Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pria Paro Baya di Tengah Keluarga
Submitted by admin on Tue, 01/02/2005 - 00:00
PRIA PARO BAYA DI TENGAH KELUARGA
Edisi C3I: e-Konsel 078 - Paro Baya
Ringkasan perbincangan dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini masih seputar masa paro baya, khususnya bagi Anda, para pria, yang saat ini mulai memasuki masa paro baya. Pengaruh masa paro baya ini tidak hanya melanda diri mereka sendiri, namun juga keluarganya, dimana ia tinggal dan hidup bersama. Seperti apa dan bagaimana pengaruhnya? Simak saja ringkasannya berikut ini!
T: | Masalah-masalah yang dihadapi oleh pria paro baya bukan hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarganya. Bagaimana pengaruh dari masalah-masalah yang dihadapi oleh pria paro baya ini? |
J: | Pdt. Jim Conway dalam bukunya yang berjudul "Krisis Pria Setengah Baya" menuliskan pengalaman pribadinya ketika memasuki usia paro- baya, dimana beliau mengalami pergolakan hidup yang cukup berat. Salah satunya adalah beliau ingin meninggalkan tugas kependetaannya, itu adalah salah satu reaksi yang sangat ekstrim. Jadi, adakalanya pergumulan pria paro baya merupakan suatu pergumulan internal yang berat, yang tidak mudah untuk diatasi. Sudah tentu pergumulan pribadi seseorang berdampak pada relasinya dengan keluarganya. Contoh yang paling gampang, para pria paro baya mempunyai kecenderungan untuk memilih jalur karier yang berbeda dengan yang telah digelutinya selama ini. Itu terjadi karena dalam dirinya ada keinginan tersembunyi untuk melakukan sesuatu yang sejak muda diimpikannya tetapi tak pernah terwujud, akhirnya dia ingin melakukan pada usia paro baya. Mungkin saat itu, dia menilai bahwa keuangannya sekarang sudah lumayan cukup, sehingga bisa pindah karier, misalnya memulai usaha sendiri, tidak mau bekerja pada orang lain. Sudah tentu aspek ini bisa menimbulkan gejolak dalam keluarganya, menimbulkan reaksi dari istrinya yang mendengar pernyataan atau isi hati suami yang mau keluar dari pekerjaannya. Sedangkan mungkin saja, suami itu telah meniti kariernya selama 25 tahun dan kepindahannya ke karier yang baru sama sekali tidak menjanjikan apa-apa, sudah tentu ini bisa menimbulkan gejolak dalam hubungan rumah tangganya. |
T: | Apakah anak-anak juga akan merasakan perubahan dalam diri ayahnya? |
J: | Bisa, secara fisik pria paro baya tidak merasa sekuat usia-usia sebelumnya dan secara mental biasanya pikiran mereka lebih terkuras, sebab kalau karier mereka menanjak dengan normal dan baik, pada usia paro bayalah mereka menjadi pimpinan. Dan pimpinan berarti mempunyai tanggung jawab yang makin besar di pundak mereka. Sebagai akibatnya, kalau tidak hati-hati, mereka ini akan memberikan sedikit sekali waktu untuk keluarga mereka, sebab tanggung jawabnya menyerap banyak energi, mental dari diri mereka. Pada usia paro baya ini, pria berada di persimpangan jalan dalam hubungannya dengan anak-anak atau istrinya. Ini berarti hubungan mereka bisa bertambah dekat tapi bisa bertambah renggang karena anak-anak sudah mulai mandiri dan makin bertambah sibuk di luar. Energi mental mereka makin tersedot juga akhirnya hubungan mereka mudah sekali retak. |
T: | Bagaimana peranan istri sebagai penolong dalam menghadapi suami yang paro baya ini? |
J: | Mazmur 85 mengatakan satu hal yang sangat indah sekali yakni di ayat 11, "Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." Di sini, kasih dan kesetiaan digandeng bersama sebab keduanya itu tidak bisa dipisahkan, jadi orang yang mengasihi mewujudkan kasihnya itu melalui kesetiaan. Sudah pasti para pria ini haruslah mengasihi istri dan menunjukkan kasihnya itu melalui kesetiaannya. Tetapi, seorang istri juga bisa berbuat sesuatu untuk menolong suami agar suami terus mengasihinya dan juga setia kepadanya. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh istri adalah terus mempercantik diri atau dengan kata lain menjaga kecantikan dirinya. Memang tidak semua wanita dikaruniai wajah yang cantik, sama seperti tidak semua pria dikaruniai wajah yang tampan. Kita tidak bisa memperbaiki wajah, karena wajah adalah pemberian Tuhan. Tetapi kita bisa menjaga kelangsingan atau kesehatan tubuh kita, sehingga kita tampil prima, tampil segar. Para istri yang sudah mulai menginjak usia paro baya dianjurkan untuk tetap menjaga penampilan fisik mereka, jangan beranggapan bahwa pada usia ini suami tidak lagi begitu mempedulikan penampilan fisik yang menarik atau yang baik. Jadi yang bisa dilakukan istri untuk membuat suaminya tetap mengasihi dan setia kepadanya adalah dengan cara menjaga tubuhnya dengan lebih baik. |
T: | Mengingat bahwa usia paro baya itu bisa menimbulkan suatu krisis yang cukup serius dalam keluarga, tentu kita harus mengantisipasinya, mempersiapkan diri menghadapi realita itu. Sebaiknya, sejak kapan dan hal-hal apa yang bisa kita lakukan? |
J: | Firman Tuhan Mazmur 85:11b, "Keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." "Keadilan" dapat diterjemahkan hidup benar, bahasa Inggrisnya "righteousness" dan "damai sejahtera akan bercium-ciuman" artinya kedua hal itu tak bisa dipisahkan. Dalam hidup ini, kita akan banyak mengalami perbedaan dan ketidaksesuaian dengan pasangan kita karena bentukan pengaruh lingkungan dan sebagainya. Tetapi, Tuhan meminta untuk tetap hidup benar di hadapan-Nya, orang yang hidup benar di hadapan Tuhan dan mau taat kepada Tuhan akan menikmati damai sejahtera. Meskipun secara psikologis, sosial, dan sebagainya mereka itu bercabang, tapi mereka tetap akan hidup dalam damai sejahtera jika mereka hidup benar di hadapan Tuhan. Hidup benar di hadapan Tuhan, misalnya tetap rendah hati meskipun kariernya menanjak, tidak tergoda oleh wanita lain karena takut akan Tuhan. Demikian juga dengan istri, tetap ingat tanggung jawabnya untuk melayani suaminya. Kalau orang tetap peka terhadap pimpinan Tuhan dia akan hidup benar, kalau dia mau mencoba hidup benar dia akan memetik buahnya yaitu damai, itulah yang Tuhan janjikan. |