Usia Tengah Baya: Krisis Atau Masa Transisi?

Edisi C3I: e-Konsel 078 - Paro Baya

Saya ingin merangkak ke bawah tempat tidur. Ya, sebenarnya saya tidak mau menampakkan diri. Saya merasa begitu frustrasi dan suami saya sedang berbaring di sebelah saya dan hendak tidur. Saya ingin agar ia berbicara kepada saya, tetapi saya tidak tahu bagaimana saya dapat mengajaknya tanpa membuat ia menjadi marah.

Tentu saja saya mencaci maki diri saya sendiri, saya seharusnya mengerti bahwa ia sangat sibuk dan besok jadwalnya sangat padat. Ia perlu tidur, jadi saya seharusnya tidak membangunkan dia hanya karena masalah-masalah saya. Di samping itu, bila kami benar-benar berbicara, rasanya saya tidak dapat membuatnya mengerti keadaan saya. Saya menjadi semakin bingung dan frustrasi dan kami biasanya mengakhiri keadaan seperti itu dengan rasa tidak enak satu sama lain. Saya juga akan sibuk besok -- saya biasanya selalu begitu -- tetapi kehidupan sehari-hari saya, rasanya, merupakan bagian dari suatu dunia yang lain.

Tentu, besok saya akan bangun seperti biasa. Saya akan menolong Jim, dan putri-putri saya memulai kegiatan mereka. Saya sungguh akan sibuk melakukan pekerjaan di sekitar rumah. Dalam minggu ini, saya juga akan menelepon beberapa orang untuk pertemuan kepanitiaan nanti, membeli beberapa pesanan, mengirim sepucuk surat untuk seseorang yang berulang tahun, mengadakan beberapa janji, dan mempersiapkan makan malam yang nikmat untuk keluarga. Setelah itu, saya harus memastikan bahwa ketiga putri kami berangkat untuk satu kegiatan sore hari itu, lalu membawa anjing kami masuk dan keluar rumah beberapa kali dan merasa bersalah karena saya tidak memiliki waktu untuk berbuat sesuatu bagi seorang teman yang sedang sakit. Setelah mengucapkan selamat malam kepada ketiga putri kami, saya masih harus membereskan beberapa hal lagi sebelum Jim tiba di rumah dari sebuah pertemuan dan kemudian kami akan segera tidur.

Lalu, barulah perasaan tidak enak yang menyiksa dari waktu ke waktu sepanjang hari itu akan semakin kuat. Saya ingin membagikannya dengan Jim dan minta tolong kepadanya agar ia menghilangkan perasaan itu. Ia menasihati setiap orang dan menerima pujian mereka karena Jim bijaksana dan suka menolong, tetapi mengapa ia tidak mau menolong saya? Memang, kadang-kadang ia menolong saya, tetapi ia lebih sering terikat oleh pekerjaannya. Saya merasa disisihkan dan tidak dibutuhkan, seperti sebuah dus karton bekas.

Suatu gelombang rasa mengasihani diri sendiri menguasai diri saya. Tak lama setelah itu, rasa cemburu menghantam diri saya. Dan sebelum saya dapat memulihkan diri saya dari perasaan itu, gelombang ketiga, yaitu rasa tertolak dan disakiti menerpa saya. Sebuah dus karton bekas -- ya, memang saya merasa seperti kotak dus karton yang sudah lembek.

Tetapi saya tidak ingin tenggelam! Ya, memang saya sering ingin menghilang dari kehidupan, tetapi apa yang sebenarnya saya kehendaki ialah agar semua kebingungan yang dirasakan itu dapat diluruskan sehingga saya dapat kembali merasakan hidup bahagia seperti yang seharusnya saya alami. Sebagian dari diri saya merasa bahagia, tetapi yang sebagian besar lagi merasa sedih dan saya tidak tahu penyebabnya.

Pengalaman-pengalaman seperti ini biasa saya alami, timbul dan tenggelam selama paro kedua usia tiga puluhan saya. Rasa frustrasi dan kebingungan saya, terutama mulai menjadi kritis antara usia 36 sampai 39 tahun. Jim dan saya mengira masalah ini hanya dialami oleh saya sendiri -- beberapa kebiasaan khusus dalam perilaku saya yang perlu saya benahi. Sekarang kami melihat masalah itu sebagai masa peralihan menuju usia tengah baya.

Apa yang Dimaksud dengan Usia Tengah Baya?

Pada umumnya, usia tengah baya mulai terjadi pada usia tiga puluh tiga sampai tujuh puluh tahun.

