Tips: Menolong Mereka yang Berduka

Edisi C3I: e-Konsel 037 - Konseling untuk Mereka yang Berduka (2)

Konselor yang ingin menolong konsele yang sedang mengalami kedukaan yang mendalam (karena kehilangan orang yang dikasihi) harus ingat bahwa tugas utamanya bukanlah menutupi rasa pedih yang dialami konsele, tapi menolong konsele agar dapat jujur menghadapi perasaan yang sesungguhnya.

Penelitian menunjukkan bahwa periode dua tahun merupakan waktu yang wajar untuk seseorang mulai pulih dari kepedihannya. Namun masing- masing individu mempunyai cara-cara yang unik dalam menghadapinya, oleh karena itu hindarkan pemaksaan kepada konsele tentang apa yang harus dilakukan untuk memulihkan kepedihannya itu. Agar proses pemulihan dari kedukaan itu dapat berjalan secara alami, konselor perlu mengingat tiga kebutuhan konsele berikut ini:

  • MENERIMA kenyataan kehilangan itu.
    Banyak orang yang menderita dukacita yang sangat dalam mencoba menyangkali kenyataan, misalnya berpura-pura menganggap bahwa orang yang dikasihi itu masih hidup, atau menyimpan semua barang- barang dari orang yang meninggal itu. Untuk itu berikan tantangan yang lembut, perhatian serta dukungan, supaya secara bertahap konsele dapat menghadapi kenyataan yang sebenarnya.
  • MENYESUAIKAN diri dengan kenyataan baru.
    Setelah konsele menerima kenyataan baru, dia harus ditolong untuk mulai menyesuaikan diri dengan melakukan perubahan-perubahan praktis dalam kehidupannya sehari-hari. Perasaan menerima ini akan terus berkembang melalui proses alami jika konsele mau mengambil inisiatif sendiri untuk menyesuaikan diri. Misalnya, seorang duda yang dulu menggantungkan diri pada istrinya dalam membayar semua tagihan harus menyadari bahwa hal itu sekarang menjadi tugasnya. Seorang wanita yang dulu selalu minta nasehat pada almarhum ayahnya, sekarang ia harus mencari penasehat yang lain.
  • Sebagai REINVESTASI di masa mendatang.
    Tahap ini mungkin merupakan tahap paling sulit dalam proses pemulihan kedukaan ini. Ketika konsele mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan baru, bahwa ia tidak lagi memiliki seseorang yang dulu sangat berarti baginya, maka ia akan tergoda untuk segera mengisi kekosongan ini, atau sebaliknya akan menghindarinya. Konselor dapat menuntun konsele yang berada diantara kedua keadaan tersebut dengan menolongnya me-reinvestasi secara bertahap dan tidak terburu-buru dalam membuat keputusan-keputusan besar.
Dalam masa pemulihan dari kedukaan ini, akan sangat baik jika konsele didorong untuk bisa bebas mengekspresikan kepedihannya dengan cara-cara yang "sehat", misalnya menangis, membela diri, atau bertanya. Dengan lembut yakinkan bahwa suatu kehidupan yang berarti dan memuaskan dapat hadir sekali lagi dalam hidupnya.

Sumber
Halaman: 
324 - 325
Judul Artikel: 
Leadership Handbook of Outreach and Care
Penerbit: 
Baker Books, Michigan, 1994