Patah Hati

Edisi C3I: e-Konsel 153 - Cinta Pertama

Kepedihan yang timbul karena patah hati bisa sangat melukai orang yang mengalaminya sehingga terkadang bisa menimbulkan reaksi yang berkepanjangan. Lalu, apa yang bisa dan seharusnya kita lakukan bila kita atau orang yang kita kasihi ini patah hati? Ringkasan tanya-jawab dengan Pdt. Paul Gunadi berikut ini, kiranya bisa menjawab pertanyaan di atas. Selamat menyimak.

PATAH HATI

T :

Apakah yang disebut dengan patah hati itu?

J :

Patah hati merupakan reaksi terhadap putusnya relasi cinta. Ada beberapa gejala yang sering kali dikaitkan dengan patah hati, yaitu murung, tidak bersemangat menghadapi hidup, atau bahkan ada yang menjadi sangat khawatir akan masa depannya. Ada juga yang bereaksi marah dan frustrasi, melakukan hal-hal yang salah yang tidak dipikirkan panjang, atau ada di antara mereka yang kehilangan arah hidup. Reaksi-reaksi ini biasanya merupakan wujud dari bergejolaknya jiwa yang disebabkan oleh patah hati itu.

T :

Apakah gejala itu tidak sama pada pemuda dan pemudi, walaupun mereka sama-sama mengalami patah hati?

J :

Ternyata memang tidak selalu sama. Ada yang cenderung murung, tapi ada yang cenderung frustrasi dan marah, jadi biasanya reaksi itu bisa dipengaruhi oleh kepribadian kita secara umum.

T :

Kalau sejak awal sebenarnya salah satu dari mereka itu sudah tidak berniat untuk meningkatkan hubungan mereka pada tingkat pacaran, apakah itu bisa dikatakan sebagai patah hati?

J :

Relasi cinta didirikan di atas dua pribadi, bukan satu; tidak bisa bertepuk sebelah tangan. Jadi harus ada kesediaan dari kedua belah pihak untuk membina atau melanjutkan hubungan ini. Sifat dari cinta itu menyatukan, jadi waktu kita mencintai seseorang, kita disatukan dengan orang itu. Orang tersebut masuk menjadi bagian dari diri kita, bagian dari hidup kita dan kita tidak lagi hidup sendiri. Meskipun secara fisik kita masih sendiri dan belum menikah dengan dia, namun sesungguhnya secara emosional kita telah melebur menjadi satu dengan dia. Putus cinta seolah-olah seperti orang yang kita kasihi tersebut direnggut atau ditarik keluar dengan paksa dari dalam hati kita, ini benar-benar akan merobek-robek hati. Yang membuat patah hati itu begitu menyakitkan dan berkepanjangan adalah efek setelah dirobek, yaitu terciptanya lubang yang besar dalam hati kita yang akhirnya menimbulkan rasa hampa dalam diri kita dan ini yang harus kita hadapi hari lepas hari.

T :

Apakah luka atau lubang itu pada saatnya nanti bisa sembuh?

J :

Seyogianya akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Namun, kadang kala yang terjadi adalah komplikasi, misalnya hendak bunuh diri atau bahkan benar-benar bunuh diri dan membunuh pasangannya. Ada lagi yang menjadi lumpuh secara sosial, secara mental tidak bisa keluar rumah, tidak bisa menghadapi orang, mengurung diri di kamar, tidak bisa bekerja. Ada juga yang tidak lagi memunyai kepercayaan diri, benar-benar meragukan dirinya, apakah dia masih berharga, tidak lagi percaya pada pertimbangannya bahwa saya ini bisa salah, saya ini pasti juga keliru. Ada juga yang kehilangan penghargaan dirinya, benar-benar merasa seperti sampah, tidak lagi memunyai nilai.

T :

Dan biasanya problem sampingan itu menimbulkan dampak yang jauh lebih negatif?

J :

Betul sekali, kalau komplikasi ini tidak terawat akhirnya menjadi problem yang lebih serius, misalnya, ada orang yang gelap mata membunuh mantan kekasihnya. Mengapa? Penyebabnya adalah merasa dirugikan. Contohnya adalah sudah adanya hubungan seksual. Biasanya ini lebih sering dialami oleh para wanita, sebab mereka sudah memberikan tubuh mereka kepada pacarnya, kemudian pacarnya meninggalkannya. Tidak bisa tidak wanita ini akan mulai berpikir, nanti bagaimana, siapa yang akan bersedia menikahinya, apakah harus mengakui problemnya ini kepada orang lain. Dirugikan yang lain, misalnya ada orang yang merasa diperdaya, karena dia sudah begitu percaya, tahu-tahu pasangannya memunyai pacar lain. Ada juga yang merasa dimanfaatkan, bertahun-tahun berpacaran harus mengeluarkan banyak biaya, mengongkosi pacarnya, dsb., namun kemudian ditinggalkan begitu saja. Yang lainnya ada yang merasa kehilangan kesempatan emas. Artinya dia melihat pasangannya ini adalah hadiah yang terbaik yang dia peroleh selama hidup ini, namun kemudian hadiah terbaik itu menolak dia, meninggalkan dia, dan dia tidak lagi memunyai kesempatan emas bersama dengan orang yang dia dambakan atau idealkan ini. Bisa jadi sebagai reaksinya adalah mau bunuh diri; hidupnya benar-benar hancur dan tidak lagi merasakan adanya harapan untuk masa depannya.

T :

Sebenarnya apa yang disarankan kalau ada pemuda atau pemudi yang mengalami patah hati?