Baru pada abad ini banyak orang menyadari bahwa mereka mengalami apa yang sekarang disebut sebagai usia tengah baya. Sampai tahun 1900, usia yang dapat diharapkan dari seorang laki-laki, kira-kira 48 dan 51 tahun untuk seorang perempuan. Dalam tahun 1900 hanya 10 persen dari penduduk berusia tengah baya. Sekarang, rata-rata usia orang dewasa di dalam usia kerja lebih daripada 45. Jumlah seluruh penduduk telah meningkat hampir 100 persen dalam abad yang lalu, tetapi orang yang berusia tengah baya telah bertambah 200%.

Tengah baya merupakan suatu waktu dalam hidup dimana terjadi banyak peristiwa besar yang memaksa kita untuk mengadakan penataan kembali. Penilaian kembali ini diadakan bukan hanya karena seseorang memasuki usia 36 atau 39 tahun, bukan juga karena kehidupan pernikahan menjadi tawar atau karena mengalami suatu kehilangan yang menimbulkan trauma dalam kehidupan. Penataan kembali ini tampaknya terjadi karena adanya satu gabungan faktor-faktor berikut yang bertemu dalam usia tengah baya.

Stres apakah yang dimaksud di sini?

  1. Pandangan kebudayaan kita saat ini mengenai pemuda dan usia.
  2. Situasi pernikahan yang tidak bahagia atau hampir tidak hadirnya suatu kehidupan pernikahan.
  3. Krisis usia tengah baya dari teman hidup kita sendiri.
  4. Tuntutan dari anak-anak dan keinginan mereka yang semakin bertambah.
  5. Prioritas karier.
  6. Penumpukan kehilangan traumatis seperti: kematian, sakit, atau menjadi tua.
  7. Desakan dari dalam diri kita agar mewujudkan impian hidup kita.
  8. Keharusan untuk menilai kembali masa lampau dan merencanakan masa yang akan datang.
Bagaimana Perbedaan Laki-laki dan Perempuan dalam Usia Tengah Baya?

Dalam usia tengah baya, laki-laki dan perempuan sangat mirip dalam beberapa bidang: Keduanya dipengaruhi tekanan kebudayaan mengenai masa muda dan keduanya menyadari akan tubuh mereka yang semakin tua. Akan tetapi mereka jelas berbeda dalam beberapa bidang.

  1. Karier

    Seorang pria yang memasuki usia tengah baya bertanya, "Mengapa saya harus bekerja? Apa yang telah saya capai dalam hidup saya? Bagaimana saya dapat memperlambat atau mengarahkan kembali tenaga saya untuk mengalami karier yang lebih berarti?" Tetapi wanita tengah baya akan bertanya, "Kapan saya dapat mulai bekerja? Bagaimana saya dapat mengembangkan karier saya?" Ia memikirkan kemungkinan bersekolah kembali guna meraih gelarnya. Ia memikirkan untuk dapat mengikuti seminar-seminar. Singkatnya, ia sungguh-sungguh mulai berkembang dengan cita-cita kariernya.

  2. Keintiman

    Seorang pria bersikap intim pada awal pernikahannya untuk mengokohkan pernikahannya, tetapi kemudian konsentrasinya beralih pada kariernya, yang telah menjadi pusat hidupnya sepanjang tahun ketika anak-anak masih berada di rumah. Tetapi pada waktu ia memasuki saat krisis usia tengah baya, ia mulai memikirkan hubungan antarpribadi yang telah hilang, terutama hubungannya dengan anak- anaknya. Ia juga menghendaki agar istrinya menjadi pacar dan kekasihnya, bukan hanya sekadar seorang ibu dan pengelola rumah tangga saja.

    Wanita tengah baya sering menukar keintiman dengan sikap yang tegas. Ia melihat dengan jelas ke mana ia menuju dan mulai mencapai sasarannya. Kadang-kadang, wanita tengah baya yang berorientasi pada sasaran mengorbankan beberapa kualitas keintiman yang sebelumnya dilakukan untuk mencapai sasaran hidupnya. Mungkin ia kembali mengikuti kuliah secara penuh sebagai seorang mahasiswa. Ini merupakan waktu yang sempit dan jika ia terlalu letih pada akhir hari itu dan tidak dapat berbicara lagi -- maka pembicaraan harus ditunda sampai keesokan harinya lagi.

  3. Sikap tegas

    Pria usia tengah baya yang selama ini menjadi pemegang kemudi dan pendorong, dalam sebagian besar dari kehidupan pernikahannya, kini mulai mundur ke belakang, mulai bersenang-senang, dan mulai menikmati beberapa hal yang telah dicapainya. Ia menghendaki masa liburan yang lebih banyak, "Marilah kita keluar kota untuk berakhir pekan lebih lama sedikit", "Marilah kita sedikit bersantai."

