Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bab II Tentang Yesus Kristus

II. TENTANG YESUS KRISTUS

  1. Mengapa Yesus harus dilahirkan melalui anak dara Maria?
  2. Apakah yang dimaksud dengan "Pengharapan Mesias"?
  3. Apakah makna kelaharian Tuhan Yesus?
  4. Bilamana Yesus dilahirkan?
    Apakah Dia dilahirkan pada tanggal 25 Desember?
  5. Siapakah yang menyalibkan Tuhan Yesus?
    Mengapa Ia harus disalibkan dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian-Nya?
  6. Bilamana Tuhan Yesus datang kembali? Sanggupkah manusia menghitung hari atau saat kedatangan-Nya


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Mengapa Yesus harus dilahirkan melalui anak dara Maria?

Sejak zaman dahulu, kaum skeptis mengarahkan serangan-serangan mereka atas ajaran Alkitab tentang kelahiran Yesus melalui anak dara Maria. Mereka terus-menerus bertanya: "Bagaimana hal itu mungkin? Bukankah hal itu bertentangan dengan hukum biologi?"

Sebetulnya pertanyaan ini sudah diucapkan oleh Maria tatkala malaikat Gabriel mengunjunginya. Maria bertanya: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Luk 1:34*). Dan pertanyaan itu pun sudah dijawab oleh Gabriel sebagai berikut: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Luk 1:35*). Penjelasan yang sama akan diberikan kepada Yusuf: "... anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus ..." (Mat 1:18-25*).

Jawaban tersebut sangat jelas dan tegas. Bahwa Roh Kuduslah yang memungkinkan Maria mengandung dan melahirkan Yesus. Namun sangat disayangkan, banyak golongan skeptis yang dipengaruhi oleh aliran teologi modern yang masih menanyakan pertanyaan tersebut dan meragukan hal kelahiran Yesus melalui perawan Maria. Mungkin mereka tidak membaca Alkitab, sehingga tidak mengetahui jawaban Gabriel tersebut. Atau mereka sudah membacanya, tetapi tidak mempercayai Firman Tuhan.

Memang kelahiran Yesus melalui anak dara merupakan suatu mujizat secara biologis, yang menyatakan bahwa Yesus adalah unik di antara umat manusia, sesuai dengan pernyataan-Nya bahwa Ia adalah Anak Allah yang tunggal, yang secara mutlak tidak berdosa. Inilah suatu doktrin yang penting di dalam kekristenan. Maka, pengakuan Iman Rasuli dengan tegas menyatakan bahwa "Aku percaya ... kepada Tuhan Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria ..." C.S Lewis menyebut kelahiran Yesus adalah "the grand miracle" (mujizat yang agung).

Alkitab secara harafiah mencantumkan kelahiran Yesus melalui anak dara dan menjadikan hal ini sebagai bagian yang intergal di dalam seluruh rencana Allah untuk menyelamatkan manusia:

  1. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa dan dijatuhi hukuman oleh Tuhan, maka janji keselamatan telah diberikan kepada manusia, dimana Tuhan berfirman bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala iblis (Kej 3:15*). Maka penyelamat manusia yang akan menghancurkan kuasa iblis, kuasa dosa dan kuasa kematian, bukan dari keturunan lelaki (secara biologis, seluruh manusia dilahirkan sebagai keturunan lelaki), tetapi dari keturunan perempuan. Janji ini di bidang teologi di sebut "Protevangelium."

  2. Dalam Yesaya 7:14*, Protevangelium ini dijelaskan sebagai berikut: "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Immanuel." Istilah "perempuan muda" di sini boleh diterjemahkan sebagai "perawan" atau "anak dara" (NIV "Virgin"), yang secara logis adalah "perempuan" yang terdapat di dalam Kej 3:15*. Lebih dari itu, Injil Mat 1:23* mencantumkan bahwa kelahiran Yesus adalah penggenapan Yes 7:14*.

