyebut-nyebut soal kematian. Justru ini
merupakan tanda adanya pikiran sehat terhadap hal yang memang tak
terelakkan itu. Pembicaraan tentang kematian dapat membuka kesempatan
bagi anda, sebagai pembimbing, untuk menanyakan tentang hal-hal penting
yang belum dibereskan. Ini sebabnya kita bersaksi: membantunya
mempersiapkan diri terhadap kekekalan.
Anda bisa bertanya: "Jika anda malam ini meninggal dan di pintu surga
ditanyakan, 'Berdasarkan apa kau berusaha diijinkan masuk ke surga
Allah?' apa jawab anda?"
Jelaskan "Damai dengan Allah", 17750. Jika dia menerima, jelaskan
"Kepastian". Anda boleh juga menjelaskan bagian-bagian Firman Tuhan
lainnya seperti Mazmur 23:1-6; Yohanes 14:1-6 dan
1Tesalonika 4:13-18.
- Penyerahan diri kepada Kristus seharusnya mempersiapkan jalan bagi
masalah-masalah yang belum dibereskan, seperti hubungan (keluarga,
sahabat), keuangan (warisan, misalnya), pengurusan rinci proses
kematiannya, kematian, penguburan, dan lain sebagainya. Anjurkan dia
untuk mengurus semua hal tadi, sambil mencari bantuan penggembalaan
atau nasihat dari orang yang berkepentingan.
- Berdoalah baginya agar dia mendapat keberanian dan kekuatan dalam
penderitaannya, sambil menyerahkan dia kepada Dia yang telah menanggung
semua kepedihan dan kedukaan kita.
Latar Belakang
Strategi Bimbingan
Ayat Alkitab
Yohanes 14:1-6
Mazmur 23:1-6
1Tesalonika 4:13-18
Filipi 1:21