Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kerendahan Hati: Solusi untuk Masalah yang Sesungguhnya
Edisi C3I: e-Konsel 395 - Mengembangkan Kepribadian Rendah Hati
Mengapa Kita Tidak Rendah Hati?
Kesombongan kita, yang sesungguhnya merupakan akar dari semua dosa kita, berawal dari Kejadian 3 ketika Adam berbuat dosa terhadap Allah di Taman Eden. Tuhan melakukannya dengan sangat jelas dan sangat sederhana ketika Tuhan Allah berkata, "Semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas; tapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat janganlah kamu makan buahnya, karena di hari engkau memakannya pastilah engkau akan mati" (Kejadian 2:16-17). Jika Hawa melakukannya karena tertipu, Adam melakukannya dengan rela (1 Timotius 2:14) -- itu adalah pilihan yang diambil dengan sadar atas apa yang dilakukannya. Singkatnya, Adam sombong. Dia (mirip dengan makhluk ciptaan lain yang bernama Lucifer, atau dikenal sebagai Setan dan Iblis) tidak mau tunduk pada otoritas Allah. Karena itu, ia memilih untuk memberontak dan mengungkapkan rasa sombong dalam hatinya! Siapa yang Adam pikirkan ketika ia membuat pilihan itu? Siapa yang menjadi orang yang paling penting dalam hati Adam? Siapa yang akan membuat "keputusan terakhir" pada batas-batas yang didirikan di taman? Jawaban untuk semua pertanyaan ini adalah Adam! Dia berpikir egois dan hatinya penuh kesombongan. Dalam Roma 5:12, Paulus menulis, "Oleh karena itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, sehingga maut itu telah menjalar ke semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa." Jadi, mengapa kita tidak rendah hati? Ini karena efek dari kutukan dosa pada semua kehidupan kita. Jawaban singkat untuk pertanyaan ini adalah: Kesombongan (pride) -- dan perhatikan apa yang ada di tengah-tengah kata P-R-I-D-E (I = Aku - Red.).
Mengapa Kerendahan Hati Begitu Sulit?
Kita semua sombong dalam berbagai tingkatan. Kita masing-masing berjuang dengan kesombongan dalam berbagai bidang kehidupan kita karena kita egois dalam banyak cara, bahkan ketika kita sedang bertumbuh dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Beberapa orang benar-benar bergumul untuk tunduk pada atasan, terutama jika mereka berpikir bahwa atasan itu salah. Dan, bahkan jika atasan itu salah, beberapa orang merespons dalam kesombongan dan dengan cepat menunjukkan ketidaksempurnaan dari atasan itu dan mencari cara untuk membuat diri mereka terlihat baik. Mereka juga menganggap apa yang mereka lakukan lebih baik dibandingkan dengan yang dilakukan atasan mereka. Hal ini sering menyebabkan kita membandingkan diri di antara kita sendiri, seperti yang ditulis Paulus, "... ini tidak bijaksana" (2 Korintus 10:12). Sementara kita telah dibebaskan dari hukum dosa dan kematian, kita masih harus menghadapi efek dari kutukan dosa dalam kehidupan kita. Tidak ada yang sempurna dan kita semua harus tetap "bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat, Yesus Kristus" (2 Petrus 3:18). Kerendahan hati begitu sulit karena kesombongan kita sangat kuat. Kita ingin menjadi yang pertama -- kita ingin perhatian -- kita pikir kita benar -- kita berpikir kita lebih penting daripada yang lain -- kita ingin semua orang melakukan apa yang kita inginkan untuk mereka lakukan -- kita harus dilayani bukan melayani orang lain. Intinya adalah kita harus "menyingkirkan" mementingkan diri sendiri dan sikap "apa yang bisa saya dapatkan dari ini", dan mengganti kesombongan kita dengan kerendahan hati.
Bagaimana Anda Dapat Menjadi Rendah Hati?
Paulus bahkan sedang berjuang dalam perang antara kesombongan dan kerendahan hati yang berkecamuk dalam dirinya ketika ia menulis, "Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah. Tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-angota tubuhku. Aku manusia celaka! Siapakah yang dapat melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa." (Roma 7:18-25).
Langkah pertama dalam memecahkan masalah adalah untuk menyadari bahwa Anda memiliki masalah. Setelah "menyangkal diri" (yang artinya memiliki pengabaian diri sendiri yang total) dan menyingkirkan kesombongan, Anda perlu berkonsentrasi pada tiga bidang yang akan membantu Anda untuk menjadi rendah hati berikut ini.
Pikirkan tentang Kristus:
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Dia mencontohkan kerendahan hati yang sempurna! Jika kita mau berubah dari sombong menjadi rendah hati, kita harus berpikir seperti Kristus, jika kita mau bertindak seperti Kristus.
Pikirkan tentang salib: Pikirkan tentang darah yang dicurahkan untuk semua dosa yang Anda lakukan. Ketika tergoda untuk jadi sombong, pergilah ke kaki salib dan bayangkan darah Yesus menetes di wajah Anda. Perhatikan penderitaan yang dengan itu Dia akan membeli Anda kembali dari pasar budak dosa dan membebaskan Anda dari hukum dosa dan kematian dan untuk memberikan hidup yang kekal!
Pikirkan tentang konsekuensi: Kata-kata Petrus harus memotivasi kita semua untuk "menyisihkan" kesombongan kita dan "... rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (1 Petrus 5:5-6). (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Faith Lafayette |
Alamat situs | : | http://blogs.faithlafayette.org/counseling/2011/08/humility-the-solution-to-a-real-problem/ |
Judul asli artikel: | : | Humility: The Solution to a Real Problem |
Penulis artikel | : | Faithadmin |
Tanggal akses | : | 13 Januari 2016 |