Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Retrospeksi

Alkitab menyaksikan bahwa career woman (istri dan ibu yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan) bukanlah suatu aib. Bahkan wanita-wanita ideal yang diceritakan dalam Alkitab (Amsal 31:10-31; II Raja-raja 4:8-37; Kisah Para Rasul 18:3) adalah wanita-wanita karier yang bekerja dengan motivasi dan tujuan yang benar sebagai "penolong yang sepadan" bagi suaminya. Maksudnya, mereka tidak bekerja untuk kesukaannya sendiri tetapi untuk kebahagiaan seluruh keluarganya. Tidak heran, jikalau hasil kerja mereka membuat suaminya duduk di pintu gerbang (menjadi orang yang dipanuti) dan anak-anaknya berbahagia (Amsal 31:23,28).

Meskipun demikian, Alkitab juga menyaksikan bahwa wanita sebagai istri dan ibu adalah homemaker (pencipta rumah tangga). Sesuai dengan naturnya sebagai wanita yang mengandung, melahirkan dan menyusui (natur yang tidak dimiliki pria), wanita secara khusus dipanggil untuk merawat dan menciptakan suasana yang conducive untuk pertumbuhan setiap pribadi yang ada di dalam keluarganya. Sebagai penolong yang sepadan, ia juga memikul tanggung jawab penuh untuk setiap kegiatan dalam rumah tangga tersebut. Dengan perannya sebagai istri, ia menciptakan "home" yang sesungguhnya di mana setiap individu dalam keluarga tersebut tahu "peran (role)" apa yang harus dijalankan. Dan dengan nalurinya sebagai ibu, ia menciptakan suasana di mana "kasih, kelembutan, kehangatan, rasa memiliki dan dimiliki, dan rasa aman" betul-betul dialami dalam konteks yang tepat. Coba bayangkan jikalau hal-hal yang sangat dasar ini tidak menjadi pengalaman pribadi dalam konteks "home/rumah tangga".

Dulu wanita tidak mengalami kesulitan berada di tengah peran ganda ini, tetapi sekarang khususnya di era globalisasi ini, peran ganda ini merupakan dilema dalam kehidupan banyak wanita.* Mereka seolah-olah harus memilih, dan pilihan apa pun (menjadi career woman atau homemaker), selalu dirasakan salah. Banyak wanita terus menerus menyimpan perasaan bersalah dengan memilih yang satu dan "mengabaikan" yang lainnya. Dan perasaan bersalah tersebut ternyata tidak hilang meskipun pilihan tersebut didukung suami dan anak-anaknya.

Career woman dan homemaker, kedua-duanya adalah bagian integral dari natur wanita. Wanita tidak dipanggil untuk memilih. Wanita dipanggil untuk hidup dengan kedua peran tersebut. Kematangan pribadi, fleksibilitas dan kebijaksanaan memang menjadi syarat mutlak untuk mereka yang ingin menjadi istri dan ibu yang baik. Tuhan kiranya memberkati hati wanita yang masih rela untuk dibentuk.

(*) Ada delapan pilihan yang tersedia bagi wanita, yaitu:

  1. menjadi traditional homemaker, di mana suami menghendaki istri tinggal di rumah, dan istri juga suka tinggal di rumah untuk domestic jobs;
  2. menjadi defiant homemaker, di mana suami ingin istri berkarier, tapi istri maunya tinggal di rumah;
  3. menjadi submissive homemaker, di mana istri terpaksa mengalah sama suami, walaupun istri sangat ingin berkarier, tapi ia rela tinggal di rumah;
  4. menjadi reluctant homemaker, di mana keduanya menginginkan istri bekerja, tapi kondisi tidak memungkinkan;
  5. menjadi defiant working wife, di mana suami mengalah karena istri berkeras mau berkarier;
  6. mejadi submissive working wife, di mana istri mengalah meskipun tidak suka, ia terpaksa bekerja karena kemauan suami;
  7. menjadi reluctant working wife, di mana keduanya ingin istri di rumah tapi kondisi memaksa ia untuk bekerja;
  8. menjadi contemporary working wife, di mana kedua-duanya bekerja dan itulah yang mereka kehendaki.
Sumber
Halaman: 
4
Judul Artikel: 
Parakaleo, Januari Maret 1996, Vol.III, No. 1
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRII
Kota: 
Jakarta
Editor: 
Dr. Paul Gunadi, Dr. Yakub B.Susabda
Tahun: 
1996

Komentar