Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pengajaran Konseling Seharusnya Benar-Benar Alkitabiah
Edisi C3I: e-Konsel 108 - Memberi Pengajaran Melalui Konseling Alkitabiah
Pengajaran yang diberikan dalam konseling seharusnya tidak hanya berdasarkan Alkitab dan akurat menurut Alkitab, melainkan juga cocok untuk masing-masing konseli baik dalam soal materi maupun metodenya.
Isi Pengajaran Haruslah Tepat
Saya pernah menyaksikan beberapa konselor mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan mereka katakan kepada konseli, kemudian mereka pun menyampaikan pengajaran tadi tanpa memastikan apakah hal tersebut relevan dengan kebutuhan orang itu atau tidak. Hal ini hanya akan membuang-buang waktu saja; sebab kendatipun nasihat tersebut mungkin berdasarkan Alkitab dan akurat, namun tidak bermanfaat bagi proses perubahan dalam kasus tersebut. Untuk menghindari kesalahan semacam ini, kita harus menyadari aspek-aspek penting yang terdapat dalam situasi setiap konseli dan menggunakan informasi tersebut untuk membuat pengajaran yang sesuai.
Pertama-tama, pengajaran kita harus cocok dengan kecemasan- kecemasan konseli saat itu. Walaupun kita sendiri mungkin merasa bahwa ia membutuhkan pengajaran tertentu (yang tidak disadari oleh konseli dan tidak memintanya), langkah terbaik yang harus dilakukan adalah dengan sejak awal mengajarkan kepadanya isu-isu yang sudah ia kemukakan. Dari situ bangunlah jembatan menuju soal-soal penting yang kita anggap perlu untuk dibahas. Mulailah dari titik di mana semua itu berada, lalu giringlah ke arah di mana semua itu seharusnya ada.
Kita juga perlu mempertimbangkan kondisi emosional konseli. Kita mungkin perlu menentukan pengajaran apa yang dapat ia atasi secara emosional pada taraf tertentu dalam konseling. Misalnya, seseorang yang sedang bingung secara emosional biasanya tidak siap mendengar teguran yang keras ataupun memberikan tanggapan sebagaimana mestinya. Dalam kasus-kasus semacam ini, kita seharusnya terlebih dahulu berusaha membawa konseli ke taraf stabilitas emosional tertentu sebelum kita menghadapinya secara lebih langsung.
Pengajaran yang akurat dan alkitabiah juga memperhitungkan kematangan rohani konseli. Ibrani 5:12-14 menjelaskan bahwa orang-orang Kristen yang tidak dewasa hanya dapat menerima "susu" rohani saja, namun mereka yang dewasa mampu menerima "makanan keras". Sama seperti seorang guru matematika yang tidak mungkin dapat mengajarkan kalkulus kepada murid-muridnya yang baru bisa membilang, suatu langkah yang sangat besar; demikian pula halnya kita tidak dapat mengharapkan seorang konseli yang terbiasa mencerna makanan bayi rohani untuk memakan sepotong kecil daging. Dengan mereka yang belum dewasa secara rohani, kita perlu melangkah sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan menuju ke kebenaran-kebenaran yang lebih dalam.
Akhirnya, supaya pengajaran yang diberikan tepat, kita harus mengetahui kesediaan konseli menerima nasihat. Yesus berkata, "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak- injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu" (Matius 7:6). Mungkin ada saat di mana Anda menyajikan kebenaran kepada konseli tetapi ternyata ia tidak mau menerimanya. Di saat seperti itu kita lebih baik menarik bagian tertentu dari pengajaran tersebut daripada memaksakannya kepada konseli apabila kita tidak menghendaki pengajaran diakhiri oleh perdebatan yang sia-sia (bandingkan dengan Titus 3:9-10). Untuk sementara, bahaslah isu lain. Siapa tahu Tuhan berkenan membuka hatinya bagi bagian terdahulu dan Anda dapat kembali membicarakan bagian tersebut nantinya dalam pertemuan itu juga atau dalam pertemuan lain.
