Duka Karena Kematian Orang yang Dikasihi

Edisi C3I: e-Konsel 036 - Konseling untuk Mereka yang Berkabung (1)




AYAT ALKITAB
Wahyu 21:4 Yohanes 14:1-3Mazmur 23:4-6
Filipi 1:21, 23 1Petrus 1:3-5
Yohanes 11:25,262Korintus 5:1

LATAR BELAKANG

Dukacita adalah derita emosional yang menusuk dalam disebabkan oleh
kematian orang yang dikasihi. Peristiwa kematian akan menyebabkan
orang mengalami kesedihan, penderitaan dan kepedihan. Meninggalnya
salah seorang yang dikasihi sungguh menyebabkan suasana sedih dan
sepi.

Masa sedemikian adalah masa sulit. Orang yang ditinggal sering
merasa bahwa pengalamannya unik, tak seorang pun menanggung
kehilangan seperti yang dideritanya. Berangsur-angsur melalui proses
waktu, biasanya orang akan pulih ke keadaan semula. Tetapi orang-
orang tertentu terus mengalami kedukaan berkepanjangan. Dalam arti
tertentu, tak seorang pun dapat bebas sempurna dari merasa
kehilangan kekasihnya.

Proses penyembuhan yang disebut di atas, biasanya sebagai berikut:


  1. Kejutan awal akibat kematian: dampak emosi yang dalam itu kadang-
    kadang melumpuhkan seseorang.

  2. Pelepasan emosi: masa menangis.

  3. Kesepian dan kemuraman: Perasaan kehilangan sering berkaitan
    dengan derajat ketergantungannya pada orang yang meninggal.

  4. Rasa bersalah: "Seharusnya aku bertindak lain," atau "Seharusnya
    aku bertindak lebih ..." dan sebagainya.

  5. Marah dan berontak: "Mengapa Allah bertindak seperti ini
    terhadapku?"

  6. Tahap kehilangan gairah: "Aku tak tahan," atau "Masa bodohlah."

  7. Berangsur-angsur kembali pada pengharapan: "Hidup harus berjalan
    terus." "Aku akan sanggup menanggungnya." "Allah akan membantu
    mengatasi semua ini."

  8. Kembali pada kenyataan dan kewajaran: menerima fakta kehilangan
    dan menyesuaikan diri dengannya.

Harus kita ingat, bahwa dukacita tidak dapat diramalkan dan tak pula
dapat diurut tahapannya. Kadang-kadang tahap-tahap duka muncul
bersama dan saling tumpang tindih. Ada kalanya orang yang berduka
merasa lepas sementara dari tahap sedih tertentu, untuk kemudian
kembali terulang.

Untuk membimbing orang yang berduka, diperlukan keikhlasan, kepekaan
dan kelembutan khusus, simpati dan empati. Kita perlu bergantung
pada pimpinan Roh Kudus. Terlalu gampang dan banyak bicara, atau
memberikan jawaban, adalah bertindak lancang. Ucapan-ucapan kita
harus tulus dan bermakna, peka dan tepat dengan situasi tersebut,
sebab hiburan sejati bagi orang yang berduka tergantung di mana
sesungguhnya dia berada dalam proses dukanya.

Jangan menganggap Anda memiliki jawaban untuk segala hal. Akui
bahwa Anda tidak mengerti mengapa atau bagaimana sampai Allah
melakukan itu.

Jangan ucapkan hal-hal klise dan basi tentang kematian dan
penderitaan.

Jangan katakan bahwa kalau yang berduka lebih rohani atau lebih
akrab dengan Allah, kedukaannya akan lebih ringan.

Ingat bahwa kesempatan yang singkat untuk melayani tidak akan
memadai untuk menolong yang berduka. Namun kita layani semampu kita,
membagikan Yesus Kristus dan berita Firman Tuhan, sambil percaya
bahwa Allah akan melakukan bagian-Nya.

Jangan memompakan padanya usaha untuk membuatnya riang dan senang.

STRATEGI BIMBINGAN


  1. Nyatakan kepadanya bahwa Anda memperhatikan dia dan ingin
    menolong. Silakan dia menceritakan kematian orang yang
    dikasihinya dan bagaimana perasaannya. Jadilah pendengar yang
    sabar. Ini membantu dia mengalirkan perasaan-perasaan dukanya.