  3. Dalam Alkitab terdapat dua silsilah Kristus yang berbeda: Mat 1:1-16; Luk 3:23-38*. Matius memberikan urutan keturunan rajani dari Daud, Salomo dan seterusnya sampai ke Yekhonya (raja Yehuda terakhir). Inilah silsilah Yusuf, ayah Yesus. Tetapi Lukas memberikan silsilah Daud melalui Natan sampai ke Eli, yaitu ayah Maria. Untuk mewarisi takhta kerajaan Daud, Yesus harus menjadi anak Yusuf yang sah. Tetapi karena janji Allah di dalam Protovangelium tadi, Matius tidak mengatakan "Yusuf memperanakkan Yesus", melainkan mengatakan "Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria yang melahirkan Yesus" (Mat 1:16*). Maka tidak mungkin bagi Yesus untuk menjadi anak Yusuf yang sesungguhnya. Namun demikian, Yesus harus menjadi "keturunan Daud" agar Ia dapat mewarisi takhta kerajaan. Jalan buntu ini telah diselesaikan oleh kelahiran Yesus melalui anak dara Maria, istri Yusuf.

  4. Selanjutnya Injil Yohanes menyatakan bahwa "Firman", yaitu "Allah" telah menjadi manusia dan diam di antara kita" (Yoh 1:1,14*). Dengan jelas ayat-ayat ini memberitahukan bahwa kelahiran Yesus merupakan Allah "diam di antara kita" atau "Immanuel."

  5. Masih banyak ayat di dalam Perjanjian Baru yang menyatakan kelahiran Tuhan Yesus dari anak dara. Misalnya, rasul Paulus mengatakan: "Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Torat" (Gal 4:4*).

  6. Untuk layak menjadi Juru Selamat, Yesus harus bebas dari segala dosa, atau secara mutlak Ia tidak berdosa. Untuk tidak mewarisi sifat manusia yang tidak berdosa, kelahiran Yesus haruslah unik dari Roh Kudus, sehingga Ia boleh disebut "kudus, Anak Allah" (Luk 1:35*).

Kelahiran Yesus melalui anak dara merupakan suatu mujizat yang besar, yang hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Mereka yang meragukan doktrin ini berarti tidak percaya kuasa Allah atas ciptaan-Nya. Kalau Allah berfirman: "Jadilah terang!", lalu terang itu jadi (Kej 1:3*), mengapakah kita tidak mempercayai Allah yang sama menyebabkan inkarnasi Yesus melalui anak dara Maria?

Kami yakin taktala Yusuf mengetahui calon istrinya hamil, pastilah ia mengira bahwa Maria itu berzinah. Tetapi setelah diberi penjelasan oleh Gabriel, Yusuf percaya bahwa kehamilan Maria itu suatu mujizat Allah. Maka ia taat perintah malaikat tersebut, dan "Mengambil Maria sebagai istrinya" (Mat 1:24*). Semoga kaum skeptis modern mau membaca Alkitab tanpa prasangka. Kami yakin Roh Kudus pasti menerangkan doktrin ini kepada mereka.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Apakah yang dimaksud dengan "pengharapan Mesias"?

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah menjanjikan kedatangan Juru selamat ke dalam dunia. Hal ini telah menjadi pengharapan bagi semua Israel sepanjang zaman. Secara teologi pengharapan ini disebut "Pengharapan Mesias."

Mesias yang artinya "diurapi, adalah istilah bahasa Ibrani "Mashiach", yang sama dengan istilah Yunani "Kristos" yaitu "Kristus" di dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab adalah "Almasih" atau "Masih."

Dalam perjanjian Lama, orang-orang yang diurapi adalah orang-orang yang disiram dengan minyak khusus. Upacara itu biasanya menyatakan bahwa dia yang diurapi adalah seorang imam istimewa, misalnya seorang raja (2Sam 5:3) atau seorang imam (Im 4:16*), sedangkan pengurapan untuk nabi hanya terjadi atas diri Elisa (1Raj 19:16*).

Akan tetapi oleh karena Tuhan Yesus adalah yang terutama ditahbiskan atau diurapi oleh Allah bagi suatu pelayanan yang khusus, maka Dialah yang diberi gelar "Mesias" sehingga hanya Yesus yang kita sebut sebagai Kristus.

Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa janji yang penting perihal pengharapan Mesias ini, misalnya:

  1. Mesias sebagai keturunan perempuan (Kej 3:15*). Ayat ini biasanya kita sebut sebagai "Protevangelium." Karena janji ini, maka Adam menemui istrinya Hawa yang berarti "ibu semua yang hidup" (Kej 3:20*).

  2. Mesias sebagai keturunan Sem (Kej 9:26-27*) Ayat-ayat ini memberikan indikasi bahwa Mesias akan dilahirkan sebagai keturunan bangsa Semitik.

  3. Mesias sebagai keturunan Abraham (Kej 12:2-3*). Janji ini ditegaskan dalam Kej 18:18 dan diulangi dalam Kej 22:18*, serta diinterpretasikan oleh Petrus (Kis 3:25*) dan Paulus (Gal 3:8*).

  4. Mesias sebagai penguasa dari suku Yehuda (Kej 49:10*). Hal ini dinubuatkan oleh Yakub pada masa tuanya, bahwa anaknya yang bernama Yehuda akan menjadi nenek moyang Messias.

  5. Messias sebagai pemenang yang kuat (Bil 24:17*). Hal ini ducapkan oleh nabi Bileam. Tetapi penulis-penulis Perjanjian Baru memetik Mazmur 2:1-12; 110:1-7* untuk menyatakan bahwa Messias sebagai pemenang yang kuat.

  6. Messias sebagai nabi seperti Musa (Ul 18:15*). Messias yang akan datang ke dalam dunia telah dilukiskan sebagai nabi yang seperti Musa. Pesan Allah yaitu "Dialah yang harus kamu dengarkan" ini sering diperbincangkan dalam Perjanjian Baru (Yoh 1:21; 6:14*) dan Allah Bapa sendiri yang berkenan memberi jawaban (Mr 9:7*). Perkataan "dengarkanlah Dia" (Mr 9:7*) adalah gaung perkataan "Dialah yang harus kamu dengar" (Ul 18:15*). Yesuslah nabi itu dan Dialah yang harus kita dengar.

  7. Messias sebagai anak Daud (2Sam 7:12-17*). Ayat-ayat ini dikenal sebagai "Davidic Covenant", di mana Tuhan berjanji akan "mengokohkan" kerajaan raja Daud. Hal ini hanya direalisasikan atas diri Tuhan Yesus.

  8. Mesias sebagai Imam yang rajani (Mzm.110). Surat Ibrani mempergunakan mazmur ini untuk menjelaskan dasar pelayanan Tuhan Yesus sebagai Mesias (Ibr.5:6,10). Ia dipanggil sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek

Kesimpulan

"Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada Hukum Taurat" (Gal 4:4*). Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa pengharapan Mesias yang ditunggu-tunggu oleh orang Israel sudah digenapi oleh Tuhan Yesus. Dialah satu-satunya Juru Selamat yang diutus atau diurapi oleh Allah untuk menyelamatkan manusia. Hendaknya kita menerima Dia sebagai Penyelamat dan Raja Hidup kita.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Apakah makna kelahiran Tuhan Yesus?

Pada hari ini banyak orang merayakan hari Natal, namun mereka sama sekali buta terhadap makna Natal. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Natal berarti pohon terang, sinterklaas, kado-kado, dan lain-lain. Mereka melupakan Tuhan Yesus.

Istilah "Natal" itu berapa dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran", khususnya kelahiran Tuhan Yesus. Maka hari Natal berarti hari raya untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus di dalam dunia.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan klimaks wahyu Allah

Istilah "wahyu" di dalam Perjanjian Baru berasal dari bahasa Yunani "Apokalupsis", yang berarti "Penyataan" atau "Hal yang menjadikan sesuatu dikenal orang" (Gal 1:12*). Maka wahyu merupakan suatu perbuatan Allah menyatakan Dirinya sendiri atau sesuatu perihal kebenaran-Nya kepada manusia.

Alkitab menceritakan bagaimana Allah memberikan wahyu kepada manusia:

  1. Melalui alam semesta yang indah (Mazm 19:2*)
  2. Melalui sejarah manusia dan bangsa (Yes 45:10*)
  3. Melalui hati nurani manusia (Rom 1:19*)
  4. Melalui hal-hal yang bersifat supranatural, misalnya visi, mimpi dan lain-lain. Hal-hal ini pada umumnya terjadi pada zaman para rasul, tatkala Alkitab Perjanjian Baru belum digenapi.
  5. Klimaks atau puncak wahyu Allah adalah melalui pribadi Tuhan Yesus (Ibr 1:1-2*), di mana "Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita" (Yoh 1:14*). Kita menyebut Alkitab sebagai wahyu Allah, sebab Alkitab menyatakan hal-hal yang tersebut di atas (2Tim 3:16-17; 2Pet 1:16-21*).

Bersyukur kepada Tuhan walaupun tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya (Yoh 1:18*). Maka Natal berarti Allah menyatakan diri-Nya melalui pribadi Tuhan Yesus.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan realitas perjanjian Allah

Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat: "Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel" (Bil 24:17*). Bani Israel selalu menunggu dan mengharapkan kedatangan bintang tersebut, sebab mereka yakin terbitnya bintang Yakub, itu berarti ketangan Mesias atau Juru Selamat ke dalam dunia. Inilah perjanjian Allah yang terbesar kepada umat manusia.

Syukur kepada Tuhan bahwa pengharapan ini sudah menjadi realita. Pada hari Natal yang pertama, di langit yang gelap gulita tiba-tiba terbit sebuah bintang yang terang benderang, sehinggal beberapa orang majus dari dunia sebelah timur melihatnya dan mengetahui ada seorang raja agung telah lahir. Maka mereka dengan tidak mengenal lelah, lalu mengikuti arah bintang tersebut dan akhirnya sampai ke Betlehem. Dengan serentak mereka menyembah Tuhan Yesus dan dengan hati yang ikhlas mereka memberikan persembahan yang indah kepada-Nya.

Hari Natal berarti terwujudnya perjanjian Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pribadi Tuhan Yesus.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan pernyataan Allah

"Immanuel" (Mat 1:23*) berarti "Allah menyertai kita." Nama ini diberikan kepada seorang bayi yang saat kelahirannya dinubuatkan oleh Yesaya (Yes 7:14*) di mana Tuhan memberikan tanda kepada raja Ahas. Melalui kelahiran seorang anak, Allah akan setia terhadap janji-Nya dari musuh-musuh mereka. Injil Matius lebih lanjut mengatakan bahwa nama Immanuel adalah janji kedatangan Allah ke dunia dalam pribadi Tuhan Yesus. Maka kelahiran Tuhan Yesus merupakan pernyataan Allah kepada kita, untuk menyelamatkan kita dari dosa (Mat 1:21-23*).

"Immanuel" ini diteruskan lebih jelas lagi dalam janji bahwa Kristus Yesus yang bangkit itu akan hadir senantiasa (Mat 28:20*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Bilamana Yesus dilahirkan? Apakah Dia dilahirkan pada tanggal 25 Desember?

Istilah "Natal" berarti "kelahiran", khususnya kelahiran Tuhan Yesus, maka hari Natal berarti hari raya untuk memperingati Tuhan Yesus di dalam dunia ini.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan suatu fakta di dalam sejarah manusia di mana tanggalan yang kita pakai sekarang ini dimulai menurut kelahiran-Nya: A.D. (Anno Damini) berarti "di dalam tahun Tuhan kita", dan B.C. (Before Christ) berarti "sebelum Kristus dilahirkan."

Namun sampai abad ke-17, banyak sarjana Kristen yang menemukan bahwa ada kekeliruan sejarah di dalam hal menghitung tahun kelahiran Tuhan Yesus.

Pada hakekatnya ada dua peristiwa yang sangat menentukan:

1. Peristiwa kematian raja Herodes

Alkitab mengatakan bahwa Yesus dilahirkan di kota Betlehem tatkala Herodes bertakhta di Yerusalem (Mat 2:1*). Selanjutnya dikatakan pula bahwa setelah Herodes meninggal dunia, Yusuf dan Maria menyelesaikan pengungsiannya di tanah Mesir dan membawa Yesus kembali ke Nazaret (Mat 2:19-23*).