Metode Pengajaran yang Dipilih Haruslah Tepat
Pengajaran dalam konseling harus sesuai dengan situasi konseli, terutama dalam soal metode penyampaiannya. Yesus, sebagai guru dari para konselor dan seorang guru, mempergunakan beraneka metode pengajaran (bandingkan Matius 5:1-2; 16:13-20; 21:19-21). Demikian pula para para rasul (bandingkan Lukas 1:3-3; Kisah Para Rasul 20:31). Para konselor alkitabiah mempunyai banyak metode penyampaian yang siap pakai, yaitu metode-metode yang konsisten dengan contoh para guru besar dalam Alkitab. Ada pengajaran yang diberikan sewaktu konseling, dan ada pula yang diajarkan di luar acara konseling melalui berbagai jenis pekerjaan rumah. Berikut ini terdapat beraneka cara penyampaian kebenaran Alkitab kepada konseli.
Kuliah: konselor memberikan pengajaran dari Alkitab mengenai isu tertentu yang ada di acara konseling itu.
Pengamatan: konseli mengamati konselor atau orang lain yang merupakan panutan yang baik di berbagai bidang yang berusaha diatasinya.
Pengalaman: konseli belajar dengan cara menjalankannya. Metode pengajaran seperti ini benar-benar harus dipilih. Alkitab mengajarkan bahwa kita tidak dapat benar-benar belajar tanpa berbuat (bandingkan dengan Yakobus 1:22-5), demikian pula menumpuk informasi saja mengenai konseli tidak pernah cukup bagi kita. Kita perlu memberinya kesempatan (dalam setiap acara konseling dan melalui tugas-tugas pekerjaan rumah) untuk mempraktikkan pengetahuan yang diperolehnya ke dalam praktik.
Riset: konseli menyelesaikan tugas mempelajari topik- topik yang relevan dengan permasalahannya.
Diskusi: konseli berbicara secara terbuka mengenai isu tersebut dengan konselor dan orang-orang lain yang berpengetahuan.
Pertanyaan: konselor memakai metode Socrates untuk membawa konseli pada suatu kesimpulan melalui berbagai tanggapan konseli sendiri.
Tugas membaca: konseli membaca buku-buku yang ditugaskan (atau mendengarkan pita-pita rekaman) dan menuliskan apa yang dipelajarinya. (Hal ini dapat dikerjakan sewaktu konseling berlangsung atau sebagai pekerjaan rumah).
Evaluasi: konseli mengevaluasi dan menilai suatu pernyataan, pemikiran, atau praktik.
Pengungkapan Diri: konselor menghubungkan semua pengalaman pribadinya yang relevan dengan masalah-masalah konseli.
Penggambaran: konselor menggunakan contoh-contoh untuk membantu konseli memahami suatu kebenaran atau untuk menantangnya supaya berpikir lebih mendalam tentang kebenaran tersebut.
Dramatisasi: konselor memeragakan soal-soal berinteraksi antarpribadi untuk memperhatikan berbagai contoh dari komunikasi yang efektif, juga segala konsekuensi dari komunikasi yang buruk.
Wawancara: konseli didorong untuk menanyai orang-orang yang berpengetahuan di bidang tertentu atau sebaliknya yang tidak unggul di bidang tersebut.
Menggunakan beraneka metode pengajaran adalah bermanfaat, sebab cara orang belajar itu berbeda-beda, dan ada orang-orang tertentu yang akan dapat menangkap pelajaran lebih baik apabila diberikan melalui metode tertentu ketimbang metode lain. Misalnya, ada orang-orang yang lebih mudah memahami pelajaran dengan cara mendengarkan pita kaset ketimbang membaca buku; sementara orang lain lebih banyak mendapatkan pelajaran melalui pengamatan ketimbang apabila ia belajar memakai cara lain. Konselor alkitabiah sebaiknya mencoba mengenali metode atau metode-metode pengajaran yang tampaknya paling menguntungkan bagi setiap konseli.
Ayat-ayat berikut ini tentunya akan berguna apabila kita hendak mempelajari lebih jauh cara memberikan pengajaran yang alkitabiah. Amsal 15:1,4; 16:21,24; Kisah Para Rasul 20:31; Galatia 6:1; 1 Tesalonika 4:9-10; 1 Timotius 3:3; 4:6; 5:1-2; 6:2,13; 2 Timotius 1:6; 2:16-17, 23-24; 4:1; Titus 2:6-9,15; 3:1
Sumber diambil dan diedit dari: | ||
Judul Buku | : | Pengantar Konseling Alkitabiah |
Judul Artikel | : | Pengajaran Seharusnya Benar-Benar Alkitabiah |
Penulis | : | John F. MacArthur, Jr. dan Wayne A. Mack |
Penerbit | : | Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2002 |
Halaman | : | 319 - 322 |