Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Suatu Rencana Pelayanan Bimbingan dalam Gereja Anda

Setiap tubuh orang percaya yang ingin mengembangkan suatu pelayanan bimbingan harus melakukannya berdasarkan pedoman-pedoman Kitab Suci dan didalam kerangka gereja yang ada. Artikel berikut ini memberikan saran tentang cara-cara untuk mengembangkan dan melakukan pelayanan bimbingan. Beberapa saran mungkin tidak dapat dipraktekkan dalam setiap gereja, namun kerangkanya dapat memberikan suatu titik tolak.

Bimbingan alkitabiah harus berada dibawah wewenang tubuh gereja setempat dan bertanggung jawab kepada pemimpin gereja. Masing-masing pembimbing harus tunduk kepada Tuhan, pimpinan, dan Tubuh Kristus. Para pembimbing harus diangkat dan ditunjuk oleh pemimpin untuk melayani Tuhan dengan melayani orang-orang dalam jemaat yang sedang menderita masalah-masalah kehidupan. Karena kebergantungan yang kuat kepada Roh Kudus dan karena bimbingan merupakan suatu fungsi Tubuh Kristus dan suatu pernyataan kasih Allah, maka tidak ada biaya bimbingan. Idealnya, bimbingan harus merupakan saluran kasih dan pelayanan yang wajar dalam persekutuan orang-orang percaya yang saling mengenal dan saling mengasihi. Bimbingan mungkin muncul dari hubungan kepercayaan yang telah terjalin antara pemimpin dan anggota pelayanan kelompok kecil dalam sebuah gereja.

Pelayanan bimbingan alkitabiah di gereja kami tumbuh karena suatu kebutuhan dalam Tubuh Tuhan. Pendeta kami menjadi terlalu dibebani dengan tugas bimbingan, namun merasa bertanggung jawab untuk melayani kawanan domba. Ia mulai memanggil beberapa orang dari kami dalam jemaat untuk ikut memikul masalah-masalah kehidupan. Ketika kami semakin terlibat, kami melihatnya sebagai suatu pelayanan yang diinginkan Allah bagi umat-Nya -- suatu fungsi Tubuh Kristus.

Dalam kitab Kejadian, Yitro menyarankan suatu rencana yang mirip bagi Musa. Hari demi hari orang-orang berbaris di luar tenda Musa untuk meminta bimbingan dan nasihat, sama seperti banyak orang di gereja mungkin datang kepada pendetanya untuk bimbingan. Yitro dapat melihat bahwa itu adalah tugas yang terlalu berat untuk dilakukan oleh satu orang dan menyarankan agar Musa membagi tanggung jawab ini dengan orang-orang lain. Musa menugaskan pemimpin-pemimpin kelompok dan mengajarkan cara-cara Allah kepada mereka agar dapat membimbing mereka yang perlu mengetahui cara Allah dalam suatu situasi tertentu dan menemukan cara Allah untuk penyelesaian masalah. Dalam Tubuh Kristus diperlukan jauh lebih banyak pelayanan daripada yang dapat dilakukan oleh satu orang. Kevin Springer dalam "Pastoral Renewal" merasa prihatin bahwa "banyak pemimpin menghabiskan waktu yang lama dan sukar dengan sekelompok kecil dari bangsa mereka, dan mengabaikan anggota-anggota yang lebih bertalenta, anggota-anggota orang dewasa yang terabaikan -- justru anggota-anggota yang dapat diperlengkapi untuk melayani orang lain". Seorang pendeta yang bijaksana akan memimpin orang-orang lain ke dalam segi-segi pelayanan yang dipikul bersama sehingga seluruh tubuh boleh berfungsi bersama dan menyatakan keutuhan dan kekudusan yang dimaksudkan oleh Tuhan bagi gereja.

Sangatlah menolong bila seorang pendeta dapat menyarankan seseorang supaya pergi kepada seorang pembimbing alkitabiah dalam persekutuan setempat sehingga orang yang membutuhkan bimbingan tidak jatuh ke dalam tangan "pembimbing gadungan" atau tidak usah berpaling kepada orang-orang di luar gereja yang mungkin membimbing menurut filsafat dan pengajaran yang tidak sesuai dengan pengajaran dalam persekutuan. Tidak ada bagian dalam Kitab suci yang mengatakan agar menyuruh seorang percaya pergi ke dunia untuk menemukan pertolongan bagi masalah-masalah kehidupan. Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk melayani, dan Ia mengutus Roh Kudus untuk memenuhi kebutuhan umat.