Bilamana raja Herodes meninggal dunia? Sejarah tidak mencantumkan tanggal yang tepat. Tetapi Josephus, seorang ahli sejarah dalam abad I mengatakan: "Tatkala Herodes jatuh sakit, ia berbaring di dalam istana di Yerikho. Menjelang kematiannya, di Yerikho terlihat eklip bulan dan Herodes mati pada hari raya Paskah." Tanggalan yang dipakai oleh Josephus sukar untuk dicocokkan dengan tanggalan yang kita pakai sekarang ini, namun perihal "eklip" akan memecahkan persoalan ini. Sebab pada masa itu, di Yerikho hanya pernah terlihat eklip yang terjadi pada 13 Mei tahun ke-4 B.C. Hal ini menyatakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus pasti sebelum tahun ke-4 B.C.

2. Peristiwa pendaftaran diri pada masa kaisar Agustus

Peristiwa ini tercantum dalam Injil Lukas, di mana Yusuf dan Maria harus pulang ke kampung halamannya yaitu Betlehem, untuk pendaftaran diri. Sesampainya di Betlehem, Maria melahirkan Yesus.

Alkitab tidak memberitahukan bilamana Kaisar Agustus memerintah penduduknya untuk mendaftarkan diri. Tetapi pada tahun 1923, para ahli purbakala menemukan batu ukiran di ibu kota negara Turki, yang mencantumkan tahun-tahun tiga kali pendaftaran diri semasa Kaisar Agustus bertakhta yaitu: 28 B.C., 8 B.C. dan 14 A.D. Di antara ketiga pendaftaran ini, tentunya yang dilakukan pada waktu kelahiran Tuhan Yesus adalah perintah pendaftaran diri pada 8 B.C.

Dengan demikian kita boleh mengatakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus adalah di antara 8-4 B.C. Berhubung pada waktu itu kendaraan untuk lalu lintas tidak secepat seperti kendaraan pada saat ini dan juga karena luasnya wilayah kerajaan Romawi, maka suatu perintah yang dikeluarkan di kota Roma, baru akan dilaksnakan di daerah Palestina beberapa tahun setelah titah dikeluarkan. Maka kita boleh mengira bahwa pendaftaran diri di Palestina dilakukan pada 6 B.C.

Sebagai kesimpulan kita akan mengatakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus adalah sekitar 4 - 6 B.C. Walaupun para ahli mengetahui bahwa manusia telah melakukan kekeliruan dalam hal menentukan tanggalan menurut A.D. dan B.C., tetapi kekeliruan ini dibiarkan, karena kalau dibetulkan akan mengacaukan sejarah yang sudah berlalu hampir 2000 tahun.

Isu yang kedua yang akan kita perbincangkan adalah tentang tanggal kelahiran Tuhan Yesus. Pada umumnya gereja Kristen menentukan 25 Desember sebagai hari Natal, tetapi gereja Ortodoks Yunani menentukan 6 Januari sebagai hari Natal. Atas kedua tanggal tersebut tidak ada bukti-bukti dalam Alkitab untuk disebut sebagai hari kelahiran Yesus. Kalau demikian, mengapa kita merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember? Atau: Apakah artinya merayakan Natal, sedangkan tiada seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Tuhan Yesus?

  1. Kita percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh dilahirkan oleh anak dara Maria di Betlehem. Jadi ia pasti mempunyai hari ulang tahun-Nya, walaupun kita tidak mengetahui tanggalnya.

  2. Menurut hukum di negara Tiongkok, kalau orang tidak mengetahui hari kelahirannya, maka secara hukum ia akan dianggap lahir pada tanggal 1 Juli. Walaupun 1 Juli ini bukan hari kelahirannya yang sebenarnya, namun hal ini lebih baik daripada mengangap ia tidak punya hari kelahiran.

    Begitu juga dengan kalender di Amerika Serikat. Sering kita menemukan Presiden George Washington mempunyai dua hari ulang tahun yang disebut "Traditional Brithday dan "Observerence Brithday." Hal ini terjadi kalau hari ulang tahunnya kebetulan jatuh pada week-end, maka oleh pemerintah dipindahkan ke hari Senin supaya hari libur nasional ini sungguh-sungguh libur.

    Dari kedua contoh tersebut di atas, kita mengetahui bahwa yang penting bukan tanggal berapa Yesus dilahirkan, melainkan sikap dan tujuan kita merayakan hari Natal.

  3. Perayaan hari Natal merupakan suatu kesempatan di mana kita dapat menyaksikan kepada dunia bahwa Juru Selamat sudah dilahirkan. Dan khususnya di negara yang kita diami ini, para hari Natal terbuka banyak kesempatan untuk mengabarkan Injil dan mengadakan aktivitas-aktivitas yang bersifat gerejawi. Bagi orang-orang Kristen, perayaan Natal merelakan putra-Nya yang tunggal datang ke dalam dunia ini. Hal ini akan meningkatkan kasih kita kepada Tuhan.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Siapa yang menyalibkan Tuhan Yesus? Mengapa Ia harus disalib dan siapa yang bertanggungjawab atas kematian-Nya

Suatu tragedi telah terjadi kurang lebih 2000 tahun yang lalu, tatkala seorang yang bernama Yesus dijatuhi hukuman mati dan disalib di atas bukit Golgota. Bukankah di mata rakyat jelata Yesus dianggap sebagai orang nabi besar, bahkan dipandang sebagai seorang Mesias, yaitu seorang yang diutus Allah untuk membebaskan umat-Nya dari cengkraman dosa dan kematian? Tetapi mengapa Yesus disalib? Siapa yang bertanggung jawab atas kematian-Nya?

Mungkin dengan spontan orang akan menjawab, Yudas Iskariotlah yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus. Memang Yudas adalah murid Tuhan Yesus, tetapi kemudian ia mengkhianati Tuhan. Ia berjanji sanggup menyerahkan Yesus di tangan orang-orang jahat, asal saja dengan imbalan jasa yang berupa uang. Hal ini disetujui, maka terjadilah penangkapan Yesus di taman yang sepi, taman Getsemani.

Maka ada orang yang mengatakan bahwa Sanhedrinlah yang harus bertanggung jawab atas penyaliban Yesus. Dari Getsemani Yesus di bawa ke Pengadilan Yahudi, Sanhedrin namanya dan disitu Yesus dikeroyok dengan tuduhan-tuduhan palsu yang bertubi-tubi. Tuduhan-tuduhan itu karena palsu, tidak mengenai sasarannya. Maka para Farisi merasa sangat jengkel dan mendesak Yesus untuk menjawab hanya satu pertanyaan saja: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah atau tidak?" Jawab Yesus: "Benar, engkau telah mengatakannya." Maka imam besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia sudah menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi?" Dengan demikian Sanhedrinlah yang telah menjatuhi hukuman mati atas Yesus.

Memang, oleh Sanhedrin, Yesus telah divonis sebagai orang yang tidak dapat diampuni dosanya. Karena Ia melanggar "kehormatan Allah." Tetapi Sanhedrin tidak berhak untuk menjalankan hukuman tersebut. Maka oleh orang Yahudi, Yesus telah dibawa ke pengadilan penguasa Romawi yang pada waktu itu menguasai bangsa Yahudi. Di dalam pengadilan kedua ini, Pontius Pilatus bertanya kepada bertanya kepada penuduh: "Apa yang kau tuduhkan terhadap Yesus ini?" Jawab mereka: "Jikalau orang ini bukan orang jahat, tiada juga kami menyerahkan Dia kepada uan." Alasan ini kurang jelas bagi Pilatus, karena itu ia mendesak supaya mereka mengajukan hal-hal yang konkret. Para pemimpin Yahudi berpikir: Tentu Pilatus tidak mau menjatuhi hukman mati, kalau alasannya hanya Yesus mengaku "Anak Allah", karena itu mereka datang dengan tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat sebagai berikut:

  1. Ia menyesatkan bangsa Yahudi,
  2. Ia melarang orang membayar pajak,
  3. Ia mengatakan diri-Nya sendiri Raja (dalam arti, untuk menandingi dan melawan kaisar Romawi.)

