Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

buku

Bimbingan Konseling bagi Anak yang Suka Tawuran

Edisi C3I: e-Konsel 252 - Menangani Anak yang Terlibat dalam Perkelahian Antarpelajar

Ditulis oleh: Sri Setyawati

Psikolog A. Bandura mengatakan, "Masa remaja menjadi suatu masa pertentangan dan pemberontakan," karena pada masa ini para remaja terlalu menitikberatkan ungkapan-ungkapan bebas dan ringan dari ketidakpatuhan, seperti model potongan rambut dan pakaian yang nyentrik. Bacaan, film, dan media massa lainnya, sering menggambarkan para remaja sebagai kelompok yang tidak bertanggung jawab, memberontak, melawan, dan bertindak sensasional.

Para remaja adalah kelompok manusia yang masih mengalami perkembangan, baik secara emosi, psikis, dan kepribadian. Oleh karena itu, keadaan mereka bisa dikatakan masih sangat labil. Mereka masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya, mudah tersinggung apabila keinginannya tidak terpenuhi, cenderung susah dinasihati karena merasa orang yang lebih tua daripada mereka belum tentu benar, dan lebih merasa nyaman bertukar pikiran atau bergaul dengan teman-teman sebayanya. Jadi, tidak heran jika anak remaja suka berkelompok atau membentuk "geng". Di dalam kelompok tersebut, mereka saling bergantung dan berinteraksi untuk kepentingan bersama. Meskipun belum tentu kelompok yang mereka miliki selama di SMP akan sama hingga mereka berkeluarga nanti, mereka akan tetap membentuk kelompok yang biasanya memiliki minat dan harapan yang sama. Jika 1 orang dalam kelompok suka mabuk, maka anggota yang lain pun ikut mabuk. Dalam hal kekompakan, mereka patut diacungi jempol. Bahkan, saking solidnya, jika seorang dari mereka memiliki masalah dengan orang yang bukan anggota kelompoknya, remaja biasanya akan melibatkan teman sekelompoknya, untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tawuran pun tidak terelakkan lagi. ... baca selengkapnya »

Ulasan Buku: Mengatasi Kecanduan

Edisi C3I: e-Konsel 251 - Penyalahgunaan Narkoba

Judul buku : Mengatasi Kecanduan
Judul asli : Overcoming Addictive Behavior
Penulis/Penyusun : Neil T. Anderson & Mike Quarles
Penerjemah : Sri Wandaningsih
Editor : Paula Allo
Penerbit : Immanuel, Jakarta 2005
Ukuran buku : 15,5 x 23 cm
Tebal : 168 halaman
ISBN : 979-3739-14-2
Buku Online : --
Download : --

Siapa pecandu itu? Pecandu adalah orang yang menyerahkan dirinya pada sesuatu karena kebiasaan (ketagihan). Jika kita merasa lemah/tidak bersemangat sebelum minum kopi/teh setiap pagi, main "games" setiap malam, atau merokok setelah makan; sebenarnya kita sudah tergolong pecandu. Para pecandu tampaknya tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan dosanya; dari siklus "berdosa-bertobat, berdosa-bertobat, berdosa-bertobat, dan berdosa lagi." Persoalannya, apakah benar seorang pecandu tidak bisa bebas dari candunya? ... baca selengkapnya »

Bimbingan Pranikah: Buku Kerja Bagi Pasangan Pranikah

Edisi C3I: e-Konsel 247 - Menghormati Keluarga Pasangan

Judul buku : Bimbingan Pranikah: Buku Kerja Bagi Pasangan Pranikah
Judul asli : --
Penulis/Penyusun : Vivian A. Soesilo
Penerjemah : --
Editor : --
Penerbit : Literatur SAAT, Malang 2010
Ukuran buku : 14 x 21 cm
Tebal : 337 halaman
ISBN : 979-9532-09-4
Buku Online : --
Download : --

