Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Relasi Orang Tua Dan Anak Di Hari Tua

Edisi C3I: e-Konsel 128 - Mendampingi Para Lanjut Usia

Ringkasan tanya jawab dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut mengutarakan bagaimana anak dan orang tua hendaknya menjalin relasi supaya ketika orang tua mulai berusia senja relasi mereka tetap terbina dengan baik.

T : Kalau kita perhatikan, hubungan orang tua yang sudah lanjut
usia dengan anaknya itu ada yang baik, harmonis, dan kelihatan
akrab. Tapi ada juga yang hubungannya tidak baik, bahkan
kadang-kadang bermusuhan. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
T : Hubungan orang tua-anak sudah tentu berawal sejak anak masih
kecil. Hubungan itu dapat dilukiskan seperti tumpukan batu bata
yang nantinya membentuk sebuah dinding. Jadi, kita mesti menaruh
satu batu di atas batu yang lain. Kalau sejak awal relasi orang
tua-anak itu baik, besar kemungkinan di masa selanjutnya relasi
mereka pun baik. Namun, tidak selalu demikian. Adakalanya relasi
mereka hanya baik di masa kecil anak-anaknya. Memasuki masa
remaja, mulai terjadi pergolakan sehingga relasi merenggang.
Jika dalam masa pergolakan itu orang tua melakukan hal-hal yang
menyakiti hati si anak sehingga terluka, anak akan membawa luka
itu sampai agak tua. Atau misalnya, ketika anak memasuki usia
dewasa, orang tua kecewa berat karena anak memilih pasangan yang
berkebalikan dari yang diharapkan orang tua sehingga relasi
orang tua dan anak merenggang kembali. Jadi, jika pada masa
sebelumnya relasi orang tua dengan anak itu baik, lebih besar
kemungkinan di masa tua relasinya juga akan tetap baik. Tapi
kalau masa sebelumnya buruk, pada masa tua dapat dipastikan
relasinya juga akan tetap buruk.
T : Kadang-kadang, yang terjadi setelah pernikahan, hubungan anak
dengan orang tuanya menjadi buruk karena pengaruh pasangannya.
Betulkah demikian?
J : Sudah tentu kehadiran orang lain dalam keluarga, tidak bisa
tidak, akan menimbulkan perubahan relasi sebab si anak sekarang
harus membagi dirinya untuk pasangan dan orang tuanya. Sebagai
orang tua pun sekarang kita tidak lagi mempunyai hak atau
jangkauan yang sama terhadap anak kita. Begitu sudah
berkeluarga, mereka mempunyai kehidupan yang terpisah dari
kehidupan kita dan kita mesti menghormatinya. Adakalanya orang
tua dan anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik pada
masa-masa ini, akibatnya relasi menjadi buruk. Tetapi sering
kali orang tua mengambil gampangnya, yaitu dengan mudah
menyalahkan menantunya. Memang sudah tentu ada kasus-kasus di
mana hal ini disebabkan oleh menantunya yang terlalu menguasai
dan memberi pengaruh buruk pada si anak. Tapi sebelum
menyalahkan menantu, kita mesti menyadari bahwa mungkin ini
adalah bagian dari penyesuaian yang kita dan anak kita harus
lakukan. Kalau akhirnya kita bisa menghormati batas
masing-masing, besar kemungkinan kita akan memasuki hari tua
dengan baik serta mempunyai relasi yang sehat dengan anak-anak
kita.
T : Sebagai anak, sering kali kita mengharapkan orang tua yang
ideal. Tapi karena tidak terpenuhi, akhirnya hal tersebut
mengganggu hubungan orang tua dan anak. Bagaimana menyikapinya?
J : Sebagai anak kita mesti menerima orang tua apa adanya.
Adakalanya kita tidak suka, tidak bisa menerima bagian tertentu
dari hidup orang tua kita, tapi kita terus mencoba mengubahnya
sehingga terjadi pertengkaran. Orang tua memang peka dengan
sikap-sikap anak yang dianggap kurang ajar. Ini sering kali
menimbulkan masalah sebab belum tentu si anak atau pihak yang
lebih muda itu kurang ajar. Bisa jadi si anak hanyalah
mengutarakan pendapat atau isi hatinya, tapi orang tua langsung
menilai anaknya kurang ajar. Mengapa demikian? Karena pada masa
tua, orang tidak lagi merasa berguna, berharga, dibutuhkan, dan
merasa sudah tersingkirkan dari kehidupan ini. Tapi mereka masih
ingin diikutsertakan di dalam kancah kehidupan. Jadi, kalau
orang tua kita memang mempunyai sikap-sikap yang tidak lagi kita
inginkan dan kita ingin mengubahnya, berhati-hatilah sebab orang
tua cenderung sensitif di masa tuanya. Daripada mencoba mengubah
dan akhirnya mengobarkan api pertengkaran di antara kita, ya
sudah diam saja.
T : Sering kali orang tua merasa sudah banyak berjasa kepada anaknya
dan sekarang mengharapkan balas jasa dari anaknya, tidak dalam
bentuk permintaan, tapi tuntutan. Benarkah demikian?
J : Di hari tuanya, orang tua seolah-olah ingin menguji seberapa
besar cinta dan pengorbanan anak untuknya. Orang tua sering kali