Mengembangkan Suatu Pelayanan Bimbingan

Unsur-unsur dasar bagi perubahan sudah ada dalam gereja yang mempunyai lingkungan kasih dan pengajaran firman Allah yang kuat. Bimbingan alkitabiah dalam sebuah gereja semata-mata merupakan bentuk pelayanan belas kasihan dan kebenaran Allah yang lebih pribadi dan khusus. Karena itu, bimbingan alkitabiah tidak boleh dirasakan asing. Sekalipun demikian, banyak hamba Tuhan dan orang awam merasa sama sekali tidak diperlengkapi karena mereka mengira bahwa bimbingan alkitabiah bagaimanapun juga harus menyamai bimbingan psikologis.

Bimbingan alkitabiah melibatkan persekutuan kasih dalam tubuh (lingkungan bagi perubahan) dan khotbah serta pengajaran firman (arah bagi perubahan) dan bukan teknik-teknik dan teori-teori bimbingan psikologis.

Bila seorang pendeta ingin mengembangkan suatu pelayanan bimbingan dalam tubuh, maka apa yang memang sudah ada dalam kelompok hendaklah diterapkan kepada orang-orang secara perseorangan. Dalam bimbingan alkitabiah perhatian menjadi bersifat pribadi dengan cara menyediakan waktu dan bersedia mendengarkan, dan pengajaran menjadi bersifat pribadi untuk memenuhi kebutuhan khusus seseorang. Maka lingkungan dan arah perubahan dengan cara memberikan kemurahan dan kebenaran lebih disesuaikan dengan seseorang daripada dengan suatu kelompok secara keseluruhan. Pendeta mempunyai lebih banyak untuk diberikan daripada yang mungkin disadarinya.

Anggota-anggota jemaat mungkin juga mempunyai lebih banyak untuk diberikan dalam bimbingan daripada yang disadari mereka. Ketika mereka telah berpartisipasi sebagai anggota-anggota suatu lingkungan yang penuh perhatian, dan ketika mereka secara pribadi telah mengikuti kebenaran Kitab Suci dalam kehidupan mereka sendiri, mereka telah mengalami pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang penuh kasih dan pengarahan untuk perubahan. Banyak orang telah menyediakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan pengarahan untuk perubahan melalui interaksi pribadi dengan sesama orang Kristen. Dengan demikian sudah banyak orang yang telah diperlengkapi untuk melayani sebagai pembimbing alkitabiah.

Kecuali jika suatu jemaat hanya terdiri dari orang-orang percaya yang baru atau masih muda, maka akan ada suatu kelompok orang dalam persekutuan yang diperlengkapi untuk membimbing. Orang-orang ini telah mempelajari Alkitab dan telah menerapkan firman Allah dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka mempunyai karunia untuk membimbing di dalam keseimbangan antara kasih sayang dan kebenaran. Semua jemaat yang telah kami hubungi berkenaan dengan suatu pelayanan bimbingan mempunyai anggota-anggota yang bersedia dan mampu melayani dengan segera jika kesempatan diberikan. Memulai suatu pelayanan bimbingan semata-mata menyangkut pemilihan pembimbing, memberi latihan dalam prinsip-prinsip dasar yang akan mereka butuhkan untuk diterapkan dalam pelayanan bimbingan, mengorganisasikan dan mengumumkan pelayanan itu, lalu mempercayakan hasilnya kepada Allah.

Di samping latihan dari Tuhan yang telah diterima mereka, para pembimbing dan calon pembimbing harus terus belajar sementara mereka menyelidiki Kitab suci untuk mencari cara-cara Allah bagi pelayanan kepada orang-orang, sementara mereka membaca buku untuk memperoleh manfaat dari pengalaman orang lain yang membimbing menurut firman Allah, dan juga sementara mereka mulai melayani pribadi-pribadi. Cara terutama untuk belajar bagaimana melakukan sesuatu adalah dengan melakukannya. Pedoman memang diperlukan, namun cara satu- satunya untuk benar-benar belajar adalah dengan mulai menyediakan lingkungan yang penuh kemurahan dengan cara mendengarkan, memperhatikan, dan mendoakan. Kemudian ketika Roh Kudus memberikan hikmat, pengajaran ditambahkan. Kebergantungan kepada Roh Kudus sungguh sangat penting karena lingkungan yang terbaik bagi bimbingan datang dari kehadiran Allah dan arah perubahan datang dari firman- Nya sementara Roh Kudus membuatnya menjadi dapat diterapkan dan hidup.

Tampaknya salah satu aspek yang paling merisaukan dalam memulai suatu pelayanan bimbingan ialah program latihan. Banyak pendeta merasa tidak mampu untuk mengajar sebuah kelas dalam bimbingan alkitabiah. Padahal, prinsip-prinsip Alkitab yang merupakan dasar bimbingan alkitabiah telah dikhotbahkan dan diajarkan dari mimbar selama ini. Karena seorang pembimbing alkitabiah melayani dengan belas kasihan dan kebenaran untuk menyediakan lingkungan dan arah bagi perubahan, maka latihan harus berkisar pada kedua bidang tersebut.

