Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Manfaat Doa dalam Konseling
Edisi C3I: e-Konsel 220 - Kekuatan Doa dalam Konseling
Dari hubungan kita dengan Bapa surgawilah doa bisa membuat perubahan-ke-dalam di dalam Doa bukan hanya menjadi dasar konseling Kristen; doa adalah nyawa bagi hidup Kristen! Doalah yang membuat konseling Kristen Kristen. Konselor siapa saja (Kristen maupun non-Kristen) dapat menemukan pokok ajaran Alkitab dan menerapkannya secara efektif dalam situasi konseling mereka. Seorang konselor yang menasihati konselinya "ikutilah Hukum Kasih" tidak serta-merta membuatnya menjadi seorang konselor Kristen. Dari hubungan kita dengan Bapa surgawilah doa bisa membuat perubahan-ke-dalam di dalam diri kita ataupun konseli kita. Perubahan-ke-dalam adalah perubahan hati dan pikiran yang membawa perubahan-ke-luar berupa tindakan yang bisa dilihat yang terjadi terus-menerus.
Satu hal yang harus diperhatikan: tujuan tulisan ini bukanlah untuk mendiskusikan pentingnya doa secara umum tapi lebih khusus pada kegunaannya dalam konseling. Baik doa maupun Kitab Suci tidak bisa digunakan seperti mantera untuk diterapkan seperti P3K untuk luka spiritual. Konsep konseling Kristen jangan dikecilkan menjadi pemahaman intelektual prinsip-prinsip alkitabiah, bahkan meskipun kebenaran Kitab Suci adalah sebuah batu karang yang di atasnya kita harus menemukan jawaban atas semua kebutuhan manusia. Begitu pula dengan doa, doa tidak boleh menjadi "mantera" yang kita ulang-ulang untuk setiap masalah.
Seorang konselor harus menyadari -- seperti yang dikatakan Paulus di Efesus 6:12 -- bahwa, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." Seorang konselor harus memahami ini sebagai peperangan rohani yang harus dihadapi dalam ruang konseling.
Seorang konselor, dalam persiapan sebelum sesi, harus menyendiri dengan Allah. Dia harus terus meminta Roh Kudus untuk memberinya hikmat dan pengertian dalam sesi konseling, dan berperang bagi dirinya. Seorang konselor tidak boleh meninggalkan "tempat pribadinya" hingga pertempuran yang akan terjadi sudah dimenangkan. Konseling yang muncul dari pemikiran seorang konselor hanya bisa menjangkau pemahaman konselinya.
Ada keuntungan yang sangat besar untuk menggunakan doa dalam hubungan konseling. Pertanyaannya, kapankah saat yang paling tepat untuk berdoa dalam sesi konseling? Doa yang dilakukan di awal sebelum sesi konseling dimulai bisa menjadi tindakan bagus untuk dikembangkan. Dengan cara itu, kita tahu bahwa kedua bagian tersebut dimaksudkan untuk menantikan jawaban Allah untuk memberi solusi atas masalah yang sedang didiskusikan.
Doa bisa dimanfaatkan dalam sesi konseling dan menjadi efektif jika membawa masalah yang ada ke dalamnya. Cara terbaik untuk mengatasi masalah adalah membicarakannya dan menyerahkannya kepada Allah. Dalam sesi konseling kita harus fokus pada satu pokok masalah; kemudian berhenti sejenak di tengah-tengah sesi konseling. Doa bisa memperbarui fokus kita kepada Allah. Akan sangat membantu jika perhatian klien dipersempit dan dipusatkan pada masalah mereka. Biasanya, saat kita diperhadapkan dengan kesulitan yang tampaknya sangat besar, justru pandangan "kacamata kuda" kita yang seringkali membuat kebutuhan kita tampak sangat besar atau sangat penting saat itu. Berhenti dan berdoa sebelum melanjutkan pembahasan kembali mungkin akan mengubah arah nasihat yang konselor bisa berikan.
Keuntungan mengakhiri sesi konseling dengan doa juga tidak bisa kita abaikan. Tidak ada satu doa pun yang harus diucapkan dengan kalimat yang panjang ataupun konselor merasa seolah-olah dia satu-satunya orang yang harus melakukan doa. Dengan mendorong konseli untuk berdoa bagi masalah mereka sendiri, mereka akan memiliki komunikasi pribadi yang lebih banyak dengan Bapa. Mereka juga akan dikuatkan untuk terus mencari pertolongan Tuhan kita yang selalu ada untuk mereka.
Jika saat berdoa konseli didorong untuk berdoa dengan kata-kata mereka sendiri, mereka sering kali akan mengatakan sesuatu kepada Allah. Mereka bahkan mungkin akan mengucapkan doa dengan bersuara di hadapan Anda, dan mengatakan hal-hal yang mungkin tidak akan mereka katakan jika mereka tidak sedang berdoa. Seorang suami akan memohon ampun kepada Allah karena mengasari, mengabaikan istrinya, atau tidak mendengarkan anak-anaknya di hadapan mereka, yang tidak akan ia lakukan (jika ia tidak sedang berdoa). Seorang istri mungkin akan mengatakan kepada Allah bahwa dia menyesal karena tidak menghormati suaminya -- dalam posisi berdoa. Hal-hal seperti inilah yang perlu diucapkan untuk memulai proses penyembuhan masalah rumah tangga.
Saat akan berdoa dalam suatu konseling, kita menyadari bahwa kadangkala doa tidak pada tempatnya untuk dilakukan. Tidak semua orang yang datang untuk konseling merasa nyaman dengan doa yang terbuka dan dilakukan di depan umum. Tidak semua orang tahu kekuatan doa dengan cara demikian. Jika (seorang konselor) mengajak klien untuk berdoa sementara mereka belum siap, hal ini dapat membuat mereka frustasi dan merasa konselor tidak menanggapinya dengan serius. Bagi beberapa orang, ide untuk berdoa adalah jalan keluar terakhir. Masalahnya adalah, tidak semua orang menghargai pentingnya doa dan seorang konselor harus peka dengan penggunaan doa dalam sesi konseling.
Baik doa digunakan dalam situasi konseling atau tidak, hal penting lain yang harus dimiliki seorang konselor Kristen adalah kehidupan doa. Seorang konselor harus selalu bergantung kepada Roh Kudus untuk meminta hikmat bijaksana dalam melihat kedalaman hati konselinya. Roh Kuduslah yang memberi bimbingan; kita hanya perpanjangan lidah-Nya. Walaupun prinsip-prinsip Kitab Sucilah yang memberi kita petunjuk, namun doalah yang memberi kekuatan kepada kita. Walaupun kita tahu banyak cara untuk memengaruhi pikiran, namun hanya Allah yang dapat memengaruhi hati. Hanyalah hati yang diubahkan yang akan membawa perubahan selamanya. (t/Setya)
Diterjemahkan dari: