Ketika Anda Sudah Menyerahkan Masalah Anda kepada Allah -- Tetapi Masih Tidak Bisa Tidur

"Terkadang hal paling rohani yang dapat Anda lakukan adalah tidur." Mungkin Anda pernah mendengarnya sebelumnya. Mungkin Anda telah menganggukkan kepala setuju, melihat kebutuhan tidur Anda dikonfirmasi. Mungkin Anda pernah mengejek dengan antipati, berharap hidup Anda memberi Anda kemewahan untuk tidur lebih banyak. Saya mengalami kedua reaksi tersebut.

Seingat saya, saya suka tidur. Kadang-kadang saya bangun pada pagi hari dengan semangat ketika saya bisa tidur lagi. Saya bisa tidur nyenyak di mana saja. Saya suka tidur siang. Saya memiliki sistem bagaimana saya tertidur di malam hari. Sebagian besar, saya tidur cukup nyenyak sepanjang hidup saya.

Sampai saya tidak bisa tidur.

Setelah kelahiran putra ketiga saya, saya mulai menderita insomnia yang parah. Tidak jarang saya tidur dua atau tiga jam semalam selama berminggu-minggu -- dan ini setelah dia tidur nyenyak sepanjang malam.

Saya suka tidur, tetapi ini membingungkan. Saya butuh tidur, tetapi setiap malam jam mengejek saya, pengingat yang kejam bahwa anak-anak saya akan segera bangun dan kesempatan saya untuk tidur akan sirna.

Akan tetapi, bahkan saat musim dalam hidup saya tersebut berakhir, hal-hal lain merayap ke dalam pola tidur saya. Penderitaan dan konflik relasional menyebabkan malam-malam tanpa tidur. Bahkan, pandemi membawa kecemasan kembali ke permukaan, dan meskipun saya terbaring kelelahan setiap malam (karena sekolah virtual, bekerja paruh waktu, dan tugas ibu lainnya), tidur tetap mengejek saya. Tubuh saya memohon, tetapi pikiran saya tidak mengizinkan saya menerimanya.

Tahun ini telah membawa masalah tidur yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada banyak orang. Kita lebih stres, kewalahan, dan ketakutan dari sebelumnya. Orang tua terlalu banyak bekerja; anak-anak hidup dalam keadaan ketidakpastian yang konstan dengan sekolah; karyawan diisolasi satu sama lain. Belum lagi pendeta dan para pelayan berusaha untuk melayani orang-orang yang tidak bisa mereka temui.

Dua Kebenaran bagi Penderita Insomnia

Jadi, apa yang harus dilakukan seorang Kristen ketika sulit tidur? Syukurlah kita bukan yang pertama bergumul dengan sulit tidur. Ada dua ayat yang saya pegang ketika saya tidak bisa tidur.

Ayat pertama adalah Mazmur 127:2:

"Sia-sia kamu bangun pagi-pagi

dan tinggal duduk malam-malam,

memakan roti kerja kerasmu;

ya, karena Dia mengaruniakan bagi yang dikasihi-Nya saat tidurnya."

Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk tidur. Namun, ada banyak yang bisa saya lakukan untuk sulit tidur! Itu mengingatkan saya bahwa ada kebiasaan dan rutinitas yang dapat saya lakukan yang mengingatkan saya bahwa produktivitas saya, seperti tidur saya, adalah anugerah dari Tuhan.

Dan, terkadang, melupakan yang pertama memengaruhi yang terakhir. Bagi saya, ini berarti berhenti bekerja pada titik tertentu setiap malam. Itu berarti menaruh ponsel saya. Itu berarti mempraktikkan istirahat Sabat sehingga saya dapat melihat bahwa hanya Allah yang dapat meneguhkan pekerjaan tangan saya (Mzm. 90:17).

Akan tetapi, ayat ini juga mendorong saya untuk melihat bahwa tidur adalah anugerah -- yang tidak dapat saya peroleh atau tidak dapat saya berikan kepada diri saya sendiri. Saya bergantung pada Allah untuk tidur seperti untuk hal-hal lainnya. Yang mengarah ke ayat Alkitab yang kedua:

"Akan tetapi, mereka yang menanti-nantikan Tuhan akan memperoleh kekuatan baru.

