Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Editorial
Edisi C3I: e-Konsel 158 - Mengampuni Diri Sendiri
Setiap orang percaya pastinya tahu bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Bukan hanya dengan sekadar melontarkan kata "sudah memaafkan", tetapi juga tidak merasakan apa-apa lagi ketika kita mengingat kesalahan-kesalahan yang telah orang lain lakukan kepada kita. Toh, kita tidak menderita "amnesia" sehingga pastilah tidak serta-merta dapat melupakan kesalahan orang lain, tetapi satu tanda kita telah memaafkan adalah tidak merasa kecewa atau sakit lagi ketika mengingat kesalahan tersebut. Kita pun dapat dengan leluasa, tanpa prasangka dan batasan, bergaul kembali dengan orang tersebut.
Bagaimana jika justru kita yang melakukan kesalahan dan bayang-bayangnya terus menghantui dan menuduh batin kita hari demi hari? Saat kita memohon ampun kepada Tuhan atas setiap kesalahan kita, apakah kita juga telah mengampuni diri kita sendiri? Ya, mengampuni diri sendiri terkadang lebih sulit daripada mengampuni orang lain. Kita bertarung dengan diri kita sendiri, dan kita tidak dapat berlari ke mana pun menghindari setiap tuduhan yang keluar dari batin kita. Bagaimana kita dapat mengatasi masalah tersebut, atau bagaimana seorang konselor dapat menolong konseli yang sulit mengampuni dirinya sendiri? Kami mengajak Pembaca sekalian menyimak e-Konsel edisi kali ini. Artikel-artikel dan juga referensi dari TELAGA, kami harapkan dapat membantu kita semua untuk menolong diri sendiri maupun orang lain dalam hal mengampuni diri sendiri. Kiranya menjadi berkat, selamat menyimak!
Staf Redaksi e-Konsel, Evie Wisnubroto