J :

Sebagaimana hal lainnya dalam hidup, kita pun perlu menempatkan patah hati dalam kerangka pimpinan Tuhan. Maksudnya, tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kuasa atau izin Tuhan, termasuk putus atau ditinggalkan pacar kita. Ada dua prinsip dari pernyataan ini. Pertama, pemahaman bahwa Tuhan memimpin kita. Sesungguhnya kita harus mengajukan pertanyaan, apakah Tuhan berkenan dengan hubungan ini. Tuhan tidak berkenan kita bersama dengan orang yang tidak seiman, meskipun kita anggap tidak apa-apa. Tuhan juga tidak berkenan pada hubungan yang penuh dengan tipu muslihat, kebohongan-kebohongan, atau pasangan kita memunyai kehidupan yang tidak bermoral. Kalau memang kita tahu Tuhan tidak berkenan, terima fakta ini sebagai cara Tuhan memisahkan kita dari ikatan yang Tuhan tidak kehendaki. Namun, jika kita berkata hubungan ini Tuhan perkenan, pacar kita juga anak Tuhan, dan relasi kita baik-baik saja, namun akhirnya putus juga, maka kita terima fakta ini sebagai bagian dari pimpinan Tuhan atas hidup kita yang kita tidak mengerti. Pertanyaan berikutnya adalah apakah Tuhan sedang memperlihatkan sesuatu kepada kita. Maksudnya, mungkin sekali kita berandil dalam putusnya relasi ini, tapi mungkin juga tidak. Jika kita akui kita berandil, kita terima meskipun harus melalui kepahitan dalam menerimanya. Atau jika kita memang tidak berandil, kita akui kita tidak berandil. Dia yang lemah, yang akhirnya meninggalkan kita. Kita lihat pasangan kita dengan objektif, tidak perlu ditutup-tutupi, tidak perlu dibesar-besarkan, tidak perlu dikecil-kecilkan, kemudian ampuni dia.

T :

Kalau kita sebagai orang tua melihat anak kita sudah mulai pacaran, apakah benar kalau kita mengatakan bahwa dia juga harus menyiapkan dirinya untuk mengalami patah hati?

J :

Sekali-sekali kita berbicara begitu tidak apa-apa, yang penting jangan terus-menerus mengatakannya sebab bisa menciptakan ketakutan yang irasional pada anak kita. Namun pada prinsipnya, orang yang mencintai perlu siap untuk terluka, itu tidak bisa dihindari. Bahkan dalam pernikahan kita, kadang-kadang kita terluka gara-gara kita terlibat dalam sebuah hubungan yang sangat pribadi, sangat-sangat dekat dengan hati kita, kita mencintai istri kita atau suami kita. Jadi orang yang tidak siap untuk terluka dan tidak mau, misalnya sampai harus sakit hati, ya tidak bisa menjalin hubungan cinta.

T :

Bagaimana kita bisa memberikan semangat supaya dia mau memulai lagi dan tidak merasa jera dengan pengalamannya itu?

J :

Pertama, kita memang mesti peka dengan kondisinya sekarang ini. Kalau dia berada dalam kondisi yang tidak siap, sebaiknya kita tidak memaksakan melewati kemampuannya saat ini. Tapi kalau memang kita merasa ini berlama-lama dan terlalu panjang, kita perlu mengajaknya bicara dan menggali apa yang sebetulnya dia takuti, apa yang menjadi masalahnya sekarang ini. Mungkin ada hal-hal lain yang telah terjadi yang membuat pemuda atau pemudi itu merasa dirugikan sekali. Dari situ barulah kita bisa membantunya untuk keluar dari jeratan itu.

T :

Ada pasangan yang masih pacaran, sekalipun mereka sudah berpisah tapi mereka itu bertekad untuk tetap menjalin hubungan baik, sehingga masih tetap berhubungan dengan orang tuanya, sering telepon, dsb.. Akibatnya luka itu tidak sembuh-sembuh?

J :

Itulah sebabnya setelah putus, penting sekali kedua belah pihak itu bisa dengan realistik menentukan langkah berikutnya. Jika satu pihak tidak bersedia untuk melanjutkan kontak sebagai teman, pihak yang satunya seyogianya menghormati karena bisa memperpanjang luka.

T :

Kadang-kadang masih tebersit harapan siapa tahu nanti masih berbaikan kembali?

J :

Betul, kadang-kadang itu yang muncul. Ini membawa kita kepada poin berikutnya, yaitu kadang-kadang orang berkata: "O ..., Tuhan pasti punya kehendak dan Tuhan akan menggantikan dengan yang lebih baik." Penghiburan ini kurang tepat, sebab belum tentu Tuhan akan memberikan secepat itu, atau sebaik, atau pun yang lebih baik dari itu. Obat penawarnya adalah di Roma 8:28, "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Apa pun perasaan kita, seperti tidak ada harapan lagi, kosong, atau merasa ditinggalkan oleh Tuhan, kita mesti mengingat bahwa Tuhan sedang bekerja melalui peristiwa ini. Tujuan dari segalanya adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

T :

Jadi dalam kondisi patah hati, kita bisa menganjurkan agar mereka itu justru lebih dekat dengan Tuhan?

J :

Betul, bersandar kepada Tuhan dan di sinilah iman bertumbuh sebab kalau kita mendapatkan terus yang kita inginkan, iman sulit bertumbuh. Iman bertumbuh justru di tengah-tengah ketidakjelasan. Jika kita tetap bersandar, percaya Tuhan akan mendatangkan kebaikan, dan Tuhan terlibat atas semua ini, di situlah iman kita pada Tuhan bertumbuh.

Sumber
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T126A