Rasa bersalah adalah suatu perasaan berdosa, bersalah atau gagal memenuhi standar hidup tertentu. Allah menciptakan di dalam kita suatu hati nurani, suatu kemampuan untuk menilai benar atau salahnya tindakan-tindakan moral kita. Ada dua jenis rasa bersalah: Salah karena melakukan pelanggaran moral dan rasa bersalah karena sesuatu yang tidak jelas.
Pelanggaran terhadap Hukum-hukum Tuhan mengakibatkan rasa bersalah. Ini
adalah dosa. Karena orang yang berdosa tidak bersedia menyelesaikan
dosanya seperti yang Allah kehendaki agar dia memperoleh kelepasan,
akibatnya dia mengalami akibat-akibat buruk. Adam dan Hawa di taman Eden
adalah contoh terbaik tentang rasa bersalah akibat pelanggaran dosa ini.
Dosa mereka (ketidaktaatan) menyebabkan rasa bersalah. Hubungan mereka
dengan Allah putus; mereka sadar tentang itu, lalu terjadilah
keterasingan dan perasaan tertuduh. Mereka lari dari Allah, berusaha
menyembunyikan diri agar mereka tidak usah menghadapi akibat-akibat
tindakan mereka. Tentu saja, Allah berhasil menemukan mereka. Mereka
berusaha menyangkal pertanggungan jawab mereka. Adam menyalahkan Hawa
("Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah
pohon itu kepadaku, maka kumakan."), dan Hawa menyalahkan ular ("Ular itu
yang memperdayakan aku, maka kumakan."). Mereka telah berusaha menutupi
keadaan mereka dengan membuat cawat dari daun pohon ara, tetapi Allah
mengepung mereka dengan pertanyaan: "Siapakah yang memberitahukan
kepadamu, bahwa engkau telanjang?" Allah memaksa mereka untuk membereskan
masalah rasa bersalah mereka. Korban tebusan pun kemudian dibuat untuk
dosa mereka, sebagai dasar dari prinsip korban tebusan seterusnya
(
Contoh lain tentang cara mengatasi masalah rasa bersalah karena dosa,
ialah teguran terbuka Natan terhadap Daud yang telah melakukan perzinahan
dan pembunuhan. Teguran terbuka itu mengakibatkan pertobatan dan
pengakuan. (Lihat
Rasa bersalah yang tidak disebabkan oleh dosa, biasanya berhubungan
dengan gangguan emosional yang berasal dari pengalaman-pengalaman
negatif, khususnya di masa kecil. Bahkan orang Kristen yang sudah
memiliki keyakinan bahwa Allah telah mengampuni mereka dan bahwa mereka
adalah anak-anak-Nya pun, masih bisa mengalami "rasa bersalah" yang keliru
ini. Orang sedemikian biasanya memiliki citra diri yang rendah, selalu
merasa kurang (tidak pernah benar dan tak mampu), menderita depresi, dan
sebagainya. Mereka tidak pernah bebas dari rasa bersalah ini, walaupun
mereka mencarinya, persis seperti Esau yang "tidak beroleh kesempatan
untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan
mencucurkan air mata." (
"Rasa bersalah adalah suatu masalah yang sangat rumit. Hati nurani manusia sering di luar jangkauan psikiater. Dengan segala teknik yang dimilikinya, dia tidak mampu mengukur kerusakan nurani manusia ataupun kedalamannya. Terlepas sendiri di bawah gerogotan hati yang bersalah dan tertekan oleh beban dosa yang berat, manusia tidak berdaya. Tetapi di mana manusia gagal, di sana Allah berhasil."
Jika dia seorang Kristen yang kembali mengalami gangguan rasa bersalah, jelaskan hal-hal berikut:
"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam
Kristus Yesus." (
"Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
(
"Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia,
tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku,
tetapi bukan hal berbuat apa yang baik . . . Demikianlah aku dapati hukum
ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada
pada-Ku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam
anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan
hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di
dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan
melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita! (
"Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut
diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup.
Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!" (
"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah
menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di
belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan
berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan
surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (