Cewek Tomboy: Apakah Saya Harus Mengganti Identitas Saya?

PERTANYAAN:
Saya seorang wanita 24 th (lajang), lulus pendidikan akutansi (D3), sudah bekerja dan anak bungsu dari empat bersaudara yang semuanya laki-laki. Ayah sudah meninggal sejak saya berusia 5th; ibu pekerja keras dan tidak ada waktu untuk memperhatikan kami. Sejak kecil, saya selalu bermain dengan kakak dan teman-temannya yang memang laki- laki semuanya, bahkan sampai sekarang saya masih berlatih karate dengan mereka. Seringkali orang menyebut saya tomboy. Saya juga suka rambut pendek, pakai jeans yang saya pinjam dari kakak atau celana pendek, sepatu boots ... pokoknya apa saja yang praktis menurut saya. Meskipun demikian saya wanita sejati, Bu ...

Saya ingin sekali punya pacar, dan nantinya membangun keluarga bahagia. Beberapa kali saya pernah dekat dengan pria, bahkan sempat juga berpacaran dua kali, tapi diputuskan begitu saja. Saya tidak tau salahnya dimana. Kata teman-teman, saya kurang feminin, Bu. Memang saya kurang suka bersolek, apalagi pakai bedak tebal dan lipstik, saya juga tidak suka memasak dan hal-hal kewanitaan yang lain. Saya pikir tanpa itupun, saya seorang wanita yang berjiwa lembut dan penyayang. Apakah memang saya harus mengganti identitas/jati diri saya ini Bu, supaya bisa menikah nantinya ?? Bukankah seorang harus menjadi dirinya sendiri?

JAWAB:
Anda rupanya belum mengenali diri anda sendiri. Satu pihak anda menyadari kebutuhan anda untuk punya pacar, tapi dipihak lain anda tidak tau apa yang dapat anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Anda ingin menjadi apa adanya, sehingga anda kurang memahami nilai-nilai sosial yang bersangkut-paut dengan gaya hidup anda saat ini. Anda ingin dikenal sebagai seorang wanita sejati, tapi anda juga ingin mempertahankan "identitas semu" anda dengan menolak unsur-unsur kewanitaan yang selama ini belum sempat anda kembangkan. Tentu saja kewanitaan tidak bisa dibuktikan hanya dengan memakai rok, bersolek, memakai gelang, kalung ataupun anting, karena banyak pria yang sekarang juga memakai yang sama. Paling tidak coba anda hidupkan peran-peran wanita dalam dirimu

Disamping itu anda juga harus memahami bahwa sebagai seorang wanita yang sudah menginjak dewasa, seharusnya anda sudah dapat beradaptasi ditengah lingkungan sosial anda dan berfungsi dengan baik sesuai dengan bakat yang anda miliki. Anda juga diharapkan untuk bisa memenuhi peran sebagai "wanita" yang wajar sebagaimana diharapkan oleh lingkungan, paling tidak bisa mengatur rumah tangga nantinya, yang sampai hari ini anda masih belum sukai.

Sebagai satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, memang bisa dimengerti kalau lebih banyak peran laki-laki yang anda pelajari. Apalagi kedekatan dengan ayah yang sangat singkat tidak memberi cukup banyak waktu bagi anda untuk mempelajari kehangatan ikatan emosi yang seharusnya anda kembangkan. Anda rupanya juga kurang mendapatkan perhatian dari ibu yang sibuk berjuang untuk menghidupi seluruh keluarga. Walaupun anda selalu bermain bersama kakak yang semuanya laki-laki, tapi anda tidak mempunyai model seorang pria yang mengasihi dan yang anda juga kasihi.

Memang Tuhan bisa memberi apa yang anda butuhkan, tapi ada bagian yang anda harus pertanggung-jawabkan, yaitu mengubah apa yang masih bisa diubah - terutama sikap anda terhadap diri sendiri. Jati diri manusia memang harus dihargai, tetapi apa itu jati diri? Bukankah jati diri anda bukan hanya masalah perasaan dan keinginan anda, tetapi keberadaan anda sesuai dengan natur anda sebagai seorang wanita? Semoga Tuhan menolong dan memberikan bijaksana sehingga anda bisa memulai suatu kehidupan baru yang berkelimpahan.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
Parakaleo (Edisi Okt. - Des. 2002)
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRI