Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Tangguh di Tengah Badai
Submitted by admin on Wed, 02/05/2007 - 00:00
TANGGUH DI TENGAH BADAI
Edisi C3I: e-Konsel 134 - Memulihkan Trauma karena Perkosaan
Tidak selamanya hidup kita berada dalam keadaan aman. Guncangan hidup bisa datang kapan saja tanpa kita duga. Ringkasan tanya jawab dengan narasumber Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini kiranya bisa menolong kita untuk menghadapi badai hidup yang menerpa hidup kita.
T | : | Dalam kehidupan kita, ada badai yang kita kenal dengan badai | kehidupan. Apa arti sebenarnya dari badai kehidupan ini? |
J | : | Badai kehidupan sebetulnya adalah hal-hal yang terjadi dalam | |||
hidup kita yang menimbulkan dampak kehilangan yang besar. Bisa | |||||
berupa kematian, kerugian, hilangnya keseimbangan hidup ataupun | |||||
peristiwa-peristiwa yang menimpa kita, apa pun itu. Kita tidak | |||||
siap menghadapi badai karena pada akhirnya yang harus kita | |||||
tanggung adalah sebuah kehilangan yang besar. Persis sama dengan | |||||
peristiwa-peristiwa yang baru saja kita dengar, yaitu badai | |||||
Katrina dan badai Rita yang menerpa Amerika, atau tsunami yang | |||||
juga menerpa Sumatera Utara dan tempat-tempat lainnya. Efek | akhirnya adalah kehilangan yang sangat besar. |
T | : | Apakah badai kehidupan untuk setiap orang tidak sama? |
J | : | Memang tidak sama, tergantung juga pada daya tahan; daya tampung |
kita untuk menahan terpaaan badai atau stres itu. Pada dasarnya, | ||
kita bisa memfokuskan dampak kehilangan itu sekurang-kurangnya | ||
pada empat kategori. Yang pertama adalah kehilangan kesayangan, | ||
kedua kehilangan kepercayaan, ketiga kehilangan keamanan, dan | ||
yang terakhir adalah kehilangan kekuatan. Kehilangan kesayangan, | ||
misalnya kehilangan orang yang kita sayangi, seperti kematian. | ||
Bisa juga menyangkut harta milik yang kita sayangi. Ini adalah | jenis pertama dari badai kehidupan. |
T | : | Kehilangan kepercayaan itu seperti apa? |
J | : | Kehilangan kepercayaan, misalnya suami atau istri yang harus |
menanggung rasa dikhianati karena ketidaksetiaan. Kasus yang | ||
paling klasik dalam hal ini adalah perselingkuhan. | ||
Perselingkuhan adalah badai yang langsung merenggut kepercayaan | ||
kita sehingga setelah badai itu lewat, yang terhilang dalam | ||
relasi kita dengan pasangan adalah kepercayaan itu. Bukan hanya | ||
aspek kepercayaan yang hilang, tapi juga kesayangan. Seseorang | ||
yang disayangi sanggup melakukan hal itu dan melukai kita, kita | seolah-olah kehilangan orang yang kita sayangi itu. |
T | : | Bagaimana dengan kehilangan keamanan? |
J | : | Kadang-kadang kita menganggap kalau kita hidup dalam dunia yang |
aman, tapi ketika terjadi sesuatu yang di luar dugaan dan | ||
kemampuan kita, misalnya perampokan, kebakaran atau | ||
musibah-musibah yang bersifat alami, tiba-tiba kita baru | disadarkan bahwa kita hidup di dunia yang tidak terlalu aman. |
T | : | Apakah termasuk keguncangan ekonomi dalam keluarga? |
J | : | Salah satunya itu. Misalnya, kita sudah terbiasa hidup dengan |
gaji yang tetap setiap bulan, lalu tiba-tiba di-PHK dan kita | ||
kehilangan pekerjaan. Itu benar-benar akan mengguncangkan rasa | aman kita. |
T | : | Apakah pelecehan juga berkaitan dengan keamanan? |
J | : | Betul. Ada orang-orang yang hidup, misalnya dengan kakeknya. |
Tetapi kakek yang diharapkan akan melindungi dia malah | ||
melecehkan dia secara seksual. Hal ini tentu akan menimbulkan | ||
dampak yang sangat berat, yaitu hilangnya kepercayaan kepada | ||
orang-orang yang seharusnya dekat dengan dia. Justru ketika ada | ||
orang yang mau dekat dengan dia, perasaan yang timbul malah | ||
kecurigaan, jangan-jangan orang ini juga akan melakukan sesuatu | yang buruk. |
T | : | Ada kasus-kasus di mana beberapa orang seolah-olah mengundang |