Mereka akan naik dengan sayap-sayap seperti burung rajawali.

Mereka akan berlari, tetapi tidak menjadi lesu,

mereka akan berjalan tetapi tidak menjadi letih." (Yes. 40:31)

Apa yang Anda lakukan ketika Anda percaya dan mempraktikkan Mazmur 127:2, tetapi tetap tidak bisa tidur? Anda menanti-nantikan Allah Anda (Yes. 40:31). Dan, kemudian Anda melihat-Nya bekerja.

Insomnia itu mengerikan. Itu adalah bentuk penderitaan yang membuat kita benar-benar terbuka di hadapan Tuhan. Kita sepenuhnya bergantung pada kehadiran-Nya. Terkadang, Dia hadir dengan membiarkan kita tertidur; kadang-kadang Dia hadir dengan melucuti kita dari kemandirian, membuat kita melihat bahwa Dia menolong orang-orang yang lelah dan menopang mereka, bahkan ketika semua hal duniawi mengecewakan mereka.

Dalam setiap kasus, kita dipaksa untuk menantikan Dia melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri.

Insomnia Menunjukkan bahwa Saya Bukan Allah

Pada awalnya, ketika saya bekerja dalam kapasitas tinggi dengan tidur terbatas, saya bersandar pada kemampuan saya, bukan Allah yang memberikannya kepada saya. Semua malam tanpa tidur ini tidak terlalu buruk, pikir saya. Lihatlah semua yang bisa saya lakukan dengan sedikit tidur!

Kebanggaan merayap masuk dan menempati hati saya. Akan tetapi, Allah memiliki cara untuk merendahkan kita, dan insomnia yang terus-menerus adalah kerendahan hati saya. Apa yang bisa saya tekan setelah beberapa hari tanpa tidur menjadi tidak mungkin setelah beberapa minggu. Tak lama kemudian, saya menyadari bahwa saya tidak bisa terus seperti ini.

Dia sedang bekerja. Dia menopang kita, baik saat Dia membiarkan mata terkulai kita tertidur dan juga saat tidur sulit didapat.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Kita butuh tidur. Akan tetapi, apa yang kita butuhkan lebih dari apa pun adalah dilucuti dari kesombongan yang berdosa dan menjadi lebih seperti Kristus. Yang kita butuhkan lebih dari segalanya adalah agar Allah, dalam segala kemuliaan-Nya, membawa kita bahkan ketika jam-jam tidur tidak cukup untuk membuat kita menjalani hari.

Apa yang kita butuhkan adalah melihatnya bukan dengan kekuatan kita bahwa kita dapat mencapai sesuatu, tetapi oleh kuasa Kristus yang bekerja melalui kita (Zakharia 4:6; 2 Kor. 12:9). Jika insomnia melakukannya untuk saya, maka ini adalah penerimaan saya atas kelemahan saya.

Jika tahun ini telah mengajarkan kita sesuatu, itu adalah bahwa kita ini orang-orang yang tidak cukup menantikan Allah yang tidak pernah terlelap atau tidur, yang tidak merasakan kebutuhan mendalam yang tubuh kita rasakan pada malam-malam tanpa tidur itu (Mzm. 4:8; 121:4). Dia tidak membutuhkannya. Namun, kita membutuhkannya.

Insomnia mungkin mengejek kita, memberi tahu kita bahwa Allah telah melupakan kita di saat-saat tergelap dari malam-malam yang tak ada habisnya itu. Akan tetapi, Dia mengingatkan kita, melalui Firman-Nya, bahwa Dia tidak sedang tidur. Dia sedang bekerja. Dia menopang kita, baik saat Dia membiarkan mata terkulai kita tertidur dan juga saat tidur sulit didapat. Saat kita tidak bisa tidur, kita menanti-nantikan Dia. (t/Jing-Jing)

 

Unduh Audio

 

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
URL : https://www.thegospelcoalition.org/article/troubles-god-cant-sleep/
Judul asli artikel : When You've Given Your Troubles to God -- But Still Can't Sleep
Penulis artikel : Courtney Reissig