  • Katakan bahwa menangis dan berduka adalah sehat. Ini merupakan
    pengalaman lazim manusia yang kita semua harus melaluinya. Ada
    yang mengatakan bahwa duka adalah "karunia Allah". Ia dapat
    menjadi jalan bagi Allah untuk membantu kita bereaksi terhadap
    kejutan dahsyat yang disebabkan oleh kematian dan akibat-akibat
    emosional yang mengikutinya. Yesus berkata: "Berbahagialah mereka
    yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Matius 5:4).
    "Yesus sendiri menangis di depan kubur Lazarus." (Yohanes 11:35).
  • Nyatakan kepadanya bahwa mengungkapkan perasaan-perasaan
    bersalah, marah, bingung atau muram, adalah baik. Perasaan
    tersebut tidak boleh ditekan olehnya atau ditolak oleh
    pembimbing. Dorong dia untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
  • Katakan kepadanya bahwa apa yang dirasakannya adalah wajar dalam
    proses berduka dan bahwa penerimaan serta penyembuhan akan
    datang, walaupun mungkin perlahan-lahan. Allah ingin memikul
    kepedihan dan kedukaan kita serta menghibur, memberi harapan dan
    kekuatan. Pada saat sedemikian, hidup akan terasa tak berarti,
    tetapi ingat -- Kristus tak berubah, Batu Karang yang teguh,
    dasar yang di atas-Nya kita dapat membangun ulang hidup kita.
  • Tanyakan dia apakah dia pernah menerima Yesus Kristus menjadi
    Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Jika belum, jelaskan "Damai
    dengan Allah".
    [[Red: "Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun
    orang non Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA);
    atau dalam Buku Pegangan Pelayanan ini, halaman 5; atau dalam
    CD-SABDA: Topik 17750.]]

  • Katakan bahwa bagi orang Kristen, kematian bukanlah akhir
    kehidupan. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah
    mengalahkan dosa dan maut, sehingga beriman kepada-Nya kini,
    berarti: kita "tidak akan mati selama-lamanya" (Yoh 11:25-26);
    "kita memiliki hidup kekal" (Yohanes 3:16); "kita punya tempat
    terjamin di surga" (Yohanes 14:1-6), "kita akan menerima tubuh
    kebangkitan" (1Korintus 15:51,52). Juga, "jikalau kita percaya,
    bahwa Yesus telah mati dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa
    mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-
    sama dengan Dia." (1Tesalonika 4:14); jadi akan terjadi pertemuan
    kembali penuh kemuliaan kelak, antara kita dan semua mereka yang
    kita kasihi dan yang ada di dalam Tuhan!
  • Nasihatkan orang tersebut untuk mulai membaca dan mempelajari
    Alkitab. Alkitab adalah sumber kekuatan dan penghiburan.


  • Katakan bahwa Allah menganggap hidup kita di bumi sebagai
    persiapan untuk kesukaan besar surgawi (Markus 8:36). Karena itu,
    Dia mengizinkan ujian, penderitaan dan kematian orang yang kita
    kasihi, dalam hidup kita, agar kita menyadari betapa kita perlu
    percaya pada-Nya. "Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah
    dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan
    menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada
    Allah yang membangkitkan orang-orang mati." (2Korintus 1:9).

  • Jika dia mengungkapkan rasa bersalah atas aspek tertentu dari
    kematian orang yang dikasihinya (biasa terjadi pada kasus bunuh
    diri), nasihatkan dia untuk tidak mengecam diri berlebihan. Dia
    tidak perlu memikul rasa bersalah atas sesuatu yang tidak benar-
    benar dilakukannya. Semuanya sudah lewat, dan dia harus belajar
    menyerahkan semua penyesalannya kepada Tuhan. Jika ada sesuatu
    yang ingin diakuinya kepada Tuhan, lakukanlah, tetapi terimalah
    keampunan-Nya dalam terang (1Yohanes 1:9).

  • Jika nampaknya dia diliputi oleh perasaan kehilangan, kesepian
    dan gelap tentang apa yang harus dilakukannya kelak, anjurkan dia
    untuk menceritakan itu pada keluarganya dan mempercayai mereka
    untuk memberi dukungan emosional dan kekuatan. Gereja dapat
    mengisi kekosongan yang tersisa. Dia harus terlibat dalam
    persekutuan gereja. Pendeta dapat memberikan dukungan emosional.
    Jika dia belum menjadi anggota, dia harus melibatkan diri dalam
    suatu gereja yang mementingkan Alkitab. Belajar menerima kehendak
    Allah atas apa yang telah terjadi, memiliki hati yang bersyukur
    atas apa yang telah dialami bersama dengan orang yang dikasihi
    dan atas janji Tuhan tentang hal-hal yang akan dialami kelak,
    serta mengulurkan tangan kasih Kristen menolong mereka yang
    sedang pedih, akan menjadi cara kesembuhan dan faktor penting
    untuk belajar kembali menjalani hidup.

  • Berdoalah meminta pengertian, hiburan dan berkat bagi hidupnya,
    bersamanya.


  • Menurut Billy Graham:

    Keyakinan kita akan masa depan berdasar teguh pada kenyataan yang
    Allah telah buat bagi kita dalam Kristus. Karena Kristus hidup, kita
    tak perlu muram, bagaimana pun situasi kita. "Jika kita telah mati
    dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
    Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang
    kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:8,23).

    Sumber
    Halaman: 
    55 - 59
    Judul Artikel: 
    Buku Pegangan Pelayanan
    Penerbit: 
    Persekutuan Pembaca Alkitab
    Situs: 
    http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/036/