badai di rumahnya sendiri. Sebenarnya, dia tahu kalau akan | menimbulkan bencana, tapi tetap dia lakukan itu. |
J | : | Ada orang-orang yang memang senang mengambil risiko sehingga |
akhirnya mengorbankan orang lain. Misalnya, sudah tahu bahwa | ||
orang ini tidak bisa dipercaya, tetapi tetap diajak terlibat | ||
dalam kehidupan bisnisnya. Akhirnya, orang itu benar-benar | ||
berbalik dan merugikan kita. Kita marah karena kita merasakan | ||
kehilangan kepercayaan, padahal sesungguhnya badai itu memang | ||
kita undang sendiri. Oleh sebab itu, kita perlu bijak. | ||
Kadang-kadang ada orang yang berpikir dia bisa menghadapi | ||
badai -- orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri. Memang di | ||
dalam hidup ini kita mesti mempunyai keyakinan bahwa kita | ||
mempunyai kekuatan, tetapi keyakinan itu harus sampai batas | ||
tertentu saja. Kita tidak boleh meninggikan kekuatan kita di | ||
atas kekuatan Tuhan. Biasanya, waktu badai menerpa yang terjadi | ||
adalah kekuatan itu tiba-tiba tidak sanggup untuk mengatasi | ||
bencana itu. Kita berpikir kalau kita sering menolong orang yang | ||
sedang berduka, kita pasti bisa mengatasi kehilangan orang yang | ||
kita kasihi ini. Ternyata waktu hal itu terjadi pada diri kita, | ||
kita tidak sanggup. Kita sering berkata kepada orang-orang, | ||
"Jangan putus asa sewaktu kamu kehilangan pekerjaan, Tuhan akan | ||
sediakan pekerjaan untukmu." Kita bisa memberikan dorongan itu | ||
kepada orang lain, namun saat kita mengalami PHK, kita | ||
benar-benar jatuh dan tidak mempunyai kekuatan untuk bangkit | ||
kembali. Di situlah kita baru sadar kekuatan kita terhilang. | ||
Badai masuk dan merenggut kekuatan yang tadinya kita anggap kita | miliki. Ternyata kita tidaklah sekuat itu. |
T | : | Kadang-kadang pengalaman hidup yang selama ini lancar juga bisa |
membuat orang kebal terhadap badai, pasti terlindungi dan tidak | akan sampai mengalami kejatuhan. |
J | : | Konsep ini memang sering kali kita miliki sebagai orang beriman. |
Sebagai orang yang percaya pada Kristus, kita tahu Tuhan akan | ||
melindungi kita. Dan benar, dalam banyak hal Tuhan melindungi | ||
kita, namun kadang-kadang Tuhan membiarkan badai menerpa dan | ||
masuk dalam kehidupan kita. Tuhan tidak selalu menjadikan kita | ||
orang yang Ia lindungi terus-menerus dan akan mencegah badai | ||
masuk di dalam kehidupan kita. Ada kalanya Tuhan membiarkannya | ||
sehingga kita akhirnya harus mengakui bahwa badai dapat menerpa | ||
siapa saja termasuk pengikut Kristus. Tidak ada pengecualian; | ||
yang Tuhan janjikan bukannya kita tak pernah diserang badai, | ||
tapi yang Tuhan janjikan adalah penyertaan-Nya. Waktu kita | ||
menghadapi pencobaan, Dia akan menyediakan jalan keluar dan Dia | ||
juga berjanji kalau pencobaan itu tidak akan melebihi kekuatan | kita. |
T | : | Bukankah badai kehidupan itu sulit diprediksi datangnya? |
J | : | Betul. Badai yang terjadi di Amerika, baik Katrina, maupun Rita, |
beberapa hari sebelumnya, bahkan beberapa minggu sebelumnya | ||
sudah dapat diprediksi. Tapi badai kehidupan tidak dapat | ||
diprediksi sehingga kita harus menyadari dua sifat badai | ||
kehidupan. Pertama, datangnya sekonyong-konyong, tidak dapat | ||
kita duga. Artinya, kita tidak bisa mempersiapkan diri | ||
sesiap-siapnya untuk menghadapi badai kehidupan. Ada orang yang | ||
mempunyai anggapan bahwa dia bisa menangkal badai dengan | ||
menyiapkan hidup sesiap-siapnya. Semua hal dia kontrol, dia | ||
harus jaga, dia harus lindungi. Tapi faktanya, tidak ada yang | ||
bisa menahan sewaktu badai itu datang, kemunculannya dalam | ||
kehidupan juga tidak dapat diprediksikan. Sifat yang kedua | ||
tentang badai kehidupan adalah sering kali badai datang silih | ||
berganti, ini mirip dengan peristiwa yang terjadi di Amerika, | ||
