Kecanduan Kerja

Edisi C3I: e-Konsel 132 - PASKAH

KECANDUAN KERJA

Seperti "-aholics" lainnya, "workaholic" juga merupakan kecanduan yang tidak sehat. Dalam hal ini, kecanduannya adalah bekerja, karier, atau suatu kepercayaan bahwa mereka adalah "satu-satunya orang yang dapat melakukan pekerjaan dengan benar". Tanpa memerhatikan kepercayaan ini, seseorang yang kecanduan kerja bisa saja menganggap dirinya adalah suatu kesalahan atau sedikit berharga. Sering kali ini merupakan suatu tanda ketidakamanan atau ketidakmampuan dalam membuat prioritas.

Pencandu kerja akan menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan bekerja atau membawa pulang pekerjaan mereka. Sering kali mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk kehidupan pribadinya -- keluarga, hobi, atau waktu luang. Memiliki keseimbangan bukan hanya suatu keinginan yang lebih baik; tapi juga memerlukan kesehatan mental, fisik, spiritual/rohani, dan emosional yang menyeluruh.

Bagaimana bisa memiliki keseimbangan?

Mundur dan lihatlah hidup Anda. Apakah Anda mengorbankan bagian-bagian lain dari hidup Anda karena waktu dan perhatian dihabiskan untuk bekerja? Jika mengejar kebutuhan keuangan sesaat lebih penting daripada mempererat hubungan jangka panjang Anda dengan pasangan dan anak-anak, Anda perlu memikirkan kembali prioritas Anda. Tentu saja, Anda akan mengatakan kepada diri sendiri bahwa Anda bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan ini adalah bagian penting dalam hidup. Tetapi sejujurnya, adakah keseimbangan pada saat Anda menggunakan waktu Anda? Karena keseimbangan adalah kunci utamanya.

Berikut ini beberapa langkah untuk bisa mencapai keseimbangan yang sehat.

  1. Buatlah batasan waktu dan perhatian yang Anda berikan untuk pekerjaan Anda.
  2. Sediakanlah waktu yang berkualitas untuk hubungan pribadi dan waktu luang Anda.
  3. Hadapilah ketakutan akan kegagalan atau ketidakamanan yang mungkin muncul -- bicarakan hal ini dengan pendeta atau konselor.
  4. Tegaskan harga diri Anda di hadapan Allah, jangan gantikan Dia dengan mengutamakan diri sendiri atau karier.
  5. Gunakanlah kreativitas Anda untuk mendapatkan prestasi, mungkin dengan hobi, bukan bekerja.
  6. Pekalah terhadap kebutuhan keluarga dan teman-teman Anda.
  7. Lakukanlah kegiatan-kegiatan yang menyehatkan fisik -- berenang, bersepeda, atau ke tempat kebugaran.

Jika kita memiliki keseimbangan yang baik secara fisik, mental, rohani, dan emosional, semuanya itu akan berpengaruh pada apa pun yang kita kerjakan. Kita dapat tampil lebih baik dalam bekerja; kita menikmati hubungan yang sehat dengan orang yang kita kasihi dan akhirnya kita dapat menikmati tujuan dan keindahan hidup yang Tuhan sediakan bagi kita. Seperti suatu ungkapan, "Nikmatilah hidup ini."

Manfaat dari keseimbangan

Ketika kita berhasil mencapai gaya hidup yang seimbang, kita akan lebih mudah mendapatkan kedamaian yang selama ini kita cari. Kita tidak perlu takut pada ketidakamanan. Kita dapat datang kepada Tuhan dan berdoa memohon hikmat bijaksana dan tuntunan. Hubungan spiritual kita dengan-Nya tidak dapat diabaikan.

Seperti yang dikatakan oleh Robert, "Tidak peduli seberapa kerasnya saya bekerja, saya tidak akan pernah sangat diperlukan oleh perusahaan, komite, atau penyedia lapangan kerja mana pun. Saya tidak akan pernah seberharga diri saya ketika saya memikirkannya. Saya hampir bunuh diri karena stres dan kelelahan. Apakah ini berguna? Demikianlah pikiran saya saat itu. Saya mengutamakan pekerjaan saya, tetapi kemudian saya sadar betapa salahnya saya."

