Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Wanita dan Depresi
Submitted by admin on Sat, 15/06/2002 - 00:00
WANITA DAN DEPRESI
Mengapa kaum wanita lebih rawan merasa cemas atau khawatir sehingga mereka lebih mudah dihinggapi rasa depresi? Langkah-langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi depresi tersebut? Untuk mengetahui jawaban kedua pertanyaan tersebut, silakan menyimak perbincangan Pdt. Dr. Paul Gunadi dengan dua orang penanya berikut ini (T & I).
------- T: Pada perbincangan kali ini saya ingin menanyakan sikap atau keadaan/kondisi dari seorang istri atau wanita pada umumnya. Namun karena ini perbincangan keluarga mungkin lebih baik saya memfokuskan pada kehidupan istri. Yang kadang-kadang sukar saya mengerti, di saat-saat yang tidak terduga itu seorang istri itu bisa murung bahkan bisa uring-uringan seolah-olah ada sesuatu yang menekan kehidupannya. Tetapi kalau ditanya juga dia sulit menerangkan itu. Sebenarnya itu menunjukkan gejala apa, Pak? J (Paul): OK! Sebelum saya jawab mungkin saya bisa langsung tanya kepada Ibu yang ada di sini. Apakah betul begitu, Bu? I: Ya, benar. Kadang-kadang nggak tahu alasannya kenapa kita itu merasa tidak enak, rasanya serba salah gitu. Melihat situasi itu mau nggak mau kita itu jadi murung, Pak. J: Begitu ya, OK! Saya teringat satu ayat yang sudah kita kenal, diambil dari Matius 6:25, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" Memang meskipun Tuhan memberikan ayat ini atau Firman-Nya kepada semua manusia, walaupun demikian kita lihat bahwa ternyata wanita lebih rawan terhadap kekhawatiran. Jadi kalau kita bicara mengenai kemurungan atau secara klinisnya disebut depresi, ternyata perempuan lebih mudah menderita depresi dibandingkan pria dan bahkan angka perbandingannya itu 2:1. Mengapa perempuan itu lebih mudah terkena depresi? Sebab begini, wanita itu lebih mudah khawatir dibandingkan pria. Nah kecemasan adalah faktor yang benar-benar membawa seseorang akhirnya masuk ke lembah depresi. Jadi kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya 'anxiety' itu sangat dikaitkan dengan gangguan depresi. Karena wanita itu lebih rawan merasa cemas, otomatis wanita itu juga lebih mudah dirundung oleh depresi itu sendiri. ------- T: Atau karena ciri seseorang wanita yang main perasaan ya, Pak? J: Saya kira itu berpengaruh besar sekali. Tidak bisa tidak, kecemasan itu berkaitan sekali dengan perasaan. Unsur cemas memang adalah unsur emosi. Jadi karena wanita lebih peka dengan emosinya, wanita juga akhirnya lebih juga peka terhadap perasaan- perasaan cemasnya. Tapi sebetulnya perbedaan ini atau kerawanan wanita terhadap depresi bukan saja dipengaruhi oleh faktor emosi. Begini, wanita secara kognitif atau cara berpikirnya memang memiliki keunikan dan berlainan dengan pria. Jadi wanita itu memang cenderung melihat hidup atau peristiwa atau apa yang dialaminya dari segi detail. Wanita akhirnya memang cenderung melihat lebih banyak, sedangkan pria kita katakan cara berpikirnya cenderung global atau tidak detail. Jadi misalkan kalau saya gunakan perumpamaan, pria itu akan melihat kebun sedangkan wanita akan melihat pohon mangga, akan melihat ada bunga mawar, ada bunga anggrek. Nah otomatis bisa disimpulkan bahwa orang yang melihat lebih detail, akan juga lebih mudah dirundung oleh kekhawatiran karena informasi yang dia miliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaan dia. Sedangkan pria kurang begitu peka terhadap yang kecil-kecil itu tadi. ------- T: Kemudian langkah-langkah apa yang harus diambil seorang istri kalau mengalami depresi? J: Begini, saya menganjurkan istri itu mesti mendapatkan kesempatan bicara, jadi si suami perlu menyediakan telinga dan waktu untuk menerima keluhan-keluhan dari si istri. Nah ini kadangkala sukar untuk dilakukan oleh si suami sebab suami akan berkata: "Kenapa hal kecil seperti ini engkau pikirkan, kenapa engkau risaukan hal yang tidak ada artinya ini, nah salahmu sendiri." Jadi seolah- olah si suami ini secara tidak langsung berkata: "Ini akibat ulahmu sendiri, engkau ini depresi." Nah saya kira suami perlu memahami bahwa memang inilah komposisi wanita secara jasmani, secara kognitif, secara pikiran, wanita itu memang akan lebih dimudahkan menderita gangguan depresi. Nah, yang paling tepat dan yang paling penting adalah langkah pertama: si istri harus bisa bicara, harus bisa mengeluarkan perasaannya. Mungkin Ibu akan bertanya: Bagaimana kalau suaminya nggak mau dengarkan? Ya kalau si suami tidak bersedia mendengarkan dan kalau bicara dengan suami akhirnya memicu pertengkaran yang lebih hebat, saya sarankan istri bicara dengan teman wanita yang lainnya, jangan bicara dengan teman pria tapi bicaralah dengan teman wanita yang lain atau dengan hamba Tuhan di gereja kita. Ceritakan, sebab waktu kita mengeluarkan uneg-uneg itu, sangat besar sekali dampaknya bagi yang sedang mengalami himpitan itu. Tegangan yang dirasakan sebelumnya akan menurun dan itu akhirnya akan menolong wanita untuk berpikir lebih jernih. ------- I: Atau mungkin juga cara yang lain, misalnya bersekutu dengan Tuhan dan membaca Firman Tuhan? J: Sangat-sangat baik, Bu. Tuhan sendiri pun sudah berkata, "Carilah dahulu kerajaan sorga dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Dengan kata lain wanita tidak boleh terkungkung di dalam kelemahannya dengan mengatakan, "Memang saya begini, memang saya wanita mudah cemas. Kan kamu sebagai suami juga sudah mengerti bahwa wanita ini memang rawan terhadap kecemasan karena lebih melihat yang detail dan lebih memandang yang jauh, nah seharusnya kamu mengerti saya dong!" Ya betul suami harus mengerti tapi di pihak lain jangan sampai terjebak di dalam kelemahan ini. Wanita juga harus mengalahkannya dengan cara yang Ibu katakan tadi, lebih menyerahkan semuanya didalam doa, lebih menyerahkan bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang perkasa dan bisa membantu kita.