Setelah Pilatus mengadakan dialog dengan Yesus, Pilatus mengambil kesimpulan bahwa Yesus tidak bersalah apa-apa. Yesus tidak mempunyai keinginan jahat, bukan orang yang memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Lalu Pilatus ke luar mendapatkan orang-orang Yahudi dan mengumumkan pembebasan Yesus dari tuduhan-tuduhan mereka: "Aku ini tidak mendapati suatu kesalahan pun pada-Nya."

Seharusnya sampai di sini proses pengadilan itu sudah dapat diakhiri dengan pembebasan Yesus. Akan tetapi, karena desakan-desakan politis, ancaman-ancaman dan intimidasi dari pihak pemimpin agama Yahudi, Pilatus yang mula-mula berdiri tegak hendak melepaskan Yesus, akhirnya terpaksa menyerah kalah terhadadap tuntutan-tuntutan orang Yahudi itu, sehingga karena habis akal ia menyerahkan Yesus ke tangan mereka untuk disalibkan.

Dari pembahasan di atas, seolah-olah aga tiga pihak yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus, yaitu: Yudas, pemimpin-pemimpin orang Yahudi dan Pilatus. Tetapi hal ini masih belum menyatakan keseluruhan fakta, mengapa Yesus mati, sebab kematian Yesus sudah diizinkan bahkan telah ditentukan oleh Allah Bapa seperti yang tercantum dalam Kisah 4:27-28*, "Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu."

Dengan demikian kita mengetahui bahwa kematian Yesus adalah "maksud dan rencana" Allah Bapa. Namun Bapa tidak pernah memaksakan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya. Yesus berkata: "Tidak seorang pun mengambil dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali" (Yoh 10:18*).

Kalau begitu, Yesus sendirilah yang dengan rela hati menyerahkan nyawa-Nya untuk disalib dan mati dan Dialah yang bertanggung jawab atas kematian-Nya sendiri.

Tetapi hal ini pun belum membentangkan kisah yang sempurna tentang kematian Yesus. Mengapa Yesus merelakan diri-Nya untuk mati di atas kayu salib? Alkitab mengatakan bahwa "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci" (1Kor 15:3*). "Ia mengalami maut bagi semua manusia" (Ibr 2:9*). Paulus juga mengatakan bahwa Yesus "yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Gal 2:20*).

Dengan demikian, kita boleh mengambil kesimpulan bahwa kitalah yaitu umat manusia secara individual, yang telah menyalibkan Yesus. Orang-orang berdosa yang menyebabkan Yesus mati di atas kayu salib. Kitalah orang-orang durhaka yang harus bertanggungjawab atas kematian Kristus Yesus.

Demikianlah tragedi penyaliban Tuhan Yesus telah digenapi menurut rencana Allah dalam rangka menyelamatkan isi dunia ini. Memang Yesus sudah mati bagi dosa kita. Namun pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati, membuktikan bahwa Ia telah sukses menunaikan misi yang dibebankan Bapa kepada-Nya, supaya barangsiapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Bilamana Tuhan Yesus datang kembali? Sanggupkah manusia menghitung hari atau saat kedatangan-Nya?

Di dalam Alkitab tercantum bahwa pada suatu hari Tuhan Yesus akan datang kembali ke dalam dunia ini untuk mendirikan kerajaan-Nya. Terutama di dalam kitab Wahyu Tuhan Yesus empat kali mengatakan: "Aku segera datang." Maka sejak zaman dahulu, banyak orang Kristen ingin tahu bilamanakah Yesus datang? Hal ini menyebabkan banyak penganut bidat dan ekstrimis yang menerka-nerka hari atau tahun kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi segala usaha mereka gagal, sebab Tuhan Yesus sendiri mengatakan: "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang mengetahui, malaikat-malaikat di surga pun tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri" (Mat 24:36*)

