Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Anak Adopsi

Edisi C3I: e-Konsel 187 - Anak Adopsi

Kesiapan

Sebelum mengadopsi anak, kita mesti siap menerima kedatangannya di dalam kehidupan kita. Ada orang yang mengadopsi anak namun tidak siap untuk mengakomodasi kehadiran anak dalam jadwal kehidupannya. Anak langsung diserahkan kepada perawat. Kita pun harus siap menerima kehadiran anak yang bukan dari darah daging sendiri -- bentuk fisiknya mungkin akan sangat berbeda dari kita dan sifat atau tabiatnya juga berlainan. Dengan kata lain, kita selayaknya menyiapkan diri untuk menghadapi perbedaan ciri -- baik itu ciri fisik maupun ciri kepribadian.

Selain kedua hal di atas, ada beberapa hal teknis yang mesti kita pertimbangkan dalam mengadopsi anak.

  1. Sebaiknya kita mengadopsi anak sejak bayi sehingga terjalin ikatan yang kuat antara anak dan orang tua.

  2. Kita harus memastikan kesiapan pribadi untuk mengadopsi anak sesuai jenis kelamin yang diharapkan. Ada orang yang lebih nyaman dengan anak perempuan atau sebaliknya.

  3. Sebaiknya anak adopsi diberitahukan status sebenarnya pada waktu ia berusia di bawah 10 tahun, sehingga kalaupun harus terjadi pergolakan, hal itu akan terjadi pada usia kanak-kanak, bukan remaja.

  4. Jika harus terjadi kontak dengan orang tua kandung, sebaiknya itu terjadi sewaktu anak sudah mendekati usia akil balig untuk mencegah terjadinya kerancuan.

Tuhan tidak membedakan anak -- baik anak yang dibesarkan orang tua kandung atau bukan. Samuel dibesarkan oleh Imam Eli, bukan oleh ibunya, Hana, namun Tuhan memberkati dan memakai Samuel. Nama Samuel berarti "aku telah memintanya dari Tuhan" (1 Samuel 1:20). Inilah yang Hana katakan, "Untuk mendapat anak inilah aku berdoa dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan." (1:27-28)

Hampir semua anak adopsi tahu bahwa ia bukanlah anak kandung orang tuanya. Kadang ini terlihat dari ciri fisik yang begitu berbeda, namun ada kalanya perasaan ini muncul dengan sendirinya. Itu sebabnya jauh lebih baik bila ia diberitahu status sebenarnya pada waktu ia masih kecil. Sama seperti anak lain, anak adopsi tidak harus menimbulkan masalah, namun orang tua mesti mewaspadai hal-hal berikut ini.

Ketertolakan dan Kemarahan

Anak adopsi cenderung mengembangkan rasa ketertolakan -- bagaimanapun ia diserahkan orang tuanya kepada orang lain. Rasa ketertolakan berpotensi membuatnya merasa tidak berharga dan berpandangan negatif terhadap dirinya. Itu sebabnya kita mesti ekstra peka dalam mengasuhnya. Jika rasa ketertolakan berlanjut, ia dapat memberontak dan berusaha menjauhkan diri dari keluarga. Pada dasarnya, isi dari ketertolakan adalah kesedihan dan kemarahan. Ia pun dapat merasa tertipu sebab selama ini ia merasa sebagai anak kandung.

Rasa Tidak Aman

Anak adopsi cenderung membandingkan diri dengan anak lain dan berupaya terlalu keras untuk membuktikan bahwa ia layak dikasihi dan menjadi bagian dari keluarga yang mengadopsinya. Ia merasa tidak diinginkan oleh orang tua kandung, jadi sekarang ia berusaha keras mendapatkan penerimaan ini. Perilaku ini tidak sehat dan berpotensi menimbulkan masalah karena dengan mudah ia dapat kehilangan jati dirinya dan terjebak dalam perilaku menyenangkan orang secara membabi buta.

Ketersesatan

Anak adopsi bisa pula merasa terhilang dalam hidup sebab tiba-tiba ia merasa sebatang kara. Tanpa penjagaan dan kasih yang kuat, ia dapat melakukan hal-hal yang salah karena kehilangan arah hidup. Ia beranggapan tidak ada seorang pun yang sungguh peduli kepadanya, jadi mengapakah ia harus memedulikan perasaan orang lain.

Tindakan Orang Tua

  1. Orang tua mesti memperlakukan anak adopsi seperti anak kandung karena fakta inilah yang akan berbicara kepadanya tatkala ia tengah mengalami pergolakan.

  2. Orang tua harus kuat bertahan dan tidak terjebak ke dalam upaya anak menguji batas kesabaran. Anak adopsi kadang berperilaku buruk seolah-olah meminta untuk ditolak kembali -- jadi, menggenapi "nasib" sebagai anak yang terbuang.

  3. Orang tua tetap mesti mendisiplinnya dan tidak boleh memperlakukannya secara khusus. Kasih dan disiplin harus diberikan secara seimbang.

Firman Tuhan: Yefta adalah anak yang terbuang dan akhirnya menjadi anak berperilaku buruk (Hakim-Hakim 11:1-4). Anak adopsi bukanlah anak yang terbuang; sebaliknya, anak adopsi adalah anak yang terselamatkan. Tuhan menyelamatkan dan memberinya keluarga yang baru.

Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T199A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.

Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau < TELAGA(at)sabda.org >.

Atau kunjungi situs TELAGA di:
==> http://www.telaga.org/audio/anak_adopsi

Sumber
Judul Artikel: 
TELAGA - kaset No. T199A (e-Konsel Edisi 187)

Komentar