"Saya tidak mengenal anak-anak saya, pernikahan saya hancur dan kesehatan saya memburuk. Kemudian suatu hari, Tuhan mengingatkan saya bahwa kesehatan dan hubungan dengan keluarga dan Dia adalah kehidupan yang sebenarnya. Jika saya tidak mulai merawat diri saya sendiri, saya tidak akan ada untuk mereka atau orang yang memberi saya pekerjaan. Jika saya tidak mendapatkan suatu keseimbangan, saya tidak akan mempunyai keluarga!

Saya tidak dapat kembali dan mendapatkan apa yang sudah hilang dari keluarga saya, tetapi tentu saja saya tidak ingin kehilangan lagi. Tuhan menolong saya melihat nilai mereka dan betapa berharganya mereka bagi saya. Dia adalah satu-satunya yang mewujudkan kebutuhan saya untuk mendengar, `Kamu tidak akan pernah tergantikan!`. Sekarang saya tahu bahwa saya salah memutuskan prioritas; sekarang saya menyerahkan keputusan itu kepada Tuhan. Dia yang merencanakan tujuan hidup saya dan saya telah bertobat karena mengabaikan keluarga dan Tuhan."

Bagaimana menolong orang yang kecanduan kerja?

Anda dapat menolong orang yang kecanduan kerja jika Anda memahami kondisinya. Seorang pencandu kerja adalah orang yang kelainan dalam keinginan bekerja. Seorang pencandu kerja tidak akan pernah memiliki pekerjaan yang cukup; mereka selalu ingin lebih banyak bekerja. Seorang pencandu kerja bisa melihat perilaku menyimpang mereka dalam bekerja sebagai kesenangan atau pun dalam keadaan tertentu sebagai beban.

Orang yang kecanduan kerja dapat ditolong, namun tentunya membutuhkan waktu dan usaha, baik dari pencandunya maupun orang yang mencoba menolongnya. Bagaimana Anda dapat menolong seseorang supaya terhindar dari kecanduan kerja? Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengenali beberapa tanda kecanduan kerja.

Orang yang kecanduan kerja biasanya adalah orang yang:

  1. Sulit memiliki waktu bersantai;
  2. Membawa pulang pekerjaan mereka dan bahkan tidur bersama pekerjaan itu;
  3. Mencoba melakukan pekerjaannya pada hari libur atau akhir pekan;
  4. Senang bekerja lebih dari empat puluh jam dalam seminggu.

Jika seseorang yang Anda kasihi memiliki satu atau lebih dari gejala-gejala itu, tidak berarti orang tersebut pencandu kerja. Ini berarti tidak berfungsinya penilaian kembali atas hidup.

Apa saja gejala-gejala kecanduan kerja itu?

Apakah Anda menunjukkan gejala-gejala kecanduan kerja? Banyak orang yang tidak akan menyebut dirinya seorang pencandu kerja. Mereka akan berkata, "Saya memotivasi diri saya sendiri dan didorong untuk sukses. Saya bekerja karena saya menyukai pekerjaan saya dan saya merasa bahwa bekerja itu penting untuk bermasyarakat."

Berikut ini beberapa gejala "workaholic".

  1. Anda tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan rumah.
  2. Meskipun di rumah, pekerjaan Anda tetap menjadi prioritas utama.
  3. Anda terlalu memegang erat komitmen dan semangat kerja. Kebahagiaan Anda ada pada pekerjaan Anda.
  4. Pekerjaan selalu mendapat tempat yang lebih utama dari keluarga dan waktu luang.
  5. Anda tidak memiliki kehidupan sosial kecuali kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan.
  6. Pekerjaan selalu ada dalam benak Anda, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
  7. Anda stres karena pekerjaan Anda.
  8. Anda sedih ketika orang lain menyarankan kepada Anda untuk mengurangi pekerjaan Anda.
  9. Anda tidak berlibur atau Anda membawa pekerjaan Anda saat berlibur.

Jika hidup Anda habis untuk bekerja, Anda justru berpeluang menjadi seorang pencandu kerja atau sedang menjadi pencandu kerja.

Tips praktis menolong pencandu kerja

Jika Anda menduga seseorang itu pencandu kerja, berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menolongnya.

  1. Waspadalah terhadap tanda-tandanya dan tunjukkan kepada orang tersebut. Kebanyakan pencandu kerja tidak akan siap mengakui bahwa dirinya adalah seorang pencandu kerja. Tetapi jika Anda menunjukkan tanda-tanda tersebut dengan kasih, orang tersebut akan dapat melihat masalahnya.