Di sini kami akan memberikan bebeapa contoh:

Contoh pertama: Di New York ada seorang pendeta dari gereja Baptis yang bernama William Miller. Pada tahun 1831 ia mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikan Alkitab, Tuhan Yesus akan datang pada tahun 1834. Maka terbentuklah suatu gerakan yang menunggu dan menyambut kedatangan Tuhan. etapi sampai pada waktunya, Tuhan tidak kunjung datang. Maka ia mengubah nubuatnya, ia mengatakan bahwa kedatangan Tuhan adalah pada tanggal 22 Oktober 1844. Tetapi nubuat kedua ini pun gagal. Akhirnya William Miller mengakui kesalahannya dan mengundurkan diri dari gerakan yang ia bentuk. Tetapi seorang pengikutnya yang bernama ellen G. White, mengatakan bahwa ia telah melihat suatu penglihatan, mengetahui bahwa Kristus sesungguhnya sudah datang pada hari yang dinubuatkan oleh Miller. Tetapi Kristus tidak turun ke dunia, melainkan memasuki tahap yang kedua di "tempat yang kudus di surga." Ini berarti bahwa pada tahun 1844 Tuhan Yesus meninggalkan tempat kudus yang pertama, lalu memasuki tempat kudus yang kedua. Dengan demikian Ellen White telah menjadi pemimpin gerakan tersebut, yang akhirnya terbentuklah gereja Adventis.

Kita tidak perlu mempercayai penglihatan Ellen white tersebut, sebab hal itu pun bertentangan dengan firman Tuhan yang mengatakan: "Ia telah masuk SATU KALI untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus" (Ibr 9:12*). Kalau Alkitab dengan jelas mengatakan "satu kali", mengapa White mengatakan dua kali? Mungkin ia belum membaca bagian Alkitab ini dengan teliti.

Seandainya Tuhan mengatakan "tidak seorang pun yang tahu" bilamanakah Ia datang (Mat 24:36*), mengapa para Adventis mengetahui tanggal kedatangan Tuhan Yesus? Dengan jelas kita mengetahui bahwa ajaran mereka sudah menyimpang dari Alkitab.

Contoh kedua: Hal ini terjadi pada tahun 1992. Di Korea terdapat sekelompok orang Kristen yang mempercayai bahwa Tuhan Yesus akan datang pada tanggal 28 Oktober 1992. Mereka sangat yakin dengan nubuat ini. Dengan segala keyakinan mereka telah mencetak selebaran-selebaran dan menyebarkan berita kedatangan Tuhan ke tempat-tempat yang dapat mereka capai. Tentu berita itu sampai di Amerika maupun di Indonesia.

Apakah Yesus datang pada tanggal 28 Oktober 1992? Tentu tidak! Salah satu adegan menceritakan bahwa merreka percaya Tuhan Yesus akan menjemput umat Kristen pada tengah malam. Maka pada tanggal tersebut, terdapat 2500 anggota gereja telah berhimpun di Seoul. Mereka berseru dan menyanykan "the rapture is coming." Mereka pun saling mengatakan: "See you ini heaven." Bahkan ada yang melemparkan dompet-dompet ddan kunci-kunci mereka. Hal ini menyatakan betapa besar "iman" mereka terhadap kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi segera hati mereka menjadi tawar, sebab waktunya sudah lewat namun Tuhan Yesus tak kunjung datang. Maka kecemasan dan kebimbangan telah meliputi hati mereka, sehingga beberapa jam kemudian ada beberapa orang yang membunuh diri. Ini suatu tragedi yang besar.

Sejarah membuktikan bahwa segala usaha untuk menerka hari dan saat kedatangan Tuhan Yesus adalah sia-sia. Namun kita percaya bahwa pada suatu hari kelak Kristus pasti datang. Walaupun kita tidak tahu bilamana Ia datang, tetapi Ia pasti "segera datang. Demikianlah firman Tuhan:

"Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang" (Mat 24:42*).

"Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (Mat 25:13*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]


Komentar