menuntut melebihi batas yang biasa dia minta sebelumnya. Jika
anak memberikannya, dia akan senang dan menganggap anaknya masih
menyayanginya. Anak harus sadar bahwa orang tua membutuhkan
lebih banyak bahasa atau ungkapan-ungkapan nyata bahwa anak-anak
mengasihi dan tetap memerhatikan serta menghormati mereka. Satu
hal yang perlu diingat, corak relasi orang tua-anak sangat
ditentukan oleh corak relasi mereka di fase-fase sebelumnya.
Kalau di masa lalu orang tua terlalu otoriter, berbicara searah,
tidak memberi kesempatan anak mengutarakan pendapatnya, corak
ini akan dipertahankan sampai hari tua. Bisa jadi anak tidak
terima, tapi karena dulu dia masih muda dan masih bergantung
kepada orang tua dia diam saja. Sekarang di hari tua, orang
tuanya otoriter, tidak memberikan kesempatan untuk berbicara,
apa yang anak akan lakukan? Dia berhenti mengunjungi orang
tuanya, mungkin hanya akan datang setahun sekali. Maka bagi
orang tua penting sekali untuk mempersiapkan dan menjaga relasi
di masa awal. Itu sebabnya, ada orang tua yang kesepian di hari
tua, tidak ada anak-anak yang mau dekat dengannya.
T : Adakah faktor lain yang harus diperhatikan untuk membina relasi
yang baik antara orang tua dan anak?
J : Baik orang tua maupun anak mesti menyadari bahwa ketika kita
tua, kita akan cenderung menjadi seperti anak-anak. Mengapa?
Karena kita dibatasi oleh keterbatasan atau kelemahan fisik,
jadi kita harus bergantung kepada orang lain. Misalnya, meminta
anak untuk mengantarkan pergi ke suatu tempat atau menolong
melakukan sesuatu bagi kita. Di sini orang tua bergantung pada
kerelaan anak. Jika relasi dengan anak tidak akrab, dapat
dimengerti bahwa di masa tua relasi orang tua-anak akan
menjadi canggung karena tidak terbiasa meminta bantuan anak.
Kalau memang ini yang terjadi, sebaiknya orang tua berani
mengakui kesalahannya. Kesempatan berbuat benar itu diwajibkan,
baik kepada yang muda maupun kepada yang tua. Kalau kita tahu
kita salah, jangan ragu untuk meminta maaf pada anak-anak.
T : Kalau seandainya hubungan orang tua-anak itu terbina dengan baik
sejak awal, bisakah dijamin bahwa hubungan mereka tetap tidak
bermasalah?
J : Belum tentu. Kehidupan ini selalu dinamis dan akan ada hal-hal
yang baru. Misalnya, relasi orang tua-anak itu sebetulnya baik.
Ada kemungkinan karena orang tua itu sayang pada anaknya, baik,
dan tidak mau mengganggu menantunya, dia merasa dirinya telah
menjadi beban buat anaknya. Merasa bersalah bila meminta sesuatu
kepada anaknya, akhirnya diam-diam tidak mau memberitahu
apa-apa. Di sini diperlukan sensitivitas kedua belah pihak. Anak
perlu melihat apa yang dibutuhkan orang tua, sebaliknya orang
tua pun perlu sensitif untuk tidak sembarangan menambah beban
anak. Orang tua tidak perlu merasa bersalah kalau harus meminta
bantuan anak. Dengan demikian, anak pun nanti merasa lebih bebas
untuk memberikan bantuan. Biasakanlah sebuah keterbukaan. Jangan
sungkan untuk meminta kepada anak kalau mempunyai kebutuhan.
T : Bagaimana dengan orang tua yang memang tidak mau merepotkan anak
sehingga memilih masuk ke panti jompo, padahal anak-anaknya
mampu? Akankah anak merasa tersinggung?
J : Ternyata memang ada sebagian yang tidak mau, tapi dipaksa karena
tidak ada yang merawat di rumah. Namun, cukup banyak yang memang
memilih untuk masuk ke panti jompo. Mengapa? Karena mereka
merasa bahagia, ini tempatnya, mempunyai banyak kawan-kawan yang
senasib, bisa saling cerita. Sebagai anak, kita mesti memikirkan
kepentingan orang tua pula. Kalau memang orang tua ingin masuk
ke panti jompo, kita mesti menghormati keinginan itu, jika itu
adalah hal yang baik buatnya. Tapi kalau mereka tidak mau dan
kita masih bisa merawatnya, kita rawat sendiri.
T : Apa firman Tuhan, khususnya untuk anak-anak, yang sesuai dengan
topik ini?
J : Efesus 6:2, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu
perintah yang penting seperti yang nyata dari janji ini, supaya
kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi ini." Tidak terlalu
sering firman Tuhan itu memberikan janji, berkat, setelah Tuhan
memberikan perintahnya. Tapi di sini kita bisa melihat Tuhan
memberikan perintah diikuti dengan sebuah janji berkat. Ini
perintah Tuhan; menghormati orang tua bukan sekadar
menganggukkan kepala. Menghormati orang tua artinya
memperlakukan mereka dengan penuh kasih, merawat dan melindungi
mereka, terutama di hari tua di mana mereka sudah lemah dan
terbatas.
Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T196B
Penerbit: 
--

Komentar