Pernikahan adalah suatu hubungan yang mengikat seumur hidup. Pernikahan dibentuk untuk memenuhi rencana Tuhan. Jika suatu pernikahan tidak dilandaskan pada kasih dan kebenaran Kristus, maka usia pernikahan tidak akan bisa bertahan lama dan berakhir dengan permusuhan. Menurut ajaran Kristen, kita tidak diizinkan untuk bercerai. Untuk itu, kita perlu mempersiapkan pernikahan dan memeliharanya dengan baik sesuai perintah Tuhan. ... baca selengkapnya »

Hubungan dengan Keluarga Pasangan

Edisi C3I: e-Konsel 247 - Menghormati Keluarga Pasangan

Apa utang saya kepada keluarga mertua? Itu adalah pertanyaan yang menarik. Cara lain untuk mengatakannya adalah "Sebagai menantu, apa yang diminta dari saya? Apa saja kewajiban-kewajiban saya, entah saya menyukainya atau tidak, yang berkaitan dengan orang tua pasangan (mertua) saya?"

Katakanlah begini, sepertinya ini bukanlah hubungan yang hangat atau santai. Sepertinya, mertua Anda merupakan beban dalam hidup Anda. Di satu sisi, Anda mungkin merasa terjebak antara mencoba menyenangkan mereka (atau mencoba untuk tidak menyinggung mereka), dan di sisi lain Anda hanya ingin menjadi diri sendiri atau ingin memiliki "ruang" untuk diri Anda sendiri.

Prinsip pertama yang berlaku di sini adalah, jika Anda orang Kristen, maka Anda perlu menunjukkan karakter Kristen dengan konsisten kepada mertua -- seperti yang Anda lakukan kepada orang lain. Tindakan Anda tidak mengabaikan kenyataan apakah mertua Anda orang yang "sulit", suka mengendalikan dan memanipulasi, memiliki disfungsi secara emosi atau mental, atau tidak seiman. Hal ini mungkin menjadi tantangan yang benar-benar sulit. Masalahnya adalah mereka bukan "orang lain". Mereka memunyai hubungan genetik, sejarah, dan dinamika psikologis yang kompleks dengan pasangan Anda. ... baca selengkapnya »

Membangun Hubungan yang Positif Dengan Menantu/Mertua (Tip)

Edisi C3I: e-Konsel 246 - Membangun Hubungan Baik dengan Keluarga Mertua

Ketika dua wanita yang mengasihi pria yang sama berada di tempat yang sama, hasilnya tidaklah selalu baik. Ibu mertua bisa bermasalah ketika melepas anak laki-lakinya. Menantu perempuan harus berjuang untuk bisa menyatu dengan keluarga suaminya. Saling pengertian dan kesepakatan yang bijaksana, diperlukan untuk membantu ibu mertua dan menantu perempuan melebur menjadi satu dalam hubungan yang sehat.

Berikut adalah sepuluh saran bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan ibu mertua atau menantu perempuan Anda: ... baca selengkapnya »

Mertuaku, Menantuku

Edisi C3I: e-Konsel 246 - Membangun Hubungan Baik dengan Keluarga Mertua

Bacaan: Rut 1:16-17

Ada sebuah pepatah mengatakan: "Setajam-tajamnya duri lidah buaya, masih lebih tajam lidah ibu mertua." Pepatah ini menggambarkan hubungan yang tidak akur antara menantu dan mertua. Untuk itu, bila ada seorang istri yang menceritakan hubungannya dengan ibu mertuanya cukup harmonis, maka komentar yang muncul adalah, "Wah hebat, kasus langka!" Sebaliknya, jika diceritakan sang menantu perempuan yang sering konflik dengan ibu mertuanya, maka komentar yang akan keluar adalah "Ah itu sih, biasa!"

