Seks di tengah Kita

Edisi C3I: e-Konsel 70 - Seks dalam Kehidupan Kristen

Tuhan menciptakan manusia dilengkapi dengan berbagai kebutuhan dan keinginannya, tetapi Tuhan juga menghendaki manusia agar mampu mengendalikan kebutuhan dan keinginannya tersebut sesuai dengan pedoman yang telah Ia berikan. Tanya-jawab dengan nara sumber Pdt. Dr. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini, kami harapkan bisa melengkapi pengetahuan Anda mengenai keberadaan seks dalam kehidupan kita. Selamat menyimak!

T : Seks itu merupakan pemberian Tuhan, bagaimana kita menggunakan seks itu sesuai dengan pedoman yang Tuhan berikan?

J : Kita ini adalah makhluk seksual, sehingga kita mempunyai nafsu seksual, keinginan untuk berhubungan seksual. Namun demikian, bukan berarti kita boleh mengumbarnya sembarangan. Alkitab memberikan panduan atau aturannya. Di sini kita bisa melihat meskipun merupakan kebutuhan hakiki manusia, namun tidak berarti manusia diberikan izin untuk mengumbar atau memuaskan seenaknya. Begitu juga dengan seks, seks adalah bagian dari kebutuhan jasmani manusia, tapi orang yang terlalu memikirkan seks dan hanya mau melakukan seks, akan menyalahi aturan yang Tuhan berikan. Kebutuhan seksual adalah bagian yang normal, yang alamiah dari semua manusia, tetapi bagaimana kita memuaskan hasrat seksual kita itu diatur oleh etika, diatur oleh Firman Tuhan. 1Korintus 6:13b berkata, "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh."

Kemudian ayat yang ke-20, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"

Pemahaman seks yang benar mempunyai beberapa aspek, yaitu dari Firman Tuhan tadi, seks adalah dari Tuhan. Oleh karena itu pemakaian atau penerapannya juga harus sesuai dengan yang telah digariskan Tuhan. Singkatnya, dari Tuhan untuk Tuhan, jadi harus sesuai dengan yang telah Tuhan tentukan. Tuhan berkata bahwa tubuh bukan untuk percabulan melainkan untuk Tuhan, maksud dalam konteks ini memang adalah hubungan seksual. Jadi tubuh kita itu, dengan kebutuhan-kebutuhan seksualnya, bukanlah untuk percabulan. Percabulan adalah hubungan seksual antara dua orang yang tidak diikat dalam pernikahan. Tuhan berkata bahwa tubuh dan kebutuhan-kebutuhan biologis bukan untuk dipuaskan dengan bebas dan dengan cara seenaknya, tapi untuk Tuhan, maka muliakan Tuhan dengan tubuhmu. Jadi, kebutuhan seks itu memang diciptakan Tuhan, keinginan kita untuk berhubungan seksual dengan lawan jenis adalah dari Tuhan, namun penggunaan atau penerapannya harus diberikan kembali kepada Tuhan, karena semuanya itu menjadi wewenang Tuhan untuk mengaturnya.

T : Selain prinsip seks dari Tuhan untuk Tuhan, apakah ada hal lain yang disampaikan oleh Alkitab?

J : Seks sudah tentu diciptakan Tuhan untuk kenikmatan, jika tidak, maka seks tidak akan membawa kenikmatan. Jadi, kita mengetahui dari organ-organ seksual yang kita miliki dan juga dari sensasi yang dialami ketika berhubungan seks, itu semua membawa kenikmatan. Oleh karena itulah, kita bisa yakin bahwa Tuhan memang mendesain seks untuk menambahkan kenikmatan dalam kehidupan manusia. Selain itu, Tuhan menciptakan seks untuk menyatukan dua individu yang berbeda jenis. Dalam Kitab Kejadian pasal 2 dikatakan bahwa keduanya akan menjadi satu daging, meskipun ini merupakan lambang penyatuan dua individu secara penuh, bukan sepenuhnya secara fisik, tapi memang mengandung unsur fisik pula. Jadi, kedua individu yang menjadi satu itu mencapai keintiman puncak, keintiman yang tidak bisa lagi ditingkatkan, itu sudah paling puncak. Maksudnya, seks itu memang merupakan puncak keintiman. Masalahnya adalah kalau orang tidak memiliki pemahaman yang benar, maka orang itu akan menggunakan seks untuk menambah keintiman dan kalau seks digunakan untuk menambah keintiman, itu tidak akan bisa berhasil karena hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat saja. Setelah itu akan hilang aspek keintimannya. Namun kebalikannya, apabila suami-istri memiliki hubungan yang intim sekali, kemudian mereka mengadakan hubungan seksual, maka hubungan seksual itu menjadi puncak, menjadi bunga yang paling lengkap dari keintiman mereka.

