Tips: Hal-hal yang Harus Dihindari Konselor

Edisi C3I: e-Konsel 020 - Konseling yang Baik

Dalam dunia konseling, beberapa hal yang harus dihindari konselor supaya tidak menghambat keefektifan kerjanya adalah:

a. Memihak/menitikberatkan pada informasi sepihak

Biasanya problema yang didengar konselor merupakan salah satu aspek persoalan yang dilihat dari sudut pandang konsele itu sendiri. Sebagai contoh, dalam konseling pernikahan, suami maupun istri bisa mempunyai pandangan berbeda mengenai satu persoalan. Tentunya konselor tidak dapat menyelesaikan persoalan dengan baik jika problema hanya didengar dari satu pihak, apalagi kalau sampai berpihak kepada salah satu konsele.

b. Mengambil kesimpulan yang premature/tergesa-gesa/ceroboh

Seringkali yang dikemukakan oleh konsele hanya merupakan gejala atau akibat dari inti persoalannya dan belum tentu merupakan persoalan yang sebenarnya. Oleh karena itu seorang konselor harus menjadi pendengar yang baik dan cermat, tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan, atau langsung memberi jalan keluar.

c. Menekankan konfrontasi

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa menkonfrontasikan konsele dengan kebenaran firman Tuhan adalah satu-satunya jalan bagi orang Kristen untuk mengatasi persoalan. Padahal jika diperhatikan ada banyak cara dalam Alkitab yang dapat disaksikan dan digunakan untuk menolong orang lain mengatasi persoalan mereka, misalnya dengan konfrontasi (Roma 15:14), mengajar (Kolose 3:16), menghibur (1Tesalonika 4:18), memperhatikan (1Korintus 12:25), menguatkan (1Tesalonika 5:11), menerima (Roma 15:7), bahkan kadang-kadang dengan kasih menolong konsele menanggung beban atau pergumulan mereka (Galatia 6:2). Jadi jelas tidak mungkin hanya melalui satu cara saja kita dapat menolong konsele.

d. Terlalu banyak ikut campur

Terjerat dan ikut campur dalam banyak hal mengenai permasalahan konsele sering dialami oleh konselor. Hal ini membuat konselor tidak obyektif terhadap inti persoalannya dan banyak waktu maupun tenaga terkuras yang seharusnya kita gunakan untuk hal-hal lain. Konsele biasanya menuntut perhatian penuh tanpa peduli bahwa konselor mempunyai tanggung jawab kepada keluarga dan konsele lainnya. Untuk menghindarinya konselor harus dapat menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya tanpa merusak hubungan baik yang mungkin sudah terbina. Kebijaksanaan dari Tuhan sangat dibutuhkan untuk dapat tetap memperhatikan konsele tanpa menjadikan persoalannya sebagai pergumulan/beban yang dapat menghancurkan diri konselor.

e. Akrab dengan konsele lawan jenis

Meskipun kita adalah konselor-konselor Kristen, tidak ada jaminan bahwa tidak akan terjadi skandal dalam hubungan konselor dan konsele. Karena itu jangan menyombongkan diri bahwa kita tidak akan jatuh (1 Korintus 10:12-13). Konseling membutuhkan pendekatan yang terkadang sampai pada kebutuhan pribadi konsele yang sangat mendalam, seperti misalnya kebutuhan seksual. Sudah banyak kasus dimana para konselor profesional dan hamba-hamba Tuhan terlibat dalam persoalan ini sehingga pelayanan mereka gagal. Mereka membiarkan hawa nafsu dan perasaannya terikat dengan konsele. Untuk menghindari hal ini konselor harus tegas, dan tidak membiarkan perasaannya terlibat lebih jauh jika mulai muncul tanda-tanda tersebut diantara mereka berdua. Selain itu konselor dianjurkan untuk tidak mengadakan pertemuan di tempat-tempat tertutup, tersembunyi, atau di tempat-tempat sunyi, kecuali jika konselor ditemani diaken atau pekerja gereja yang lain.

f. Kegagalan menyimpan rahasia

Harapan para konsele jika mereka mengutarakan segala persoalan dan isi hatinya kepada konselor adalah agar apa yang mereka katakan itu tidak akan bocor. Namun tanpa disadari, konselor sering mengungkap hal-hal tersebut dalam diskusi formal atau dijadikan ilustrasi khotbah. Untuk menghindarinya, dengan kuasa dan pertolongan Tuhan kita harus mematikan kebiasaan untuk membicarakan orang lain (Yakobus 3:1-10; 1Petrus 3:10).

g. Pelayanan yang tidak seimbang

Melalaikan tanggung jawab kepada keluarga, mengabaikan waktu untuk berdiam diri, berdoa, atau beristirahat seringkali dilakukan oleh para konselor Kristen yang terlalu sibuk dalam pelayanan konselingnya. Konselor hendaknya belajar dari Tuhan Yesus yang selalu mempunyai waktu untuk istirahat dan berdoa. Konselor harus mengerti batas-batasnya, jangan sampai persiapan khotbah, waktu doa dan saat teduh terabaikan, begitu juga dengan tugas-tugas dan tanggung jawab lainnya. Pelayanan konselor akan menjadi tidak efektif dan tidak akan menjadi teladan bagi orang lain apabila konselor mengabaikan hal-hal tersebut diatas. Menjadi konselor yang profesional memang tidak mudah, tetapi kita dapat mencobanya dengan menjadi konselor yang efektif dalam membagi waktu, baik itu untuk dunia konseling, keluarga, pelayanan, dan hubungan pribadi dengan Tuhan.

Sumber
Halaman: 
18 - 22
Judul Artikel: 
Konseling Kristen yang Efektif
Penerbit: 
Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1998