baru saja badai Katrina melanda New Orleans di Lousiana kemudian | ||
datang lagi badai Rita. Sering kali badai kehidupan yang | ||
datangnya silih berganti membuat kita pada akhirnya merasa | ||
sungguh-sungguh tidak bisa bernafas dan kita benar-benar tidak | lagi mempunyai kekuatan untuk menghadapinya. |
T | : | Kalau silih berganti mungkin orang masih bisa tahan, tapi | bagaimana jika beruntun, seperti kisah Ayub? |
J | : | Banyak orang yang mengalami hal seperti itu. Kalau kita |
berbincang-bincang dengan orang yang pernah mengalami badai | ||
kehidupan yang parah, umumnya mereka akan berkata badai itu | ||
datangnya bukan hanya satu kali, tapi benar-benar beruntun. | ||
Silih berganti. Satu belum selesai, satu lagi datang; satu belum | ||
selesai satu lagi datang, kita benar-benar dibuatnya tak bisa | bernapas. |
T | : | Yang menarik, reaksi yang timbul berbeda-beda. Ada yang tetap |
bertahan walaupun mengalami badai beruntun. Ada juga yang bisa | ||
sampai terguncang dan mengalami stres yang luar biasa. | ||
Sesungguhnya, apakah memang ada tuntunan-tuntunan, paling tidak, | apa yang mesti kita lakukan ketika badai datang? |
J | : | Ada beberapa. Pertama, kita mesti menyadari bahwa hidup tidak |
berada dalam kendali kita. Ini sesuatu yang tampaknya sederhana, | ||
tapi kadang-kadang kita lupa bahwa hidup tidak berada dalam | ||
kendali kita. Contoh, ada orang-orang yang anaknya dijaga secara | ||
luar biasa. Meski sudah dewasa tetap disuruh tinggal, tidak | ||
boleh jauh-jauh, dia mau jaga semuanya. Seolah-olah hidup itu | ||
berada dalam kendalinya. Padahal faktanya tidaklah demikian. | ||
Banyak masalah bisa muncul dan kadang-kadang kita tidak bisa | ||
berbuat apa-apa tentang hal itu. Benar-benar sebuah ilusi bahwa | ||
kitalah yang mengontrol hidup. Pada akhirnya, kita harus datang | ||
kepada Tuhan yang memegang kendali atas hidup ini. Artinya, | ||
datang kepada Dia dengan rasa aman; bahwa apa pun yang terjadi, | ||
Tuhan ada bersama dengan kita dan Dia sudah berjalan di depan | ||
kita sebelum badai itu datang. Kita harus yakin. Sering kali | ||
orang-orang yang telah berhasil melewati badai, ketika melihat | ||
ke belakang, mereka berkata, "Entah mengapa Tuhan sudah | ||
mempersiapkan kami. Ada hal-hal yang terjadi sebelumnya yang | ||
membuat kami sadar, bukan kebetulan kalau hal-hal itu terjadi | ||
untuk mempersiapkan kami menyambut badai itu." Dengan kata lain, | ||
kesimpulannya adalah Tuhan sudah berjalan di depan kita sebelum | ||
badai datang. Inilah penghiburan dan kekuatan kita. | ||
Yang kedua, kita mesti menyadari bahwa kita tidak selalu kuat. | ||
Kadang-kadang kita terlena, kita beranggapan sekarang sudah | ||
kuat, bisa menghadapi hidup, apa pun masalah yang akan datang | ||
dalam hidup bisa kita atasi. Faktanya adalah hari ini kita kuat, | ||
besok kita lemah. Kita tidak selalu kuat, kekuatan kita tidak | ||
selalu sama hari lepas hari, ada hari-hari tertentu di mana kita | ||
kuat, tapi ada juga hari-hari ketika kita lemah. Mengapa? Sebab | ||
hidup kita pun tidak selalu sama dan monoton, kadang-kadang ada | ||
hal yang mengguncangkan kita dan membuat kita kehilangan | ||
keseimbangan. Dalam kondisi seperti itu, kita akan lebih lemah, | ||
kita harus menyadari itu. Maka yang harus kita lakukan adalah | ||
datang dan mendekat selalu kepada Tuhan yang perkasa. Kita harus | ||
ingat bahwa yang kuat adalah Tuhan, bukan kita. Secara berkala | ||
Tuhan akan mengingatkan kita akan hal ini dengan menghadirkan | ||
situasi yang menyadarkan kita bahwa kita tidak kuat. Kita | ||
dipaksa untuk kembali bergantung kepada Tuhan yang adalah sumber | kekuatan kita itu. |
T | : | Apakah ada tuntunan yang lain? |
J | : | Yang ketiga, hiduplah dengan problem, ini harus kita sadari. Hidup dengan problem, bukan di luar problem. A |