Memberi pengajaran tentang menyediakan lingkungan yang penuh kemurahan tentunya sudah biasa dilakukan oleh seorang pendeta yang telah mendorong jemaatnya untuk menyediakan lingkungan seperti itu. Karena dalam melayani jemaatnya seyogyanya ia telah mengajarkan kasih, kebaikan, kemurahan, kesabaran, pengertian, dan sifat-sifat lain yang harus berkembang sebagai buah Roh, ia memiliki suatu sumber yang kaya akan bahan pelajaran.

Di samping itu, ia harus memilih pembimbing-pembimbing awam yang telah memiliki sifat-sifat tadi dan buah Roh. Pengajaran dalam bidang ini kemudian dapat ditambah dengan artikel-artikel dan buku- buku yang menekankan unsur saling memperhatikan dalam Tubuh Kristus.

Seorang pendeta juga tahu bagaimana melatih pembimbing untuk memberikan arah dalam lingkup bimbingan. Ia akan mengajarkan kepada para pembimbing apa yang harus diajarkan, yaitu bagaimana caranya hidup dalam kehidupan Kristen. Ia akan mengajar mereka untuk menerapkan secara pribadi pengajaran firman Allah yang sama yang diajarkannya dari mimbar; bagaimana menjalani kehidupan Kristen dengan menerima kasih Allah, mempercayai-Nya, dan menaati-Nya.

Karena khotbah, pengajaran kelompok, dan bimbingan pribadi semuanya meliputi pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan Kristen dan doktrin-doktrin dasar Kitab suci lainnya, adalah menarik untuk melihat beberapa persamaan dan perbedaan yang ada. Khotbah, pengajaran, dan bimbingan alkitabiah harus:

  1. didasarkan pada doktrin-doktrin Kitab Suci;

  2. berpusatkan pada Allah dan sifat-Nya, firman dan kehendak-Nya;

  3. membimbing orang-orang dalam menjalani kehidupan Kristen;

  4. memotivasi orang-orang untuk memilih dan melakukan kehendak Allah;

  5. menasihati, menjelaskan, mendorong, dan mengasihi;

  6. bergantung kepada Roh Kudus;

  7. menyadari kebutuhan orang-orang yang mendengarkan; dan

  8. mengusahakan kesembuhan, perubahan, dan pertumbuhan.

Dalam beberapa hal bimbingan berbeda dengan khotbah atau pengajaran kelompok. Bimbingan meliputi tindakan mendengarkan dan berbicara. Baik orang yang dibimbing maupun pembimbing belajar satu tentang yang lain dan juga tentang Tuhan. Apa yang diajarkan didasarkan atas kebutuhan seseorang sebagaimana yang dilihat melalui mendengarkan dan berdoa, sedangkan dalam pengajaran atau khotbah pokok bahasan didasarkan atas kebutuhan kelompok sebagaimana dilihat melalui pengenalan akan kelompok dan doa. Adakalanya bimbingan mungkin berupa hubungan pribadi atas kemurahan sementara yang dibimbing memilih petunjuk Allah. Barangkali perbedaan-perbedannya dapat diringkaskan sebagai berikut: bimbingan lebih bersifat pribadi, terjadi melalui percakapan, menyentuh kebutuhan-kebutuhan tertentu, dan menyampaikan kasih sayang dan kebenaran Allah melalui waktu yang diberikan kepada seseorang atau suatu pasangan.

Kebenaran-kebenaran yang sama dapat diajarkan melalui mimbar, di dalam kelas, dan selama bimbingan. Karena itu, seorang pendeta dapat melakukan banyak hal untuk melatih anggota-anggota jemaatnya dalam bimbingan alkitabiah. Namun, bimbingan itu sendiri merupakan suatu karunia yang berbeda dari khotbah dan pengajaran. Cukup sering seorang pendeta yang memiliki karunia dalam berkhotbah dan yang karenanya dapat mengajarkan banyak hal tentang bimbingan mungkin sebenarnya tidak mempunyai karunia membimbing. Sebaliknya, ada orang-orang yang mempunyai kemampuan antar pribadi dan kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh pengertian dan kesabaran yang mampu membimbing secara efektif, namun dapat membuat pendengar tertidur kalau ia berkhotbah. Sumber kasih sayang dan kebenaran itu sama, namun karunia, panggilan, dan cara menyajikan berbeda. Karena itu, seorang pendeta yang merasa tidak mampu menjadi seorang pembimbing dapat menjadi alat untuk mengajar orang-orang lain tentang banyak hal yang dibutuhkan mereka untuk memberi bimbingan.

Sumber :

Judul Buku : Bimbingan Berdasarkan Firman Tuhan
Judul Artikel : Suatu Rencana Bimbingan dalam Gereja Anda
Penulis : Martin dan Deidre Bobgan
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1996
Halaman : 241 - 247

Komentar