Sebuah studi mengatakan bahwa 60 persen hubungan mertua perempuan dengan menantu perempuan berada di dalam ketegangan. Mengapa banyak hubungan mertua dan menantu kurang baik? Alasannya adalah: ... baca selengkapnya »

Membangun Hubungan Baik dengan Keluarga Mertua

Edisi C3I: e-Konsel 246 - Membangun Hubungan Baik dengan Keluarga Mertua

Salam kasih,

Mertua adalah orang tua kita karena kita menjadi satu dengan suami/istri kita. Tetapi, menjalin hubungan dengan mertua terkadang membutuhkan pengorbanan dan kesabaran. Seperti apakah seharusnya hubungan yang dimiliki mertua dan menantu? Dalam edisi ini, Anda dapat membaca Bimbingan Alkitabiah dan Tip terkait dengan membangun hubungan dengan mertua. Di akhir bacaan, Anda juga bisa menyimak info singkat tentang milis publikasi e-JEMMi (Jurnal elektronik Mingguan Misi). Selamat membaca.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >

Orang Tuaku, Orang Tuamu, dan Kita

Edisi C3I: e-Konsel 245-Beradaptasi dengan Keluarga Suami/Istri

Pengalaman dan hubungan yang terjadi pada masa lalu dapat memengaruhi kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Hubungan lama Anda dengan orang tua, dan hubungan baru Anda dengan mertua pasti berdampak pada pernikahan Anda. Namun demikian, Anda masih dapat membangun hubungan yang positif dan sehat dengan mertua maupun orang tua Anda. Karena itu, mari kita teliti hal-hal yang dapat menjadi sumber konflik dan bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam pernikahan. ... baca selengkapnya »

Membantu Anak yang Gelisah Saat Belajar

Edisi C3I: e-Konsel 244 - Mengenal Anak

Mengajar anak-anak yang masih kecil (terkhusus mereka yang masih berada di bangku TK dan SD), merupakan suatu tantangan tersendiri bagi seorang guru. Mengapa demikian? Karena kebanyakan dari mereka cenderung tidak bisa duduk dengan tenang saat belajar, mendengarkan cerita, atau mengerjakan tugas. Mereka tidak bisa duduk dan ingin terus bergerak. Bagaimana seorang guru menyikapi keadaan ini? Simaklah sesi tanya jawab di bawah ini.

Konseli: Saya memiliki seorang murid, sebut saja A. Ia sering gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang saat saya bercerita. Apa yang harus saya lakukan? ... baca selengkapnya »

Anak Underachiever

Edisi C3I: e-Konsel 244 - Mengenal Anak

Anak "underachiever" adalah anak yang berpotensi (berbakat), namun tidak berprestasi. Beberapa fakta mengenai anak "underachiever" -- berdasarkan hasil penelitian:

  1. "Underachiever" di Amerika ternyata jumlahnya cukup banyak, sekitar 10-40 persen dari populasi anak berbakat/istimewa (gifted). Mengapa anak istimewa? Karena penelitian terhadap anak "underachiever" biasanya dilakukan kepada anak istimewa, yang IQ-nya di atas rata-rata.

  2. Prestasi yang rendah merupakan gejala dari berbagai masalah pribadi sosial. Artinya, masalah "underachiever" ini sangat kompleks, bisa dari masalah pribadi (kesehatan, psikologis) dan sosial (keluarga, sekolah, teman).

  3. Sekolah menjadi prioritas yang terakhir. Bagi anak "underachiever" kegiatan lain yang mereka sukai lebih dominan.

  4. Intervensi diri memberi hasil yang lebih efektif. Tanda-tanda kebiasaan buruk anak harus dikenali sejak awal. Misalnya, ia kurang berprestasi. Kalau ditangani sejak dini akan semakin cepat membantunya. Namun, hal itu bukan berarti kalau anak kita sudah besar, tidak ada yang bisa kita lakukan. Masih bisa, hanya butuh kesabaran dan usaha yang ekstra sampai kita menemukan metode yang tepat untuk anak-anak tersebut.

Komentar


Syndicate content