    Wanita tengah baya melakukan yang sebaliknya. Ia berkata, "Saya ingin kembali kuliah. Saya ingin maju terus. Segala sesuatu akhirnya tiba ke tempat di mana saya mampu bergerak maju. Marilah kita bergerak maju.

    Pandangan terhadap keluarga. Pada awal usia tengah baya pria melalaikan keluarganya sementara ia memusatkan pada kariernya. Sekarang ia sedang menghadapi rasa penyesalan yang dalam dan merasa bersalah, karena ia berharap untuk dapat mengalami kembali sebagian dari saat-saat itu. Tomy berkata, "Saya benar-benar berhasil sebagai seorang usahawan, tetapi pada waktu saya menuju proses keberhasilan itu, saya kehilangan anak-anak saya."

    Wanita usia tengah baya telah memakai sebagian besar waktunya dengan keluarganya. Sekarang ia telah siap menghadapi suatu tantangan baru dalam hidupnya. Ini tidak berarti bahwa ia tidak mempedulikan keluarganya, tetapi keluarga sekarang tidak menduduki tempat yang terlalu penting dalam hidupnya.

  4. Seksualitas

    Selama masa usia tengah baya, kapasitas seksual seorang pria menjadi perhatiannya yang terutama. Nafsu seksualnya sekarang lebih lambat ketimbang dahulu ketika mencapai puncaknya pada masa remajanya; ia memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai ereksi dan berejakulasi. Tetapi seorang pria pada usia empat puluhan adalah seorang kekasih yang jauh lebih efektif. Ia memahami kebutuhan istrinya dengan lebih utuh dan nafsu seks yang lebih lambat menyebabkan hubungan seksualnya lebih memuaskan.

    Sebaliknya, kebanyakan wanita usia tengah baya, sedang mengalami suatu kebangkitan seksual yang baru. Dorongan seksualnya yang bertambah menyebabkan mereka lebih tegas, mengalami frekuensi orgasme yang lebih banyak dan mengalami orgasme ganda dalam tempo yang lebih pendek. Dengan perkataan lain, wanita usia tengah baya sungguh-sungguh sedang memasuki masa puncak kehidupan seksualnya.

  5. Pandangan terhadap kematian

    Pada usia empat puluhan terjadi kenaikan yang tajam dari jumlah pria yang meninggal secara mendadak, misalnya karena sakit jantung. Pria mulai memikirkan kehidupan dan kematian -- memikirkan sampai usia berapa ia akan hidup -- berapa lama lagi ia masih memiliki waktu untuk menyelesaikan kewajibannya -- apa yang benar-benar penting dalam hidupnya. Ia sedang menghadapi kematiannya sendiri.

    Akan tetapi seorang wanita usia tengah baya tidak terlalu memikirkan tentang kematian. Wanita cenderung untuk hidup lebih lama dan kematian mendadak karena penyakit jantung dan penyakit-penyakit yang lain tidak akan dialami oleh seorang wanita sampai ia melampaui masa menopause. Jadi, di satu pihak, pria sedang memikirkan kematian dan bertanya-tanya kapan hidupnya akan berakhir, sementara istrinya berkata, "Bagi saya, hidup baru saja dimulai."

Apakah Perlu Terjadi Suatu Krisis?

Ada orang yang bertanya apakah bedanya antara masa peralihan usia tengah baya dengan krisis usia tengah baya. Masa peralihan berarti seseorang beralih dari satu tahapan kehidupan ke tahapan lain. Peralihan terjadi beberapa kali dalam kehidupan kita, seperti beralih dari masa kanak-kanak menjadi remaja atau dari pertengahan dewasa menjadi orang dewasa yang matang. Masing-masing perubahan ini jika dimengerti secara tepat dan direncanakan, dapat terjadi tanpa mengalami rasa tertekan secara berlebih-lebihan.

Akan tetapi, apabila timbul beberapa faktor stres pada waktu yang sama dengan terjadinya peralihan tersebut, maka dapat terjadi suatu krisis.

Setiap pria dan wanita akan melewati peralihan dari masa dewasa muda menjadi masa dewasa tengah baya. Tidak semua akan mengalami suatu krisis. Tetapi, penelitian kami menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga wanita dan kira-kira 75 sampai 80 persen dari pria di Amerika Serikat mengalaminya. Ini berarti bahwa selama jangka waktu tertentu mereka tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Akhirnya, mereka mengadakan penilaian secara luas terhadap arah kehidupan mereka yang menyebabkan perubahan dalam nilai-nilai dan apa yang ingin dicapai.

Sumber
Halaman: 
5 - 11
Judul Artikel: 
Krisis Tengah Baya
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup Bandung 1997