  2. Jika orang yang kecanduan kerja itu mengakui masalahnya, carilah tempat atau gereja yang dapat menolongnya.

  3. Jika diizinkan, bantulah orang yang kecanduan kerja itu membuat prioritas dalam hidupnya dengan meyakinkan bahwa waktu yang ada boleh digunakan untuk bersantai atau bersenang-senang. Pastikan untuk mendorongnya melakukan kegiatan-kegiatan positif yang tidak berhubungan dengan kerja.

  4. Buatlah komitmen pribadi untuk melakukan bagian Anda. Kendalikan diri dari tindakan-tindakan yang justru mengarah pada perilaku kecanduan kerja dengan terlalu menuntut pada materi atau uang yang dimiliki.

  5. Carilah jalan supaya dapat menunjukkan kepada orang yang kecanduan kerja bahwa kasih Anda didasarkan pada siapakah dirinya bukan pada apa yang mereka kerjakan. Tunjukkan kepada orang yang kecanduan kerja bahwa nilai diri tidak didasarkan pada materi yang dimiliki.

Saya hidup dengan orang kecanduan kerja, apa yang harus saya lakukan?

Hidup dengan seorang yang kecanduan kerja adalah suatu situasi yang sulit! Saya dan istri saya pernah menghadapi masalah ini dalam perjalanan pernikahan kami karena saya bekerja sepanjang hari dan sering bekerja pada akhir pekan. Kami mendapatkan empat prinsip utama yang membantu kami menghadapi masalah ini.

  1. Kami selalu membicarakan jadwal pekerjaan apa yang akan menjadi prioritas atau proyek saya. Kami berdua membuat kesepakatan apakah dengan memiliki waktu yang lebih banyak untuk bersama-sama itu berharga untuk kemajuan kami dan memang perlu bagi kami.

  2. Kami membuat batasan. Kami saling mengomunikasikan apa yang menjadi harapan kami.

  3. Kami menciptakan suasana saling memahami dan peka. Suatu perumpamaan yang alkitabiah, "Belajar menjadi bijaksana dan memberi penilaian yang baik." Memahami dan komunikasi yang baik adalah hal yang penting jika kita hidup dengan orang yang kecanduan kerja. Isri saya memahami dan menghargai pentingnya pekerjaan saya dan betapa berharga dan berartinya pekerjaan itu bagi saya. Saya pun juga harus memahami kebutuhannya. Jika saya merasa bahwa dia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bersama dengan saya, kami membuat rencana untuk melakukan sesuatu yang istimewa bersama-sama.

  4. Kami saling mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Yakobus 1:19-20, "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." Duduklah bersama sebagai pasangan dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

    • Apakah dengan bekerja kebutuhan kita terpenuhi? Apakah yang menjadi motivasi seseorang sehingga dia kecanduan kerja; apa yang mendorongnya?

    • Apakah orang yang kecanduan kerja ini juga melakukan hal yang sama sebelum menikah? Apakah akhir-akhir ini kecanduan kerjanya semakin meningkat?

    • Apakah ada alasan keuangan (utang, mencukupi gaya hidup tertentu) yang menjadi pemicu masalah ini?

    • Dapatkah kebutuhan di rumah dipenuhi dengan waktu yang tak sebanyak jam kerja?

    • Harapan-harapan apa yang Anda miliki dengan gaya hidup Anda? Apakah ini suatu faktor yang memotivasi?

    • Apakah suasana rumah damai dan santai? Ataukah terjadi percekcokan, kemarahan, dan perselisihan? Apakah faktor-faktor yang tidak diharapkan ini menyebabkan orang yang bekerja itu menjauh dari rumah?

    • Batasan-batasan apa yang dapat Anda setujui?

Salomo menulis di Pengkhotbah bahwa adalah merupakan suatu anugerah dari Allah untuk menikmati pekerjaan: "Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah" (Pengkhotbah 2:24). (t/Ratri)

Bahan diterjemahkan dari:

Situs : All About Life Challenges
Judul asli: Workaholic
Penulis : -
Alamat URL: http://www.allaboutlifechallenges.org/workaholic.htm

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
All About Life Challenges
Penerbit: 
--