T : Bagaimana pemahaman seks itu dapat dikatakan keliru?

J : Ada dua macam pemahaman seks yang keliru, yaitu: PERTAMA, pemahaman yang represif, yaitu pemahaman yang mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang menjijikkan, yang buruk dan negatif. Seks itu bukannya sesuatu yang harus dan boleh dinikmati, tapi seks adalah suatu kewajiban dan biasanya ini dilihat sebagai kewajiban seorang wanita terhadap seorang pria. Seks bukanlah sesuatu yang seyogyanya dinikmati oleh wanita, sebab ini adalah kepuasan kaum pria, tugas wanita hanyalah memberikan atau menyediakan kepuasan itu kepada suaminya.

KEDUA, pemahaman yang obsesif, yaitu pemahaman yang menjadikan seks sebagai sesuatu yang harus dikejar, dilakukan, dan seolah- olah menjadi suatu obsesi bagi diri seseorang. Kalau tidak dilakukan, rasanya ada yang kurang, misalnya, untuk mengurangi ketegangan, seks adalah obatnya atau untuk mencapai kepuasan hidup, seks menjadi targetnya. Jadi, segalanya itu sangat dikendalikan oleh seks.

T : Bagaimana mengendalikan diri supaya tidak hanya mementingkan seks dalam kehidupan sehari-hari atau agar tidak menjadi hamba seks?

J : Argumentasi yang dipaparkan oleh C.S. Lewis pada intinya, yaitu hidup kita harus kita isi terlebih dahulu. Orang yang diperhamba oleh seks adalah orang yang tidak diperhamba oleh Tuhan. Dengan kata lain, hidup kita kosong, hidup kita tidak lagi diisi oleh kehendak Tuhan. Dalam kekosongan, kita merasa sangat gelisah, sangat tidak tenang, sangat tidak puas, dan menginginkan adanya kelegaan dan seks memang membawa kenikmatan serta kelegaan.

Jadi, langkah yang PERTAMA adalah isilah hidup kita dengan kehendak Tuhan, dengan hal-hal yang memang baik, yang membuat kita dapat merasakan bahwa hidup ini bermakna. Semakin hidup kita tidak ada maknanya, maka semakin kita mudah tersedot masuk ke dalam seks.

Langkah KEDUA adalah kita juga harus mempunyai kehidupan yang berimbang. Maksudnya adalah kalau hidup kita selalu penuh tekanan, kesibukan kita benar-benar membuat tubuh kita letih dan pikiran kita lelah sekali, untuk itu kita perlu istirahat. Berhati-hatilah, sebab kalau tidak hati-hati, kita akan masuk ke dalam pelanggaran seksual, misalnya ke panti pijat, membayar orang untuk memuaskan hasrat seksual kita. Sebetulnya yang kita butuhkan bukanlah pemuasan hasrat seksual, tetapi kelegaan dan kesegaran karena tubuh dan pikiran kita terlalu letih, kita terlalu banyak tugas. Hidup yang tidak berimbang akan lebih mendorong kita untuk terobsesi oleh dorongan seksual.

Langkah yang KETIGA, tidak bisa tidak, kita harus takut kepada Tuhan. Firman Tuhan sudah berkata agar kita tidak mencabulkan tubuh kita, kita jangan berhubungan seksual dengan orang yang bukan suami atau istri kita, itulah makna dari percabulan. Apa artinya takut akan Tuhan? Meskipun kita merasa tidak ada yang melihat, tapi kita harus selalu ingat bahwa Tuhan melihat dan mata Tuhan ada di mana-mana serta bisa memberikan hukuman atas dosa kita. Alkitab mengatakan bahwa dosa lain diperbuat di luar tubuh manusia, tapi seks adalah dosa yang langsung dilakukan oleh tubuh manusia.

Sumber:

[[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #61A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat email: silakan kirim surat ke: < TELAGA@sabda.org > atau mengunjungi Situs TELAGA di alamat: ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?seks_di_tengah_kita.htm ]]

Sumber
Judul Artikel: 
TELAGA - kaset T61A (e-Konsel Edisi 070)